1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

10 Tahun Paus Fransiskus

Christoph Strack
13 Maret 2023

Ketika konklaf kepausan memilih seorang rohaniwan dari Argentina sebagai pemimpin Gereja Katolik pada tanggal 13 Maret 2013, dunia mempertanyakannya. Sepuluh tahun kemudian, sejarawan dan teolog menilai pencapaiannya.

https://p.dw.com/p/4Oas8
Paus Fransiskus di Vatikan 2013
Apa pencapaian Paus Fransiskus setelah 10 tahun?Foto: Michael Kappeler/dpa/picture alliance

"Anda tahu bahwa adalah tugas konklaf untuk mempersembahkan Roma seorang uskup. Tampaknya para kardinal saudaraku telah pergi ke ujung bumi untuk mendapatkannya...": begitulah ujar Paus Fransiskus pertama kali menyapa kerumunan orang di luar Basilika Santo Petrus pada tanggal 13 Maret 2013.

Hanya sedikit dari ribuan jemaat yang berkumpul di alun-alun yang mengenal Yesuit asal Argentina ini, Jorge Mario Bergoglio. Sebelumnya, uskup agung Buenos Aires itu tidak banyak menarik perhatian media di luar negaranya.

Namun, ia cukup dikenal di kalangan Katolik, dan telah dipertimbangkan secara serius untuk menggantikan mendiang Paus Yohanes Paulus II pada tahun 2005. Namun, jabatan itu jatuh ke tangan Kardinal Joseph Ratzinger dari Jerman, yang kemudian menjadi Paus Benediktus XVI.

Sepuluh tahun kemudian, tidak ada yang bertanya-tanya lagi "Siapakah Jorge?" Namun, banyak orang di seluruh dunia masih bertanya-tanya apa yang diperjuangkan Paus ini. Dia mudah didekati dan akrab, namun dalam beberapa hal kadang sikapnya tidak jelas. Namun ada satu hal yang dapat disepakati oleh semua ahli Katolik: Paus Fransiskus berbeda dari para pemimpin sebelumnya.

Kekuatan sebuah nama

Bergoglio. Dari namanya saja ia sudah unik karena menjadi Paus non-Eropa pertama sejak abad ke-8,  sehingga sempat menimbulkan sensasi ketika ia memilih nama kepausannya. Memang banyak Paus mengagumi Santo Fransiskus dari Asisi, yang berkhotbah secara ekstensif tentang perlunya orang Kristen, terutama para imam, untuk meneladani Yesus dengan cara hidup dalam kemiskinan, dan tentang rasa hormat terhadap alam, belum pernah ada Paus yang menggunakan nama santo ini. Pemilihan nama tersebut segera dianggap sebagai tanda pendekatan baru terhadap kebijakan gereja.

"Paus Fransiskus adalah seorang Fransiskan Yesuit," kata wartawan Vatikan, Hendro Munsterman kepada DW. "Dia menghargai kemiskinan, kesederhanaan, lingkungan hidup dan dialog antar agama. Dia ingin memperbaiki gereja seperti yang dilakukan oleh orang suci abad ke-13 karena gereja sudah rusak."

Munsterman, yang juga seorang teolog, telah meliput Fransiskus sejak awal kepausannya. Penekanan Paus ini pada kesederhanaan telah terlihat dalam banyak hal kecil sejak Maret 2013: Fransiskus, yang mengenakan sepatu usang, tidak tinggal di Istana Apostolik, melainkan di wisma Vatikan. Dia lebih suka bertemu dengan orang-orang yang berada di pinggiran masyarakat, seperti para pengungsi dan tahanan. Ketika ia bepergian, ia lebih memilih mobil Fiat atau Renault kecil ketimbang mengendarai mobil mewah.

Tanda-tanda kecil, hal-hal besar

Tanda-tanda kecil ini diimbangi dengan hal-hal besar. Pada tahun 2015, Paus Fransiskus menjadi berita utama di seluruh dunia ketika ensiklik lingkungan, Laudato Si, menyerukan tindakan global yang cepat dan terpadu melawan perubahan iklim, konsumerisme, dan pembangunan yang tidak bertanggung jawab. Dia juga menghadiri Konferensi Perubahan Iklim PBB 2015 untuk mendukung pesan ini.

Cukup banyak dari 40 perjalanannya ke luar negeri sebagai Paus yang membawanya ke masyarakat marjinal di negara mana pun yang dia kunjungi. Dia dengan tajam mengkritik negara-negara industri yang mengambil keuntungan dari negara-negara yang lebih miskin. Selama pandemi COVID-19, ia mendesak negara-negara kaya untuk berkomitmen berbagi vaksin dengan negara-negara berkembang.

