1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

17 Jurnalis Turki Diadili Dengan UU Anti Teror

24 Juli 2017

17 staf harian oposisi terbesar di Turki "Cumhuriyet" hari Senin (24/7) diajukan ke pengadilan. Mereka ditangkap Oktober lalu pasca kudeta yang gagal dengan tuduhan mendukung terorisme.

https://p.dw.com/p/2h3VW
Reporter ohne Grenzen - Cumhuriyet
Foto: picture alliance/dpa/S.Suna

17 staf Cumhuriyet, termasuk penulis, kartunis dan jajaran eksekutif – dihadapkan ke pengadilan di Istanbul. Acara persidangan dipenuhi oleh para pendukungnya, kata kantor berita AFP. Mereka melepaskan puluhan balon warna-warni di luar gedung pengadilan, sambil meneriakkan: "Jangan dibungkam! Media yang bebas adalah hak!"

Jika terbukti bersalah, para terdakwa menghadapi hukuman penjara hingga 43 tahun. Kalangan oposisi khawatir, pemerintahan Erdogan kini menggunakan keadaan darurat untuk mengejar dan menangkap siapa pun yang berani menentang kebijakan Presiden Erdogan.

Presiden Erdogan dalam dalam sebuah wawancara awal bulan ini bersikeras, di Turki saat ini hanya ada "dua orang yang benar-benar jurnalis" yang ditahan. Namun menurut kelompok kebebasan pers P24, ada 166 wartawan yang dijebloskan ke penjara, sebagian besar ditangkap di bawah keadaan darurat. Turki saat ini berada di urutan ke-155 dalam indeks kebebasan pers Reporters Without Borders (RSF), di bawah Belarus dan Republik Demokratik Kongo.

Türkei Istanbul - Presseerklärung vor Beginn des Prozesses gegen 17 Mitarbeiter der türkischen Zeitung «Cumhuriyet»
Para aktivis kebebasan pers melakukan aksi di depan gedung pengadilan kasus CumhuriyetFoto: DW/B. Karakas

Harian "Cumhuriyet", artinya "Republik", didirikan tahun 1924, adalah salah satu harian tertua di Turki. Dalam beberapa tahun terakhir, harian yang pemberitaannnya kritis ini berada dalam bidikan pemerintahan Erdogan.

Mereka yang dihadapkan ke pengadilan termasuk beberapa nama besar dalam dunia jurnalisme di Turki, antara lain pemimpin redaksi Murat Sabuncu, kolumnis Kadri Gursel dankartunis Musa Kart. Juga wartawan investigasi Ahmet Sik, yang pada tahun 2011 menulis sebuah buku "Tentara Imam" yang memperlihatkan pengaruh gerakan Gulen di Turki. Sebelas dari 17 jurnalis yang diadili berada dalam tehenan, sementara enam lainnya masih bebas.

"Pengadilan ini adalah ujian bagi Turki," Aydin Engin, salah satu penulis yang dibebaskan setelah penangkapan pertamanya, namun kini diajukan ke pengadilan.

Cumhuriyet Türkei Prozess
"Yang dihadapkan ke pengadilan bukan Cumhuriyet, tapi jurnalisme di Turki," Reporters Without Borders (RSF)Foto: picture-alliance/dpa/L. Pitarakis

Mantan pemimpin redaksi Cumhuriyet, Can Dundar, tahun lalu sudah dijatuhi hukuman lima tahun dan 10 bulan penjara karena berita yang menuduh pemerintah mengirim senjata ke Suriah di halaman depan surat kabarnya. Dia sekarang telah meninggalkan Turki dan berada di Jerman.

Mereka yang berada dalam tahanan sudah ditahan selama 267 hari, kecuali Sik, yang ditahan selama 206 hari. Sejak penangkapan mereka, Cumhuriyet terus menerbitkan kolom-kolom para jurnalis yang dipenjara, dengan ruang kosong tanpa teks.

"Ini kasusnya adalah tentang mengkriminalkan jurnalisme, menghukum orang-orang yang berani berbicara.. Jika berhasil, maka mereka akan melakukannya berulang-ulang," kata Steven Ellis, direktur advokasi di International Press Institute, mengatakan di luar pengadilan.

Filiz Kerestecioglu, anggota parlemen dari Partai Rakyat Demokratik (HDP) yang beroposisi menanggapi: "Menurut pemerintah, semua oposisi adalah teroris. Satu-satunya yang bukan teroris adalah mereka sendiri."

"Yang sedang diadili sekarang adalah jurnalisme di Turki, bukan hanya Cumhuriyet," kata sekretaris jenderal RSF Christophe Deloire.

Kelompok Kerja PBB untuk Penahanan Sewenang-wenang, dalam sebuah opini yang dikeluarkan bulan lalu, menyatakan bahwa penahanan staf Cumhuriyet dilakukan secara sewenang-wenang. Mereka menuntut agar para jurnalis segera dilepaskan dan diberi hak untuk mendapatkan ganti rugi atas penahanannya.

hp/vlz (afp, dpa, rtr)