1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Akankah Kesepakatan Perlucutan Senjata Strategis Dilanjutkan?

13 Oktober 2009

Dalam kunjungan Eropa Selasa ini (13/10) Menlu AS Hillary Clinton singgah di Moskau. Guna merundingkan kelanjutan kesepakatan perlucutan senjata strategis START yang masa berlakunya akan berakhir Desember mendatang.

https://p.dw.com/p/K5Cv
Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton disambut rekannya dari Rusia Sergey LavrovFoto: AP

Presiden Rusia Dimtry Medvedev dan Presiden AS Barack Obama akan terus mengupayakan kesuskesan perundingan perlucutan senjata strategis. Keduanya pantang lelah untuk menekankan betapa pentingnya melanjutkan perjanjian perlucutan senjata-senjata strategis START. Hari Minggu lalu (11/10) di televisi Rusia, Dimtry Medvedev memaparkan: "Tema ini penting sekali dan hal ini tidak diragukan lagi. Kita harus mengupayakan sebuah dunia yang bebas dari senjata atom. Ini merupakan tugas bersama, walaupun ada yang berpendapat bahwa hal ini tidak mungkin terwujudkan. Dunia bebas atom – ideal inilah yang harus tercantum dalam agenda harian kita.“

Ketika itu Medvedev juga tidak lupa untuk menyebutkan bahwa negaranyalah yang selalu mendesak perjanjian baru perlucutan senjata. "Bagi pemerintah AS sebelumnya, sayangnya, tema ini bukan prioritas politik luar negeri.“

Ada dua alasan penting mengapa Rusia bersikeras melanjutkan kesepakatan START. Pertama, karena biaya penyimpanan dan pemeliharaan hulu ledak dan penyangganya terlampau mahal bagi pemerintah. Terutama karena Rusia lebih memerlukan dana itu untuk perombakan struktur dan perlengkapan teknis militer.

Selain itu, keuntungan dari perundingan itu bagi Rusia adalah citra baru. Negara itu akhirnya dapat tampil lagi sederajat dengan Amerika Serikat dan sebagai mitra penting di panggung politik dunia.

Sedangkan Presiden AS Barack Obama ingin membuktikan, bahwa pernyataannya disusul dengan tindakan. Tekanan terhadapanya setelah menerima penghargaan Nobel Perdamaian tentunya semakin besar. Oleh karena itu, Presiden Obama mempercepat temponya. Dalam kunjungan ke Moskow, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dan rekan Rusianya Sergei Lavrov mendiskusikan sebuah rancangan baru yang konkrit untuk melanjutkan kesepakatan START, yang akan berakhir 5 Desember depan.

Dan hingga 5 Desember tidak semua masalah rinci akan terselesaikan. termasuk soal pembatasan jumlah senjata. Rusia menginginkan agar semua jumlah hulu ledak dibatasi, begitu juga yang disimpan. Sedangkan AS hanya menginginkan jumlah hulu ledak yang siap pakai yang dibatasi.

Masalah pertahanan nampaknya juga akan dibahas lagi. Memang Presiden Obama sudah membatalkan sistem penangkis rudal AS di Ceko dan Polandia yang mahal namun dikatakan belum dikembangkan itu. Tetapi hingga kini belum jelas, apakah AS bersedia memenuhi keinginan Rusia untuk bertindak bersama di sektor pertahanan.

Namun para pakar memperingatkan akan euforia yang berlebihan. Karena selama ini AS dan Rusia hanya membatalkan hal-hal yang dianggapnya tidak terlalu penting.

Christina Nagel / Andriani Nangoy
Editor: Hendra Pasuhuk