1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Afghanistan Ambilalih Tanggungjawab Keamanan Sebelum 2014

20 Juli 2010

Sejauh ini, keamanan Afghanistan berada di bawah kendali ISAF. Selain itu, Konferensi menetapkan pula, bahwa 50 persen bantuan internasional harus disalurkan melalui anggaran nasional pemerintah.

https://p.dw.com/p/OPyG
Presiden Afghanistan Hamid Karzai (kiri, berpeci) bersama Menlu AS Hillary Clinton di sela-sela acara Konferensi Internasional AfghanistanFoto: AP

Konferensi Internasional Afghanistan di Kabul mendukung tekad Presiden Afghanistan Hamid Karzai, untuk mengalihkan penanganan militer dan keamanan kepada tentara Afghanistan sebelum tahun 2014.

Dalam pidato pembukaan konfrensi Afghanistan di Kabul, Hamid Karzai menyatakan bahwa tentara Afghanistan akan mampu mengambil alih seluruh tanggung jawab itu. "Kita memiliki kesempatan yang unik untuk menjadikan negara Afghanistan efektif, dengan memanfaatkan konsensus nasional kita, aset kita, tekad nasional kita, dan kemitraan internasional kita, untuk mengangkat rakyat kita dari kemiskinan menuju kesejahteraan, dan dari ketidak-amanan menuju stabilitas. Afghanistan di masa depan akan merupakan poros dari kerjasama ekonomi, dan akan sepenuhnya berperan serta dalam masyarakat internasional, berdasarkan hak-hak dan kewajiban sebuah negara abad ke 21."

Sejauh ini, keamanan Afghanistan berada di bawah kendali pasukan internasional ISAF pimpinan NATO, yang beranggotakan ratusan ribu tentara. Di antaranya 150 ribu tentara Amerika Serikat. Namun kelompok Taliban yang dijatuhkan melalui invasi Amerika Serikat tahun 2001, tetap saja menguasai sebagian wilayah, khususnya di selatan, dan terus melancarkan berbagai serangan maut.

Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO Anders Fogh Rasmussen menegaskan, NATO tidak mungkin terus memimpin kendali keamanan di Afghanistan. Namun pengalihan tanggung jawab itu ke tangan Afghanistan tidak bisa dilangsungkan tergesa-gesa demi mengejar target semata.

Rasmussen menandaskan pula, bahkan nanti ketika kendali militer beralih ke tangan Afghanistan, pasukan internasional tidak akan pergi begitu saja dari negeri ini. Melainkan akan mengambil peran yang berbeda untuk mendukung tentara Afghanistan. Karena, menurut Rasmussen, mereka ingin menjamin bahwa Taliban tidak akan menjatuhkan pemerintahan Afghanistan sewaktu-waktu. Mereka tidak akan pula membiarkan Afghanistan kembali menjadi kubu Al Qaida.

Jadi, kata Rasmusse, pasukan NATO dalam jangka panjang akan terus membantu rakyat Afghanistan, bahkan sesudah misi tempur mereka di negeri itu berakhir nanti.

Kepemimpinan Hamid Karzai sendiri terus disorot, karena dinilai penuh korupsi dan nepotisme, mengakibatkan banyak rakyat tetap miskin, dan akibatnya bergabung dengan Taliban untuk menentang pemerintah. Negara-negara Barat selama beberapa tahun terakhir menekan Hamid Karzai untuk sungguh-sungguh memberantas korupsi dan menumpas Taliban.

Konferensi Internasional Afghanistan ini diikuti perwakilan tingkat tinggi 70 negara dan organisasi internasional, berlangsung di bawah penjagaan ketat ribuan tentara Afghanistan yang didukung tentara NATO. Kendati begiti pasukan Taliban tetap berusaha mengacaukan situasi dengan berbagai serangan.

Pesawat yang mengangkut Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon membatalkan pendaratan di Bandara Kabul, karena serangan roket taliban ke bandara itu. Pesawat yang juga ditumpangi Menlu Denmark dan Swedia itu dialihkan pendaratannya ke pangkalan udara militer AS di Bagram. Dari sana rombongan bertolak ke Kabul dengan helikopter. Sejumlah insiden baku tembak terjddi pula di berbagai kawasan pinggiran, menewaskan sejumlah penyerang Taliban.

Konferensi menetapkan pula, bahwa 50 persen bantuan internasional harus disalurkan melalui anggaran nasional pemerintah, meningkat dari 20 persen selama ini. Penanganan bantuan internasional dalam jumlah raksasa yang tidak dikelola melalui penetapan anggaran pemerintah, selama ini mengakibatkan maraknya korupsi.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengakui bahwa terjadi banyak kemajuan di Afghanistan, khususnya menyangkut taraf hidup rakyat. Namun katanya, kemajuan itu masih terlalu lambat. Ia menegaskan pula, niat Presiden Hamid Karzai untuk melibatkan unsur Taliban dalam pemerintahan, demi mencapai suatu rekonsiliasi nasional, hanya bisa diterima dengan syarat khusus. Antara lain, semua pihak harus meninggalkan jalan kekerasan, dan memutus seluruh jaringan dan hubungan dengan Al Qaida. Tidak boleh ada unsur pemerintah yang memelihara keterkaitan dengan jaringan teror Al Qaida.

Hal lain yang ditekankan Clinton adalah apapun yang terjadi dalam rekonsiliasi nasional Afghanistan, hak-hak perempuan tetap harus menjadi prioritas. Ini ditegaskan lagi dalam wawancara dengan jaringan pemberitaan Inggris BBC, "Dan ketika bicara tentang masa depan Afghanistan yang damai, dengan penegakkan tertib hukum dan konstitusi, kita harus memastikan bahwa di dalamnya juga dijamin penghormatan terhadap hak-hak dan martabat perempuan. Ini urusan yang sangat mendasar. Kita tidak akan bisa menerima suatu pemerintah yang menindas hak kaum perempuan di negeri itu."

Ging Ginanjar

Editor: Hendra Pasuhuk