1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Abbas Angkat Bicara soal Holocaust

cp/ab (rtr, afp, dpa)28 April 2014

Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyebut Holocaust sebagai 'kejahatan paling keji.' Pernyataan ini terucap menjelang peringatan tahunan Israel atas pembantaian 6 juta warga Yahudi oleh Nazi Jerman.

https://p.dw.com/p/1BpI6
Foto: Reuters/Mohamad Torokman

Pengakuan Abbas atas Holocaust, yang tergolong langka terlontar dari mulut pemimpin Arab, yang disampaikan oleh kantor berita Palestina ini seakan menjadi upaya untuk menggapai Israel di tengah kebuntuan proses perdamaian Timur Tengah. Abbas memberi pernyataan ini menjelang Hari Peringatan Holocaust, yang berlangsung sejak matahari tenggelam hari Minggu (27/4) hingga matahari tenggelam hari Senin (28/4).

"Apa yang terjadi pada kaum Yahudi saat Holocaust adalah kejahatan paling keji sepanjang sejarah manusia pada era modern," ujar Abbas kepada seorang rabi yang tengah melawat hari Minggu. "Dunia harus mengerahkan semua tenaga untuk memerangi rasisme dan ketidakadilan demi mencapai kesetaraan dan keadilan bagi kaum yang tertekan dimanapun mereka berada," tambahnya. "Warga Palestina yang menderita ketidakadilan, opresi dan terenggut haknya atas kebebasan dan perdamaian berada di lini terdepan dalam menuntut berakhirnya ketidakadilan dan rasisme yang menimpa orang lain."

PBB memperingati Holocaust pada tanggal 27 Januari yang menandai pembebasan kamp konsentrasi Auschwitz oleh pasukan sekutu tahun 1945. Israel memperingati pada hari ke-27 bulan Yahudi, Nissan, sepekan sebelum perayaan kemerdekaan Israel. Hari Minggu, Saeb Erekat, kepala negosiator dialog perdamaian Timur Tengah dari sisi Palestina juga memberi pernyataan perihal Holocaust.

"Bagaimana bisa negara yang beradab ini membakar orang, hanya karena mereka Yahudi dan melakukan perbuatan setan seperti Holocaust, menewaskan lebih dari 6 juta orang hanya karena mereka Yahudi, lalu pulang dan minum sampanye dan mendengarkan simfoni Beethoven," ucapnya kepada situs berita Israel, ynet. "Ini adalah babak paling jahat dalam sejarah manusia, dan kami sebagai warga Palestina bersatu dalam mengecam keras perbuatan seperti ini," lanjut Erekat.

'Menunjuk jari'

Dialog antara Israel dan Palestina menemui jalan buntu setelah Abbas mencapai kata sepakat dengan Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, untuk membentuk koalisi pemerintahan. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuntut Abbas mundur dari perjanjian itu sebelum lanjut berdialog dengan Israel. Para menteri kabinet Israel mengatakan bahwa negara mereka tidak akan bernegosiasi dengan sebuah pemerintahan yang mencakup sebuah kelompok yang tidak mengakui eksistensi Israel, merujuk pada beragam pernyataan anggota Hamas pada masa lalu.

Pejabat senior Fatah Azzam Al-Ahmed (kiri) berjabat tangan dengan petinggi Hamas Moussa Abu Marzouq setelah mengumumkan kesepakatan rekonsiliasi tanggal 23 April 2014
Pejabat senior Fatah Azzam Al-Ahmed (kiri) berjabat tangan dengan petinggi Hamas Moussa Abu Marzouq setelah mengumumkan kesepakatan rekonsiliasi tanggal 23 April 2014Foto: Reuters

"Entah Hamas yang mundur dari tekad penghancuran Israel dan memeluk perdamaian serta menjauh dari teror atau Presiden Abbas yang meninggalkan Hamas," tegas Netanyahu dalam program CNN 'State of the Union.' "Apabila salah satunya terjadi, kita bisa kembali ke negosiasi perdamaian," kata Netanyahu. "Saya harap Abbas menjauhkan diri dari Hamas dan kembali ke meja perundingan. Sekarang gilirannya bertindak."

Abbas mengatakan dirinya akan membentuk sebuah pemerintahan teknokrat yang akan mengikuti landasan negosiasi perdamaian yang ia gagas, dan bukan kekerasan. Kondisi perdamaian yang diminta Abbas termasuk memperluas negosiasi menuju solusi dua negara, mencakup penghentian pembangunan permukiman Yahudi dan pembebasan tahanan Palestina oleh Israel.

Erekat, negosiator Palestinian, mengatakan "perdana menteri Israel harus berhenti mencari-cari kesalahan dan menunjuk dan menyalahkan" dan menerima solusi dua negara yang mengembalikan wilayah yang hilang pada tahun 1967 kepada negara Palestina, ketika Israel merebut Tepi Barat dari Yordania dan Jalur Gaza dari Mesir.

cp/ab (rtr, afp, dpa)