Terlepas dari upaya Gereja Katolik untuk berada di luar politik, institusi ini tetaplah sebuah kekuatan geopolitik. Dan masa jabatan Fransiskus telah mengguncang eurosentrisme gereja selama berabad-abad.

"Jelas bahwa Paus Fransiskus adalah Paus pertama yang benar-benar global ... yang telah membebaskan Katolik dari gagasan-gagasan borjuis kelas menengah yang moralis," demikianlah definisi yang telah lama melekat padanya, demikian ungkap sejarawan gereja Massimo Faggioli kepada DW.

Beranjak dari Eropa lama

Ada hampir 1,4 miliar penganut Katolik Roma di seluruh dunia, demikian menurut angka terbaru dari tahun 2021. Dari tahun ke tahun, jumlah umat di Afrika dan Asia meningkat, sementara di Eropa berkurang. Para rohaniawan dan anggota ordo religius juga berkembang dengan cara yang sama. Sampai batas tertentu, benteng-benteng lama Katolik mulai runtuh, dan gereja Katolik di seluruh dunia menjadi beragam.

Ketika Fransiskus menjadi Paus, skandal pelecehan seksual telah menjadi noda pada reputasi gereja di seluruh dunia. Dia berusaha untuk mengatasi masalah penting ini secara lebih langsung daripada para pendahulunya.

Beberapa orang di Vatikan menuduh Fransiskus bertindak terlalu jauh dalam menuntut gereja untuk melakukan refleksi diri. Dia dianggap telah ‘mengacak-acak tatanan‘ dengan membuka ruang dialog atas berbagai masalah, dan menghindari keputusan otoriter dari Tahta Suci selama bertahun-tahun.

Namun, terlepas dari upaya dialog ini, kritik terus menghujani gereja karena dinilai lamban bereaksi terhadap berbagai tuduhan dan dianggap terlalu melindungi para rohaniawan.

Dalam bahasa gerejawi, istilah untuk dialog semacam ini adalah "sinode". Sinode dimaksudkan sebagai forum terbuka bagi para uskup dan tokoh-tokoh lain dalam gereja untuk membahas tantangan-tantangan gereja. Namun, di bawah para pendahulu Fransiskus, sinode diduga tidak lebih dari sekadar acara formalitas  belaka untuk menegaskan keinginan para petinggi Vatikan.

Namun Paus Fransiskus telah menyerukan perdebatan terbuka dan kontroversial - meskipun hal ini tidak selalu menghasilkan ide-ide baru yang ditindaklanjuti dengan tindakan nyata.

Sejarawan gereja Faggioli menunjuk pada permasalahan-permasalahan yang masih terbuka lebar, misalnya peran perempuan dalam gereja dan reformasi teologis dan struktural lainnya, terutama dalam hal kepemimpinan gereja.

Apa yang akan membentuk warisan Fransiskus?

"Yang profetik dan yang sangat meragukan," kata Munsterman, "bersatu dalam diri Paus Fransiskus." Dengan cara ini, sang Paus membuat semua orang gelisah, baik "mereka yang menginginkan perubahan (dan berharap untuk keputusan yang cepat), dan mereka yang, sebaliknya, ingin membiarkan segala sesuatu seperti apa adanya, atau bahkan mungkin kembali ke masa lalu yang ‘indah‘ di dunia ideal Benediktus XVI di Bayern," tambah Munsterman.

Fransiskus adalah salah satu Paus tertua ketika ditunjuk dalam sejarah gereja. Dia lebih tua dari Benediktus ketika Benediktus mengundurkan diri, dan lebih tua dari Yohanes Paulus II yang meninggal dunia pada tahun 2005. Saat ini, Fransiskus sering berpindah-pindah dengan kursi roda. Saat ia menandai ke-10 tahun masa kepausannya, pertanyaannya adalah: Apa yang akan menjadi warisannya?

Menurut Munsterman, Fransiskus adalah seorang Paus "yang berpikir dalam kerangka proses." Pidatonya yang berwawasan ke depan berusaha untuk menantang status quo dan memulai proses-proses baru. Pada saat yang bersamaan, dia masih seorang Yesuit dan ingin memimpin proses-proses ini dengan spiritualitas yang mendalam.

Bagi Faggioli, pertanyaan terbesarnya adalah "hasil akhir yang masih belum pasti", apakah sinode dapat menjadi pertemuan yang aktif untuk perdebatan yang kuat dalam mengarah pada perubahan kebijakan yang nyata.

"Itu adalah proses yang panjang," kata sang sejarawan. Di situlah signifikansi jangka panjang di mana kepausan Fransiskus dipertaruhkan, jelasnya. "Dan dua tahun ke depan akan sangat menentukan." (ap/hp)

Artikel ini disadur dari versi aslinya dalam bahasa Jerman.