1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aksi Kekerasan di Libya Berlanjut

8 Maret 2011

Tentara yang setia kepada Muammar al Gaddafi terus melancarkan serangan terhadap posisi para penentang rezim, dengan mengerahkan panser, tank dan juga dengan menggunakan pesawat tempur.

https://p.dw.com/p/10VB8
Kelompok anti Gaddafi di Brega bersiap untuk mempertahankan diri dari serangan, Senin (07/03)Foto: picture alliance/dpa

Kelompok perlawanan di Libya terus ditekan oleh pasukan yang setia kepada Muammar al Gaddafi. Angkatan udara Gaddafi hari Selasa (08/03) dilaporkan membombardir kota pelabuhan minyak Ras Lanuf. Namun penentang rezim tetap bertahan di kawasan strategis tersebut. Dari kota Misrata, Brega dan Sirte di timur Libya dilaporkan terus dilancarkannya aksi perlawanan.

Terutama serangan udara yang dilancarkan pasukan Gaddafi melemahkan posisi penentang rezim. Karena itulah kelompok perlawanan menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menetapkan zone larangan terbang di atas Libya.

Menanggapi eskalasi kekerasan di Libya yang sudah mengarah pada situasi perang saudara, NATO kini juga sedang merundingkan berbagai opsi, termasuk kemungkinan opsi militer.

Sementara itu Presiden Amerika Serikat Barack Obama, pada saat menerima kunjungan PM Australia Julia Gillard di Washington, dalam konferensi pers menegaskan ancamannya terhadap Gaddafi. "Saya ingin menyampaikan pesan tegas kepada Kolonel Gaddafi. Mereka harus menentukan pilihan, mengenai bagaimana tindakan selanjutnya dan mereka harus bertanggung jawab terhadap aksi kekerasan yang terus terjadi di sana. Saat ini kami terus melakukan konsultasi dengan NATO di Brussel, menyangkut opsi luas, termasuk potensi serangan militer sebagai jawaban atas aksi kekerasan yang terus berlangsung di Libya."

NATO saat ini meningkatkan aksi pengamatan kawasan udara Libya menjadi sepanjang hari. Dengan itu, aliansi pertahanan Atlantik utara bersiap mengantisipasi perkembangan situasi, kata duta besar AS di NATO.

Kecaman terhadap Libya juga datang dari negara-negara Arab di kawasan Teluk Persia. Sekretaris jenderal dewan kerjasama negara Teluk, Abdul Rahman Hamad al Atijjah, setelah sidang dewan di Abu Dhabi menegaskan, pembantaian yang dilancarkan rezim Muammar al Gaddafi terhadap rakyatnya sendiri, sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Selain itu Liga Arab dan Organisasi Konferensi Islam sudah menyatakan, siap mendukung keputusan bagi diterapkannya zona larangan terbang di kawasan udara Libya.

Sedangkan Uni Eropa hingga kini masih terus secara intensif membahas sanksi konkrit berikutnya terhadap rezim Gaddafi. Penguasa Libya Muammar al Gaddafi kelihatannya samasekali tidak terpengaruh berbagai ancaman dan kecaman tersebut. Bahkan dalam sebuah pernyataan di ibukota Tripoli, diktatur Libya itu balik mengancam Eropa. "Eropa tergantung kepada Libya. Sebagai penjamin perdamaian di kawasan Laut Tengah dan sebagai mitra untuk memerangi imigran ilegal. Eropa perlu Libya untuk mencegah jutaan warga Afrika memasuki Perancis dan Italia. Libya memainkan peranan penting bagi keamanan wilayah. Sebuah Libya yang stabil berarti juga situasi yang stabil bagi seluruh kawasan Laut Tengah."

Akibat berbagai pertempuran antara pasukan pendukung dan kelompok anti rezim Gaddafi, para dokter di Libya melaporkan, sedikitnya sudah 6.000 orang tewas. Organisasi internasional juga melaporkan, sekitar 200.000 pekerja migran sudah mengungsi dari Libya. Dikhawatirkan gelombang pengungsi akan berlipat ganda dalam beberapa hari mendatang, karena juga warga Libya akan ikut mengungsi dari negerinya, seiring semakin gawatnya situasi.

Agus Setiawan/dpa/afp/rtr

Editor: Dyan Kostermans