1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

10 Tahun Memburu Jagal Uganda

Birgit Morgenrath21 Desember 2015

Sejak 10 tahun dunia memburu Joseph Kony. Namun sejauh ini "jagal Uganda" itu berhasil lolos dari setiap operasi militer. Proses pengadilan terhadap salah satu orang terdekatnya diharapkan bisa membawa titik terang.

https://p.dw.com/p/1HR12
USA unterstützen Uganda bei der Jagt auf Joseph Kony
Foto: picture-alliance/dpa/Price

Kemanapun ia pergi, Joseph Kony meninggalkan jejak kebiadaban. Bocah tanpa hidung atau bibir. Remaja di batas kegilaan usai dipaksa memperkosa ibu sendiri. Atau perempuan bekas budak seks yang membesarkan anak tanpa jelas siapa sang ayah.

Sejak 10 tahun dunia memburu sosok yang dikenal sebagai "jagal Uganda" itu. Sejauh ini tanpa hasil. Ia dan Laskar Tuhan yang didirikannya diyakini pernah menculik 70.000 anak-anak buat dijadikan budak atau serdadu.

Sebanyak 100.000 nyawa melayang akibat pemberontakan yang berkecamuk di utara Uganda. Sementara dua juta warga sipil terpaksa angkat kaki dari kampung halamannya sendiri. Sebagian besar membawa trauma perang tak berkesudahan.

Senin (21/12/15) Mahkamah Internasional di Den Haag mulai mengadili salah satu orang kepercayaan Kony, Dominic Ongwen. Ia didakwa terlibat dalam kejahatan perang dan pelanggaran berat Hak Azasi Manusia.

Kisah hidup Ongwen mencerminkan sepak terjang Lord Resistance Army (LRA). Saat berusia 10 tahun ia diculik oleh gerilayawan LRA dan dipaksa menjadi serdadu. Pria kelahiran 1975 ini boleh jadi berbagi kegilaan yang sama seperti Kony. Karena karirnya melesat cepat dari bocah penakut menjadi jagal yang membunuh, memerkosa dan menculik atas nama Kony.

Kiprah Ongwen berakhir ketika ia ditangkap sekelompok serdadu AS yang diterjunkan ke wilayah perbatasan di dekat Republik Afrika Tengah. Darinya Mahkamah Internasional berharap bisa mengetahui struktur di dalam LRA buat memudahkan perburuan Joseph Kony.

Di matanya sendiri Kony adalah seorang nabi yang mendapat perintah dari "roh suci" untuk mendirikan LRA. Milisi yang didirikan tahun 1986 itu ingin mendirikan negara Kristen di Uganda dengan Alkitab sebagai dasar negara. Sejak 2005 ia masuk dalam daftar buron Mahkamah Internasional.

Uganda LRA Opfer der LRA-Rebellen in Norduganda klagen an
Geoffrey Obita, 16 tahun, salah seorang korban keganasan Lord Resistance Army. Ia diculik. Gerilayawan LRA memotong bibir, kuping dan semua jari tangannya dengan parang.Foto: picture-alliance/dpa

"Kami berjuang demi kemerdekaan Uganda," ujarnya dalam sebuah wawancara. "Dan saya bukan seorang teroris."

Pakar keamanan meyakini, Kony bersembunyi di wilayah Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Sudan dan Sudan Selatan. "Seperti mencari jarum di antara jerami," ujar Kristof Titeca, seorang pakar LRA di Universitas Antwerpen.

Saat ini Kony dilindungi oleh hutan lebat yang membentang seluas puluhan ribu kilometer persegi dan kemungkinan, duga Titeca, juga oleh militer Sudan. LRA sendiri "sedang berada dalam kondisi terlemah dalam sejarah," ujarnya. Sejak 2010 kelompok yang kini diduga berkekuatan 200 gerilayawan itu sudah jarang terlibat dalam penculikan atau pembunuhan warga sipil.