1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

10 Tahun Intervensi Internasional, Perdamaian Masih Jauh dari Afghanistan

5 Desember 2011

Dari Petersberg, Jerman, 10 tahun lalu, diumumkan awal baru bagi Afghanistan. Setelah jatuhnya Taliban, negara itu diharapkan dapat mencapai perdamaian, demokrasi dan kemakmuran.

https://p.dw.com/p/13MiM
Presiden Afghanistan Karzai (tengah) dalam Konferensi di Petersberg tahun 2001Foto: AP

Konferensi Internasional bagi Afghanistan di Petersberg, akhir November 2001, dianggap sebagai satu terobosan bagi Afghanistan. Di bawah tekanan PBB, saat itu wakil-wakil kelompok Afghanistan menyepakati pendirian satu negara demokratis. Dengan Konferensi Petersberg ini, Afghanistan diharapkan dapat menggapai masa depan yang lebih baik.

Awal Baru bagi Afghanistan

Afghanistan Taliban
10 tahun setelah digulingkan, Taliban masih terus menggalang kekuatanFoto: AP

Kanselir Jerman saat itu, Gerhard Schröder, di akhir konferensi, tanggal 5 Desember 2001, mengatakan, “Setelah bertahun-tahun perang, kesengsaraan, teror dan penindasan, warga Afghanistan kini memiliki perspektif perdamaian yang nyata serta perspektif ekonomi untuk masa depan.“

Bagi rencana masa depan Afghanistan ini dibentuk satu konstitusi baru dan digelar pemilu presiden dan parlemen. Masyarakat internasional mendukung Afghanistan dengan bantuan militer dan keuangan. Keputusan dari Konferensi Petersberg ini dilaksanakan selangkah demi selangkah – tapi stabilitas dan kemajuan di Afghanistan tidak terwujud.

Konferensi Petersberg telah gagal untuk menelurkan program yang tepat bagi Afghanistan, demikian kritik jurnalis Afghanistan Sayfudin Sayhon. Ketakutan yang dihadapi Afghanistan mengakbatkan kekosongan kekuasaan, yang menyebabkan para panglima perang di Afghanistan memiliki keleluasaan. Dan hal ini menimbulkan satu konsekuensi yang fatal, “Dengan persetujuan masyarakat internasionan para wakil dari berbagai kelompok militer membagi pemerintahan Afghanistan diantara mereka sendiri.“ Para panglima perang hanya mengurus kantong mereka sendiri dan tidak pernah merasa berkepentingan untuk membangun Afghanistan sebagai negara hukum yang demokratis, dikatakan Sayhon lebih lanjut.

Intervensi tanpa Konsep

Symbolbild Soldaten mit Posttraumatischen Belastungsstörungen
Tentara Jerman Bundeswehr yang terbgabung dalam pasukan internasional ISAFFoto: picture alliance/dpa

Kini, 10 tahun setelah Konferensi Petersberg, perang, kemiskinan, perdagangan obat bius serta korupsi masih merajalela. Dan sekitar 150.000 pasukan internasional ISAF dan pasukan keamanan Afghanistan tidak mampu memberikan keamanan negara itu. Taliban dan sekutunya tumbuh lebih kuat dari sebelumnya.

Situasi yang kini dihadapi Afghanistan merupakan akibat dari intervensi militer yang ceroboh, dikatakan Jochen Hippler, pakar politik dan Asia Selatan dari Universitas Duisburg. “Tidak ada konsep nyata. Tidak jelas, apa yang harus dilakukan untuk menuju demokrasi, melawan teror atau untuk membangun satu negara. Banyak konsep dibuat, tapi tidak ada yang sunguh-sungguh berkeinginan untuk mengembangkannya menjadi sebuah strategi. Satu strategi, yang juga belum sempurna, baru ada selama setahun.“

Tapi apa yang disebut strategi ini, tidak lain hanya merupakan skenario penarikan. Setelah seluruh pasukan internasional ditarik dari Afghanistan tahun 2014, pemerintah Afghanistan akan bertanggung jawab sepenuhnya atas keamanan di negara itu. 10 tahun setelah awal baru, Afghanistan masih jauh dari perdamaian sejati, dikatakan Hippler.

Kemajuan Sementara

Afghanistan Land und Leute Metzger in Kabul
Pasar di Afghanistan - Kemiskinan merupakan keseharian di negara iniFoto: AP

Walaupun seluruh perkembangan negatif ini, Afghanistan juga mengecap perkembangan positif, ditekankan jurnalis Sayfudin Sayhon. “Afghanistan mencapai kemajuan yang signifikan di bidang telekomunikasi, pendidikan dan infrastruktur, Dan yang lebih penting lagi adalah, Taliban tidak lagi memerintah negara kami.“

Selain itu, meskipun semua masalah yang ada, seperti tidak adanya keragaman media, hukum telah menjamin kebebasan pers di negara ini. Akan tetapi kesuksesan-kesuksesan yang telah dicapai di Afghanistan masih berdiri di atas dasar yang rapuh. Juga Sahyon mengakui, tanpa bantuan internasional Afghanistan saat ini hampir tidak mungkin bisa bertahan.

Ratbil Shamel/Yuniman Farid Editor: Hendra Pasuhuk