1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pria Perancis Ini Miliki Tiga Wajah Berbeda

18 April 2018

Jerome Hamon, penderita penyakit mutase genetik, mendapatkan wajah ketiganya. Ia merupakan orang pertama di dunia yang menjalani dua kali transplantasi wajah.

https://p.dw.com/p/2wEoC
Frankreich Transplantation Jerome Hamon
Foto: picture-alliance/AP Photo/HEGP AP-HP

Wajah asli Jerome Hamon rusak akibat penyakit neurofibromatosis tipe 1 yang dideritanya. Penyakit mutasi genetik ini menyebabkan tumbuhnya tumor ganas yang menyerang wajahnya.

Tahun 2010 lalu, Jerome menjalani transplantasi wajah baru di Rumah Sakit Georges Pompidou di Paris, Perancis. Namun pada tahun 2015, setelah minum obat flu tubuh Jerome beraksi menolak jaringan tubuh asing di wajahnya. November tahun lalu, jaringan transplantasi di wajahnya mulai mati, sehingga harus diangkat seluruhnya.

Dua bulan Jerome kembali harus menderita karena tidak memiliki wajah. Ia tidak memiliki kelopak mata, telinga, kulit, dan tidak bisa berbicara dan makan. Keberuntungan didapat Jerome ketika mendapat kabar adanya donor wajah baru, milik seorang pria berusia 22 tahun.

Dan Januari lalu, ahli bedah yang menangani transplantasi pertamanya, Dr. Laurent Lantieri, kembali melakukan transplantasi wajah kedua. Meski masih harus tetap tinggal di rumah sakit untuk memulihkan diri dari operasi berat ini, Jerome merasa sudah pulih sehat dan merasakan hidupnya kembali. Ia mengatakan setelah melewati masa pemulihan yang sangat melelahkan, secara keseluruhan ia merasa baik.

Jika saya tidak menerima wajah baru ini, kemungkinan saya akan memiliki masalah identitas diri. Saya tidak akan merasa seperti saya. Sekarang inilah saya dengan wajah baru, dan ini wajah saya," dikatakan Jerome saat diwawancarai satu stasiun televisi Prancis Le Parisien.

Wajah kedua Hamon merupakan milik seorang pria berusia 60 tahun. Dengan wajah hasil transplantasi kedua, Hamon mengatakan ia kembali menjadi muda beberapa dekade. "Saya berusia 43 tahun. Donor saya 22. Jadi saya sekarang 20 tahun lebih muda," canda Jerome.

Keberhasilan transplantasi wajah yang dilakukan tim bedah Perancis pimpinan Laurent Lantieri di puji para dokter di dunia. Dikatakan, keberhasilan transplantasi wajah ini memberikan harapan kepada pasien lain.

"Fakta bahwa Dr. Lantieri mampu menyelamatkan pasien ini memberi kami harapan bahwa pasien lain dapat menjalani operasi cadangan jika diperlukan," kata Dr Frank Papay, dari Klinik Cleveland, AS. Dr. Frank Papay menambahkan, teknik yang dikembangkan oleh Lantieri dan teknik lainnya dapat membantu dokter mencapai apa yang disebutnya "cawan suci" obat transplantasi, yakni bagaimana memungkinkan pasien untuk mentoleransi transplantasi jaringan milik orang lain.

Dr Bohdan Pomahac dari Harvard University, yang telah beberapa kali melakukan transplantasi wajah di AS, mengatakan prosedur serupa nantinya akan menjadi lebih umum sejalan dengan meningkatnya jumlah pasien. "Semakin sering kita melihat apa yang terjadi dengan pasien (transplantasi wajah), semakin kita harus menerima kenyataan adanya penolakan (akan jaringan asing),” dikatakan Pomahac. "Transplantasi wajah pada dasarnya akan menjadi tidak berfungsi, terdistorsi dan itu mungkin saat yang tepat untuk mempertimbangkan transplantasi ulang."

yf/vlz (leparisien, scmp)