1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

020210 Haiti Adoptionen

2 Februari 2010

Sebelum gempa bumi melanda, di Haiti terdapat sekitar 400.000 anak yatim piatu. Kini banyak orang yang ingin membantu anak-anak itu dengan mengadopsinya. Pedagang anak menyalahgunakan situasi ini.

https://p.dw.com/p/LpkC
Anak yatim piatu di HaitiFoto: AP

Sekelompok anak mengerumuni ayunan yang sudah karatan di sebuah sekolah yang hancur akibat gempa bumi. Sekolah Delmas 2 terletak di kawasan miskin di ibukota Port-au-Prince. Mereka mengulurkan tangannya kepada seorang wartawan asing, mengharapkan sesuap makanan atau air minum.

Seorang bayi bernama Marylin digendong seorang perempuan dan menangis kelaparan. Ibunya sedang pergi mencari air minum. Sedangkan ayahnya menghilang. Mungkin tewas, turut menjadi korban gempa.

Keinginan untuk memberikan bantuan sangat besar dengan melihat jumlah anak di Haiti yang telah menjadi yatim piatu, yatim atau anak-anak yang diserahkan orang-tuanya ke panti asuhan karena tidak mampu. Sebelum Haiti diguncang gempa bumi, puluhan ribu anak menjadi budak anak. Mereka terpaksa bekerja di keluarga yang lebih mampu, seperti Mikel-Ange yang berusia tujuh tahun.

Mikel-Ange menceritakan, bahwa kini ia dan keluarga majikannya hidup di jalanan, namun ia tetap harus bekerja untuk keluarga itu. Dan ia kini lebih sering dipukuli oleh majikannya, karena sejak gempa semua cepat emosi. Setiap hari Mikel-Ange harus mengantri lama, mengangkut air, mencuci baju di selokan.

Jika memandang mata besar yang bersinar milik gadis kecil itu, hati orang akan tergugah untuk membawanya pulang.

Mungkin situasi seperti itulah yang dirasakan sepuluh warga Amerika Serikat yang ditahan Sabtu lalu (30/01) di perbatasan Republik Dominika, ketika mencoba menyelundupkan 33 anak keluar dari Haiti. Warga AS itu mengatakan, „Kami ingin membantu mereka.“ Sedangkan pemerintah Haiti khawatir, mereka adalah pedagang anak.

Tidak ada yang mengetahui dengan tepat, berapa jumlah anak yang menjadi yatim piatu atau yatim. Sebelum gempa, jumlah anak yatim mencapai sekitar 400.000 orang, sementara penduduk Haiti hanya berjumlah sekitar sembilan juta orang. Adopsi dapat membantu banyak anak keluar dari kesusahan, namun juga dapat disalahgunakan oleh pedagang anak.

Terutama setelah diguncang gempa bumi, situasi di Haiti kacau, tutur Rubén Wedel dari bantuan darurat Jerman bagi anak-anak "Deutsche Kindernothilfe“, yang sejak lama mengurusi anak-anak yang terjerumus dalam perbudakan. "Adopsi itu menurut saya sungguh berbahaya, karena dapat disalahgunakan oleh pedagang anak. Pengawasan terhadap anak-anak sangat kurang, sehingga banyak yang menghilang. Situasinya sangat kacau. Seharusnya anak-anak itu diregistrasi,“ ungkap Rubén Wedel.

Sekitar sepertiga anak-anak Haiti tidak memiliki akte kelahiran. Sebelum gempa bumi, pemerintah Haiti memang kurang memperhatikan nasib anak yatim. Namun, kini pemerintah Haiti menyadari akan perdagangan anak. Disamping Guatemala, Haiti merupakan surga bagi para pedagang manusia di benua Amerika. Meskipun secara legal ribuan anak diadopsi, angka gelap anak yang menghilang sangatlah tinggi. Badan Urusan Anak Perserikatan Bangsa Bangsa UNICEF memperkirakan, harga seorang bayi bisa mencapai 10.000 Dolar AS.

Kesepakatan internasional terkait perlindungan anak yang diputuskan di Den Haag 1993 tidak pernah ditandatangani Haiti. Pemerintah Haiti merasa iba terhadap 250.000 anak yang diperbudak di negerinya, namun tidak berbuat apa-apa untuk memberantasnya.

Michael Castritius/Andriani Nangoy

Editor: Asril Ridwan