1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Libyen Gewalt

25 Februari 2011

Penumpasan terhadap penentang rezim masih dillancarkan oleh tentara yang setia pada pemimpin Libya Muammar Khaddafi. Khaddafi menyalahkan jaringan teror al Qaida atas kerusuhan di negaranya.

https://p.dw.com/p/10PLK
Gedung pemerintah Libya di ibukota Tripolis terbakar dalam bentrokan antara penentang dan pendukung rezim GaddafiFoto: AP

Serangan yang dilakukan oleh pasukan Khaddafi Kamis kemarin (24/2) di kota Zawiyah, meraup sedikitnya 23 nyawa manusia dan 44 orang cedera. Kota itu terletak 60 kilometer dari ibukota Tripoli. Demikian laporan harian Libya „Kurina“ mengutip keterangan dokter setempat.

Sementara sumber lain menulis, bahwa jumlah korban tewas hanya mencapai 10 warga dan yang mengalami luka-luka 150 orang. Korban luka belum dapat dirawat di rumah sakit karena pertempuran masih berlanjut. Namun karena berita yang keluar dari Libya simpang siur, sulit untuk membuktikan kebenarannya.

Berdasarkan laporan kantor berita dpa, mantan kepala bagian keamanan kota Benghazi, Nuri al-Obeidi menuturkan, dalam pertempuran di Beghazi beberapa hari sebelumnya, jumlah korban tewas mencapai 390 orang dan sekitar 1.300 orang mengalami luka-luka.

Al-Obeidi juga mengatakan, di sebuah pangkalan militer yang dipimpin oleh putra Muammar Khaddafi, Chamies al-Khaddafi, ditemukan sebuah penjara di bawah tanah. 90 tahanan dapat dibebaskan, termasuk tentara yang ditahan karena menolak menembaki penentang rezim. Menurut al-Obeidi, kota Benghazi sudah aman dan penduduknya menjaga penyediaan air dan listrik kota.

Semalam (Kamis 24/2) di kota Tobruq, penentang rezim berkumpul di lapangan utama dan menuntut berakhirnya kekuasaan Gaddafi. Mereka menyerukan slogan „rezim Muammar harus dijatuhkan“.

Seorang polisi dari kota al-Baigha memaparkan kepada dpa, penentang rezim membunuh sedikitnya 200 tentara. Diisukan, tentara asing dibayar 12.000 dolar Amerika Serikat untuk setiap penentang Khaddafi yang berhasil dibunuh.

Kalangan aktivis hak asasi manusia menuturkan, bahwa pengikut Khaddafi, yang tergabung dalam komite revolusi, membunuh korban luka yang dirawat di rumah sakit. Hal serupa juga diberitakan oleh kantor berita Katolik MISNA yang mendapat informasi dari Liga Libya untuk Hak Asasi Manusia.

Dokter yang mencoba melakukan perlawanan, mendapat ancaman. Kemudian disebutkan, bahwa orang-orang itu membawa mayatnya untuk dilenyapkan. Tetapi, informasi inipun tidak dapat diselidiki kebenarannya karena situasinya tidak memungkinkan.

Tentara pembelot mengatakan, akan bergerak menuju ibukota Tripoli untuk mengusir Gaddafi. Seorang mantan perwira menuturkan, target mereka adalah Tripoli, jika kota itu tidak dapat membebaskan dirinya sendiri.

Sekitar 5.000 warga Eropa masih berada di kawasan krisis di Libya. Mereka akan dievakuasi secepat mungkin, demikian Uni Eropa.

Sementara ini NATO sedang mempersiapkan sidang darurat untuk merundingkan situasi di Libya. Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen menuturkan Jumat ini (25/2) di Budapest, ibukota Hungaria, telah mengundang lembaga tertinggi pengambil keputusan aliansi pertahanan itu, untuk mencari kemungkinan mencegah aksi kekerasan rezim Gaddafi.

Peter Steffe/Andriani Nangoy
Editor: Hendra Pasuhuk