1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

120710 Fußball-WM Bilanz

12 Juli 2010

Empat pekan lamanya, perhatian fans sepak bola terarah ke Afrika Selatan. Minggu (11/07), Piala Dunia FIFA 2010 berakhir. Neraca apa yang ditarik dari pesta sepak bola dunia yang pertama kali digelar di Afrika itu?

https://p.dw.com/p/OGnc
Stadion Soccer City di Johannesburg ketika dalam tahap renovasi agar 'layak' menjadi stadion penyelenggara Piala DuniaFoto: dpa

Piala Dunia 2010 mencetak juara baru: Spanyol, kesebelasan yang kurang meyakinkan di babak awal, tapi prestasinya semakin membaik hingga babak final, dengan menaklukkan Belanda 1-0 lewat babak perpanjangan. Setelah sebelumnya menundukkan Jerman 1:0 di babak semifinal.

Bagi tim Panser Jerman, yang pagi tadi sudah mendarat di bandara Frankfurt, posisi ke tiga Piala Dunia adalah hasil yang baik. Seperti yang disampaikan pelatihnya Joachim Löw, "Bagaimana tim muda ini bekerja secara konsekuen, bagaimana mereka percaya akan dirinya sendiri, dan bagaimana kami dalam banyak pertandingan bermain secara ofensif dan mencetak banyak gol. Dilihat dari situ hasilnya sungguh sangat, sangat memuaskan."

Padahal sebelum Piala Dunia mulai digelar, kekhawatiran menerpa kubu Jerman dengan banyaknya pemain yang cedera, termasuk kapten tim Michael Ballack. Sementara Klose, Podolski dan sejumlah pemain lain, tidak berada pada kondisi terbaik. Tapi itu semua berubah selama empat pekan terakhir. Bahkan bintang baru Thomas Müller yang berusia 20 tahun, sekarang terpilih sebagai top scorrer sekaligus pemain muda terbaik Piala Dunia 2010.

Piala Dunia tahun ini merupakan pil pahit terutama bagi Italia, Perancis dan tim-tim Afrika, termasuk tuan rumah Afrika Selatan. Hanya Ghana yang berhasil melaju ke babak perempat final. Namun Afrika tetap dipuji. "Afrika dapat bangga telah mengorganisir Piala Dunia ini," demikian dikatakan Ketua FIFA Joseph Blatter.

Afrika dapat bangga. Tapi sebaliknya FIFA tidak. Banyak hal yang meninggalkan kesan buruk bagi Federasi Internasional Persatuan Sepak Bola ini. Gol yang tidak diakui, penentuan posisi offside yang tidak adil, wasit yang tidak sepakat dalam mengeluarkan kartu kuning dan merah. Bagi dunia perwasitan, Piala Dunia tahun 2010 ini tidak memberikan citra yang baik, juga tidak bagi FIFA. Penggunaan sarana bantuan teknis sangat diperlukan.

Selain itu, tiket stadion-stadion indah dan modern di Afrika Selatan sering tidak habis terjual, rumput-rumput di sejumlah lapangan pertandingan, tidak memenuhi kriteria Piala Dunia. Meskipun demikian, kekhawatiran sebelumnya dalam masalah keamanan, tidak terjadi.

Walaupun harapan dari segi prestasi olahraga, bahwa Piala Dunia 2010 akan dapat menjadi pesta Piala Dunia Afrika tidak terpenuhi, secara garis besar, pesta akbar sepak bola itu adalah pesta olahraga yang indah, penuh warna dan menarik. Suatu keuntungan bagi Afrika, demikian pendapat Charles Akonnor, mantan pemain Liga Utama sepak bola Jerman asal Nigeria. "Tadinya tidak ada yang percaya bahwa Afrika Selatan dapat menyelenggarakan pesta olahraga ini. Saya percaya, banyak yang berubah sejak Piala Dunia ini, terutama di Afrika Selatan. Saya sangat optimis. Saya pikir, akan banyak investor yang datang dan negara itu sendiri akan lebih kuat dari sebelumnya."

Namun belum diketahui, berapa utang yang ditinggalkan FIFA dan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Sejumlah stadion sudah pasti tidak akan dipergunakan, sementara stadion-stadion tersebut akan terus membutuhkan biaya perawatan. Biaya listrik di Stadion Green Point di Capetown misalnya, antara September tahun 2009 hingga Maret tahun 2010 saja sekitar 280 ribu Euro. Selama penyelenggaraan Piala Dunia, penggunaan listrik semakin meningkat. Dan para pembayar pajak di Afrika Selatan lah yang harus menanggung biaya tersebut.

Andreas Ziemons/Dyan Kostermans

Editor: Hendra Pasuhuk