1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aksi Mogok di Perancis Makin Meluas

20 Oktober 2010

Aksi protes massal ini tidak tepat waktu untuk sebuah perang ideologi. Pemerintah sudah tidak lagi memiliki ruang gerak untuk melakukan kompromi.

https://p.dw.com/p/Piuy
Aksi pemogokan serikat buruh yang semakin meluas di Perancis.Foto: picture-alliance/dpa


Aksi pemogokan umum di Perancis yang digelar serikat buruh, pelajar dan mahasiswa untuk menentang rencana reformasi sistem pensiun yang diajukan pemerintahan Nicolas Sarkozy, tetap menjadi tema komentar dalam tajuk sejumlah harian internasional.

Harian konservatif Italia Corriere della Sera yang terbit di Milan dalam tajuknya berkomentar : Perancis yang lumpuh akibat aksi protes massal menentang reformasi pensiun, mengingatkan pada semangat revolusi tahun 1968. Tapi kenampakan ini menipu. Karena yang terjadi adalah banyaknya perbedaan. Warga Perancis yang marah kelihatannya berada di era yang keliru, dengan menggelar sebuah perang ideologi yang samasekali tidak sesuai dengan situasi ekonomi global ataupun situasi di negara itu sendiri. Ini menyangkut reformasi pensiun yang tidak merusak. Masalahnya lebih banyak menyangkut pendekatan reformasi yang ragu-ragu, yang di banyak negara sudah sejak lama dilaksanakan, terutama di Jerman sebagai panutan. Satu-satunya yang merusak anggaran negara adalah, tidak diakuinya realitas ini oleh warga Perancis.

Harian Perancis Le Figaro yang terbit di Paris berkomentar : Setelah serikat buruh menolak berbagai tawaran kompromi dari pemerintah, kini mereka terperangkap ke dalam jebakan yang dibuatnya sendiri. Sekarang, ketika serikat buruh hendak memutuskan langkah selanjutnya, aksi-aksi protes sudah dikuasai oleh kelompok-kelompok yang tidak dapat mereka kendalikan. Yakni ke tangan para pelajar yang lepas kendali yang juga disusupi para perusak dan penjarah. Skenario dari gerilyawan kota dan penjarahan yang kita saksikan terus menerus di layar televisi, kelihatannya tidak banyak kaitannya dengan ketakutan generasi muda sehubungan dengan reformasi pensiun itu.

Harian Perancis lainnya La Croix yang juga terbit di Paris berkomentar : Apa yang dapat menjadi jalan keluarnya dalam situasi saat ini? Dimana dilancarkan aksi protes dari pelajar dan mahasiswa, aksi blokade kilang pengolahan minyak tertentu serta depot bahan bakar dan kini para pengemudi jarak jauh juga ikut serta dalam aksi protesnya, yang semakin memperburuk kekacauan. Realitasnya harus disampaikan, bahwa reformasi itu tidak menyisakan banyak ruang untuk kompromi. Terutama bagi para buruh dengan persyaratan kerja buruk, mereka yang cukup lama menempuh pendidikan serta kaum ibu. Setiap kompromi baru, akan ditafsirkan sebagai dihentikannya reformasi. Hal itu akan menjadi isyarat dari kelemahan politik, dan dengan itu mustahil dilakukan. Dari sisi pandang pemerintah hanya terdapat satu kemungkinan, yakni mengulur waktu.

Terakhir harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung yang terbit di Frankfurt am Main berkomentar : Aksi protes reformasi pensiun di Perancis sudah mencapai titik panas tertentu, yang juga bisa mengimbas ke sektor lainnya. Para operator crane di Marseilles misalnya, memblokir seluruh kawasan pelabuhan, untuk menekan agar status mereka sebagai pegawai publik dipertahankan. Kelihatannya di seluruh Perancis tema ini dimanfaatkan, untuk mengungkapkan ketidak puasan secara umum, terhadap presiden dan pemerintah atau kepada tuhan dan dunia. Serikat buruh yang telah siap melakukan perundingan, dipaksa harus melanjutkan aksinya oleh kelompok lain yang lebih radikal. Dimana dan kapan eskalasi ini berhenti, tidak dapat diramalkan. Boleh jadi, kekacauan pekan ini, dimanfaatkan oleh kelompok konservatif yang selama ini bungkam, untuk memobilisir rakyat Perancis.

AS/AR/dpa/afpd