1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Abbas Penuh Harap Usai Bertemu Trump

4 Mei 2017

"Kita pasti bisa," kata Donald Trump ihwal perdamaian antara Israel dan Palestina seusai bertemu Mahmud Abbas. Ia menawarkan diri sebagai penengah. Namun kedua negara harus berusaha keras mewujudkan damai, kata Trump.

https://p.dw.com/p/2cKAx
USA Mahmud Abbas & Donald Trump in Washington
Presiden Palestina, Mahmud Abbas (ki,) bersama Presiden AS, Donald Trump (ka.)Foto: Reuters/C. Barria

Presiden Palestina Mahmud Abbas mengaku membawa harapan positif usai bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ia meyakini pemerintahan Trump akan memainkan peranan penting sebagai mediator. Kendati begitu kedua kepala negara tidak membahas secara spesifik mengenai kelanjutan negosiasi Israel-Palestina yang dibekukan sejak lama.

"Apa yang dibutuhkan adalah membawa kedua pihak ke meja perundingan, mendekatkan mereka dan memfasilitasi dialog antara keduanya," ujar Abbas di Washington, Rabu (3/5).

Nada optimis juga disuarakan Donald Trump. Ia meyakini perjanjian damai Israel dan Palestina bisa tercapai. Namun ia tidak merinci model solusi yang disiapkan untuk mengakomodasi kepentingan kedua pihak yang bertikai. Dia hanya menegaskan perjanjian antara kedua negara harus menjamin hak penduduk untuk hidup dalam damai dan kemakmuran.  "Ini akan memakan waktu lama," katanya. "Tapi kita pasti bisa."

Infografik Siedlungen im Westjordanland ENGLISCH
Ganjalan terbesar perundingan damai: pemukiman Yahudi di Tepi Barat Yordan

Abbas sebaliknya menegaskan tuntutannya atas solusi dua negara sesuai perbatasan 1967. "Sudah waktunya bagi Israel untuk menghentikan pendudukan terhadap bangsa dan negara kami. Kami adalah satu-satunya bangsa di dunia yang masih hidup dalam pendudukan asing," ujarnya. Menurutnya penduduk Palestina akan mengakui kedaulatan Israel jika pemerintah di Tel Aviv juga berlaku serupa.

Pada Perang Enam Hari 1967 Israel merebut Tepi Barat Yordan dan Yerusalem Timur. Abbas menegaskan solusi dua negara hanya bisa diwujudkan jika kedua wilayah sepenuhnya berada di bawah kedaulatan Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibukota.

Meski pembicaraan kedua kepala negara tidak menyentuh hal rinci, Abbas mengaku puas atas pertemuan tersebut. "Kami membangun harapan atas dasar (pertemuan) ini."

"Sejauh ini kami tidak membahas mekanisme, tapi kontak antara kami dan Amerika sudah dimulai dan akan terus berlanjut," tegasnya.

rzn/yf (rtr,afp)