1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Akankah Rencana Obama Pengaruhi Ekstrimis Afghanistan?

24 Juni 2011

Pengumuman Presiden AS untuk menarik sepertiga dari jumlah tentara AS di Afghanistan hingga pertengahan tahun depan, dianggap sebagai sinyal pengalihan tanggung jawab pasukan asing kepada pemerintahan di Kabul.

https://p.dw.com/p/11iqB
Polisi AfghanistanFoto: AP

Warga Afghanistan tidak optimis jika ditanya akan masa depan negaranya. Seperti misalnya apa yang akan terjadi setelah 2014, dimana menurut rencana transisi NATO, Afghanistan lah yang akan mengambil alih tanggung jawab keamanan di seluruh negeri. Menurut pakar Afghanistan Thomas Ruttig tidak tertutup kemungkinan akan terjadi perang saudara kembali, setelah pasukan barat keluar dari sana. "Bagi kami ada dua petunjuknya. Pertama, negara Afghanistan belum stabil, sehingga semuanya bisa runtuh seketika. Kedua, pendapat warga Afghanistan yang percaya akan kekacauan yang mungkin terjadi. Ini seringnya ramalan yang akan terpenuhi sendiri."

Sedikit lebih optimis adalah keterangan versi pasukan perlindungan internasional. Akhir 2009, Presiden Amerika Serikat Barack Obama memutuskan untuk menambah jumlah pasukan. Jumlah yang sama ia tarik kembali hingga pertengahan tahun depan. Namun, jumlah tentara asing di Afghanistan belum pernah sebanyak sekarang ini. Karena itu lah teruwujud keberhasilan. "Kami menjadi terlalu kuat bagi Taliban", ini kalimat yang diucapkan juru bicara pasukan ISAF di Kabul, Josef Blotz. "Karena mereka tidak bisa menangani kami lagi, bisa dilihat bahwa mereka mengubah sasaran mereka. Sehingga 85 persen korban adalah warga sipil. Ini tanggung jawab Taliban."

Banyak warga Afghanistan yang khawatir, bahwa negara barat terlalu cepat keluar dari negara mereka dan meninggalkan mereka sendirian dengan pelaku kejahatan dan Taliban. Thomas Ruttig yang turut mendirikan 'Afghanistan Analyst Networks' menganggap teori yang mengatakan kekuatan Taliban berkurang adalah hal yang tidak benar. Menurutnya memang kelompok ekstrimis berhasil diusir dari banyak wilayah, juga di utara Afghanistan. Tetapi ini tidak berarti mereka melemah. Masih menurut Ruttig, seharusnya negara barat tidak memberikan batas waktu 2014. "Bagi saya itu sebuah kesalahan. Karena di baliknya hanya ada logika politik dalam negeri. Lebih baik menunggu hingga Afghanistan benar-benar berfungsi dan tidak hanya berdasarkan laporan orang lain."

Sementara polisi dan militer Afghanistan di negara sendiri mengambil alih semakin banyak kontrol, pasukan barat dikurangi. Ini berdasarkan skenario serah terima NATO- Namun, akhir 2014 tidak berarti semua pasukan asing akan keluar dari sana. "Setelah 2014, harus ada elemen militer yang mendukung kelanjutan di Afghanistan, khususnya dari NATO. Walau jelas akan lebih kecil bentuknya."

Dalam hal ini Jenderal Blotz dan pakar politik Ruttig sepakat. Begitu juga dalam satu poin lain, yakni sangat dibutuhkan perundingan dengan Taliban. Namun, usai rencana penarikan mundur pasukan yang diumumkan Obama, kesediaan kelompok ekstrimis untuk duduk bersama Amerika Serikat, sepertinya tidak bisa dipastikan lagi.

Kai Küstner / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Hendra Pasuhuk