1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Agenda Pembaruan Uni Eropa Masih Panjang

5 Oktober 2009

Uni Eropa menarik napas lega setelah Irlandia menyetujui Perjanjian Lisabon. Ceko dan Polandia masih harus meratifikasi. Tapi penerapan Perjanjian Lisabon belum menjamin kelancaran politik Uni Eropa.

https://p.dw.com/p/JyL3

Mengenai keberhasilan referendum di Irlandia, harian liberal Austria der Standard menulis:

Bagus, bahwa Perjanjian Lisabon tak lama lagi bisa diberlakukan. Memang masih ada sedikit resiko dari Presiden Ceko Vaclav Klaus. Sifat keras kepalanya bisa menyebabkan kekacauan, walaupun kemungkinannya kecil. Ada pertanyaan penting yang mendasar setelah keberhasilan referendum di Irlandia. Apakah perjanjian untuk pembaruan Uni Eropa ini pada praksisnya akan membawa keberhasilan dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan? Apakah tujuan-tujuan pembaruan yang tertera di dalamnya dapat diwujudkan? Semua itu tergantung dari seberapa jauh negara-negara anggota bersedia melakukan politik Eropa yang sebenarnya. Dan tidak hanya menonjolkan kepentingan nasional yang sempit dan egoisme seperti sekarang ini.

Harian konservatif Perancis Le Figaro menyambut hasil referendum Irlandia sebagai berikut:

Ini adalah hal yang sangat baik. Eropa bisa bergerak ke depan. Tapi ini sekaligus merupakan sebuah tanggung jawab baru dan berat. Para pimpinan politik sekarang punya instrumen untuk membentuk Eropa menghadapi tantangan masa depan. Mereka dituntut meletakkan dasar-dasar yang kuat. Perjanjian ini tentu tidak akan menyelesaikan segala masalah. Ke-27 anggota Uni Eropa harus menunjukkan tekad politik yang bulat, jika ingin didengar suaranya di panggung internasional. Kemitraan Jerman-Perancis jadi makin penting sebagai motor Uni Eropa.

Harian Belanda de Volkskrant menilai:

Referendum kedua di Irlandia ini sebenarnya tidak hanya menyangkut Perjanjian Lisabon. Tapi lebih jauh lagi, menyangkut keanggotaan Irlandia di Uni Eropa. Situasi sekarang memang sangat berbeda daripada kondisi ketika referendum pertama dilakukan. Krisis perbankan membuka mata Irlandia, bahwa dalam cuaca buruk, lebih baik bersandar pada pelabuhan Eropa.

Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung dalam tajuknya menulis:

Pemberlakuan Perjanjian Lisabon bisa menjadi pembuka sebuah fase panjang, di mana Uni Eropa akan mampu menerima Kroasia dan Islandia, namun kemudian membekukan proyek-proyek besar lainnya, seperti penerimaan Turki dan perluasan berikutnya ke Eropa Timur. Jadi tidak perlu membesar-besarkan Perjanjian Lisabon sebagai pembawa keselamatan atau kehancuran. Pertanyaan utama yang perlu didiskusikan adalah: apakah bentuk sekarang ini adalah bentuk akhir, atau Uni Eropa perlu dikembangkan lagi.

Harian Polandia Gazeta Wyborcza menuntut agar proyek perluasan digalakkan lagi:

Tes pertama efektivitas Perjanjian Lisabon adalah isu perluasan. Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dan Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, tanpa Perjanjian Lisabon, perluasan tidak mungkin dilakukan. Jika perjanjian ini nanti diberlakukan, maka mereka tidak boleh menginjak rem lagi. Masih banyak negara yang menunggu jadi anggota baru: Kroasia, Islandia, Turki, Montenegro, Bosnia-Herzegovina dan Kosovo. Tahun 2010 Ukraina ingin jadi anggota, dan setelah itu mungkin Belarusia dan Moldavia.

HP/AS/dpa/afp