1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aksi Penumpahan Darah di Thailand Berlanjut

17 Maret 2010

Tim kebersihan baru saja selesai menghapus genangan darah dengan cairan pembersih kimia di halaman gedung pemerintah Thailand di Bangkok. Rabu (17/3), aksi penumpahan darah kembali terjadi.

https://p.dw.com/p/MV7N
Foto: AP

Setelah pemerintah masih tidak menggubris tuntutan mereka untuk mengadakan pemilihan baru, sasaran berikut para demonstran yang menyebut diri mereka 'Baju Merah' adalah tempat tinggal perdana menteri Thailand Abhisit Vejjajiva. Mereka mengepung rumah Abhisit sambil membunyikan klakson mobil, menyanyi lagu rakyat dan terus mengibarkan bendera merah. Botol-botol berisi darah mereka tumpahkan di pagar rumah tersebut. "Jika protes-protes sebelumnya tidak membawa hasil, maka kami harus menumpahkan darah untuk memperbesar tekanan terhadap pemerintah." Demikian ujar salah seorang demonstran.

Pemimpin demonstrasi Nattawut Saikua menambahkan, mereka telah memenuhi tujuan mereka datang ke rumah Abhisit. Yaitu, menyiram rumah Abhisit dengan darah rakyat biasa untuk mengekspresikan keinginan mereka. Penumpahan darah dianggap oleh para demonstran sebagai simbol pengorbanan bagi demokrasi.

Aksi Rabu (17/3) ini juga sebagai usaha mengaktifkan kembali gerakan perdamaian yang sepertinya mulai kehilangan semangat. Dari 150 ribu demostran yang memenuhi jalanan di Bangkok hari Minggu (14/3) lalu, hanya sekitar 40 ribu yang tersisa hari ini. Demikian keterangan kepolisian Bangkok. Walau pun demikian, jumlah ini tetap merupakan angka yang besar dibandingkan aksi-aksi protes yang terjadi sebelumnya. Ancaman akan aksi kekerasan secara sporadis tetap ada, tetapi bentrokan besar-besaran sepertinya dapat terhindarkan. Perdana Menteri Abhisit sendiri sudah tidak berada di rumahnya semenjak hari Jumat (12/3)lalu, saat demonstrasi dimulai. Ia mencari perlindungan di salah satu markas militer. Kelompok 'Baju Merah' membanggakan aksi demonstrasi yang berjalan secara damai sebagai kemenangan gerakan mereka. Namun, Jatuporn Prompan, salah seorang pimpinan gerakan tersebut memperingatkan, ini tidak berarti mereka tidak akan mengambil langkah yang lebih drastis. "Aksi ini untuk memperingatkan perdana menteri, bahwa ia memperoleh jabatannya dengan cara yang tidak benar. Ia menjabat lebih lama dari yang seharusnya. Abhisit seharusnya tidak boleh menjadi perdana menteri. Karena itu ia sekarang harus membubarkan parlemen. Kalau tidak aksi protes akan semakin menjadi-jadi."

Perdana Menteri Abhisit telah dua kali menolak permintaan demonstran untuk membubarkan parlemen. Ia mengatakan, bahwa ia juga harus memikirkan kepentingan negaranya dan tidak hanya yang diinginkan kelompok 'Baju Merah'. Sementara itu, bekas perdana menteri Thaksin Shinawatra yang tinggal di pengasingan sebagai eksil berbicara kepada pendukungnya melalui video - menyemangati mereka untuk terus berjuang. Semenjak kudeta yang menggulingkan Thaksin dari jabatannya, di Thailand terus terjadi gelombang demonstrasi, baik yang dilakukan oleh pendukung Thaksin mau pun lawannya.

VLZ/HP/rtr/ap