1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

60 Tahun Israel: Hubungan Bilateral dengan Jerman

9 Mei 2008

Menurut kalender Yahudi tanggal 8 Mei negara Israel tepat berusia 60 tahun. Meskipun hubungan Jerman-Israel berkembang di berbagai bidang, namun tetap dibayangi catatan sejarah yang kelabu.

https://p.dw.com/p/Dvzd
Simbol bendera Jerman (kiri) dan bendera Israel (kanan)Foto: AP

Di depan parlemen Israel Knesset tahun 2005 lalu, dalam pidatonya Presiden Jerman Horst Köhler mengatakan

„Antara Jerman dan Israel tidak akan dapat terjadi apa yang disebut normalitas.“

Sepuluh tahun pertama setelah holocaust, negara demokrasi muda Jerman memiliki tanggung jawab moral besar atas pembunuhan warga Yahudi. Ini merupakan tantangan terberat bagi Kanselir Jerman saat itu Konrad Adenauer

„Kami harus memperbaiki sedapat mungkin apa yang telah dilakukan Nasionalsosialis NAZI terhadap warga Yahudi.“

Memperbaiki mula-mula berarti pembayaran ganti rugi. Pemerintah Jerman membayar ganti rugi 3,45 milyar DM kepada Israel. Pembayaran ganti rugi menjadi perdebatan di Israel, karena uang tidak dapat mengganti apapun. Untuk menjabat tangan warga Jerman pun bagi banyak warga Israel saat itu tidak terbayangkan. Tapi bagi perdana menteri pertama Israel Ben Gurion, hal itu mungkin, ketika tahun 1960 bertemu dengan Adenauer di New York

„Saya tiba pada keputusan, bahwa kami menghadapi Jerman yang sangat lain. Yang bukan NAZI Jerman dan tidak akan lagi menjadi NAZI Jerman. Masyarakatnya sudah berubah dan juga dunia sudah berubah. Kami memang tidak boleh lupa apa yang telah terjadi, tapi juga tindakan kami tidak boleh didasarkan apa yang telah terjadi. Karena apa yang telah terjadi tidak dapat diubah atau dianggap tidak pernah terjadi.“

Bagi sikapnya yang berdamai dengan Jerman, di dalam negeri Ben Gurion mendapat kritik tajam, sementara untuk pendekatannya dengan Israel Adenauer mendapat tekanan dari negara-negara Arab. Tahun 1965, 20 tahun setelah perang dunia ke-dua Republik Federal Jerman dan Israel menjalin hubungan diplomatik. Rolf Pauls, duta besar pertama Jerman untuk Israel disambut dengan protes.

Tahun-tahun berikutnya kedua negara semakin mendekat secara hati-hati. Antara masyarakat sipil berkembang jaringan hubungan. Bagi Israel penting, bahwa Jerman menunjukkan solidaritas di masa-masa sulit, misalnya saat perang dengan negara-negara Arab tetangganya. Harapan ini dikabulkan Jerman setiap saat, juga 60 tahun setelah pembentukan negara Israel. Bagi menteri luar negeri Jerman Frank Walter Steinmeier, keamanan Israel tidak dapat ditawar

„Jerman memiliki tanggung jawab istimewa terhadap negara Israel, melindungi dan mempertahankan hak eksistensinya. Itu tetap menjadi dasar politik Jerman.“

Namun hal ini juga membawa dilema bagi Jerman untuk bersikap dalam konflik Israel-Palestina. Seperti yang dikatakan Köhler, normalitas dalam konteks hubungan Jerman dengan Israel sulit terjadi. Tidak semua ingin mendengar pidato dalam bahasa Jerman di Knesset, juga pada tahun 2008. Tapi sebagian besar anggota parlemen menyambut tepuk tangan panjang dan ramah, ketika Kanselir Angela Merkel mengucapkan selamat untuk 60 tahun terbentuknya negara Israel. (dk)