1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Abbas Ingin PBB Dukung Kemerdekaan Palestina

17 Mei 2011

Presiden Amerika Serikat, Barack Obama hari Kamis (19/5) akan menyampaikan pidato mengenai kebijakan politik Amerika di Timur Tengah. Israel dan Palestina sudah bersiap-siap untuk menunjukkan posisi masing-masing.

https://p.dw.com/p/11IZE
Presiden Palestina Mahmoud AbbasFoto: dapd

Bila September mendatang PBB menggelar sidang umumnya, maka negara-negara anggota PBB diharapkan mendukung Palestina untuk menyatakan kemerdekaannya. Demikian diserukan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam sebuah artikel yang dipublikasi di harian New York Times.

Orang-orang Palestina berpaling kepada PBB, karena sejak 20 tahun Palestina telah melakukan perundingan dengan Israel, tapi masih tetap tidak memiliki negara sendiri dan hanya membuat sedikit kemajuan. Orang Palestina tidak dapat menunggu lama tanpa batas waktu, sementara Israel meningkatkan jumlah pemukim Yahudi di Tepi Barat yang diduduki, serta menghalangi orang Palestina memasuki negeri dan tempat-tempat suci mereka, terutama yang berada di Yerusalem.

Nahost Friedensgespräche in Washington
Abbas dan PM Israel, Netanyahu (kanan) di WashingtonFoto: picture-alliance/dpa

Penyelesaian dua negara atau kawasan permukiman

Dalam artikelnya di New York Times, pemimpin pemerintahan otonomi Palestina menyinggung isu bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menolak menerima pemerintah Palestina yang didukung oleh Fatah dan Hamas sebagai mitra bicara bagi perundingan perdamaian. Abbas menulis bahwa "yang menjadi pilihan bukanlah antara kesatuan Palestina atau perdamaian dengan Israel, melainkan antara penyelesaian dua negara atau kawasan permukiman."

Perdana Menteri Israel Netanyahu hari Jumat mendatang (20/5) akan bertemu Presiden AS, Barack Obama di Washington. Senin malam lalu (16/5) di parlemen Israel Netanyahu menegaskan bahwa Israel tidak akan berunding dengan pemerintahan Palestina yang melibatkan Hamas: "Sebuah pemerintahan Palestina yang separonya setiap hari menyatakan akan menghancurkan negara Yahudi, bukan merupakan mitra bagi perdamaian. Kita harus berhenti saling tuding, siapa yang bersalah bagi gagalnya pembicaraan. Kita semestinya menyebut persoalannya secara jelas. Alasan sebenarnya adalah, Palestina menolak mengakui negara Israel sebagai tanah air nasional rakyat Yahudi."

Kedua pemimpin, Netanyahu dengan pidatonya di parlemen dan Abbas dengan tulisannya di New York Times, tampaknya berupaya mempengaruhi pidato Presiden AS, Barack Obama mengenai Timur Tengah.

Osama bin Laden tot
Presiden AS Barack ObamaFoto: AP

Media Israel: Obama sebut Yerusalem ibukota Israel dan Palestina

Obama akan menyampaikan pidato terkait hari Kamis ini (19/5). Media Israel melaporkan, Obama akan berusaha mencegah seruan Palestina dalam sidang umum PBB agar Palestina diakui sebagai sebuah negara. Obama tampaknya akan menyerukan agar Israel dan Palestina kembali ke meja perundingan, dan Israel harus mundur ke wilayah yang ditetapkan tahun 1967 dengan mengindahkan pertukaran wilayah tertentu yang disetujui Palestina.

Dengan mengacu pada teks sementara dari pidato Obama, harian Israel, Yedioth Achronoth menulis bahwa Obama hendak mendesak Netanyahu menghentikan aktifitas di permukiman di Tepi Barat. Selanjutnya dilaporkan, Obama akan menyebut Yerusalem sebagai ibukota negara Israel dan Palestina. Kawasan kota dengan warga mayoritas Yahudi akan dijadikan ibukota Israel, dan bagian lainnya merupakan ibukota Palestina. Pemerintah Netanyahu menurut harian Yedioth Achronoth telah melakukan upaya secara intensif untuk melunakkan suara-suara dalam naskah rencana pidato Obama yang bagi Israel dianggap kritikan keras.

Clemens Verenkotte/Christa Saloh

Editor: Edith Kossoemawiria