1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aktivis Hentikan Adopsi Ilegal di India

Murali Krishnan22 Februari 2013

Aktivis hak anak-anak di India menuntut moratorium adopsi oleh orang asing. Sementara itu, hukum sudah diperketat untuk mencegah penyelundupan anak-anak untuk adopsi ilegal.

https://p.dw.com/p/17kDL
An Indian mother tends to her new born baby under a candle light during a power failure at the Community Health Center at Mall in India's most populous state of Uttar Pradesh, about 45 kilometers (28 miles) from Lucknow, India, Monday, Oct. 31, 2011. According to the U.N. Population Fund, there will be symbolic "seven billionth" baby Earth's land and resources on Oct. 31. Already the second most populous country with 1.2 billion people, India is expected to overtake China around 2030 when its population soars to an estimated 1.6 billion. (ddp images/AP Photo/Rajesh Kumar Singh)
Baby in IndienFoto: AP

1995 Lakshmi, seorang warga desa yang miskin dan tidak berpendidikan dari Hyderabad untuk terakhir kalinya melihat dua anak perempuannya, Manjula dan Bhagya, di kantor adopsi yang berjanji bahwa kedua anaknya akan mendapat pendidikan bagus dan hidup lebih baik.

Sisi Gelap Adopsi dari Luar Negeri

Setahun setelahnya, ia meminta anaknya kembali dari kantor penyalur itu. Tetapi ia katanya harus membayar sangat mahal jika ingin anaknya kembali. Demikian diceritakan Lakshmi. Anak-anaknya telah dikirim ke AS. Jadi aktivis lokal berusaha melokalisasi mereka. Kata Lakshmi, orang tua angkat anak-anaknya tidak memperbolehkannya berbicara dengan mereka.



Kathirvel dan Nagarani, dari India selatan mengatakan, Satish, putra mereka, diculik Maret 1999. Mereka melapor kepada polisi, tetapi tidak terjadi apa-apa. Beberapa tahun setelahnya, mereka mengontak sebuah organisasi non pemerintah dan mendapat pertolongan. Kathirvel mengatakan, putranya diadopsi sebuah keluarga di Belanda. Mei 2007, sebuah televisi Belanda menyiarkan dokumentasi luas tentang kasus Nagarani dan Kathirvel, juga kemungkinan pengiriman anak-anak yang diculik ke negara itu.

"Hentikan Adopsi oleh Orang Asing"

Pakar masalah anak-anak menyatakan, kasus-kasus seperti ini hanya puncak gunung es. Mereka melaporkan adanya perantara yang mencari anak-anak dengan metode licik dan memberikan informasi palsu tentang mereka.

Beberapa dekade belakangan ini, sejumlah skandal di New Delhi, juga di negara bagian Gujarat, Andhra Pradesh, Maharashtra, dan Tamil Nadu menunjukkan pelanggaran berat peraturan adopsi, dan tuntutan orang tua yang kehilangan anak mereka. Janji biaya adopsi yang tinggi menyebabkan banyak rumah yatim-piatu bermotivasi tinggi untuk menyediakan anak untuk diadopsi.

"Ini skandal. Hanya karena pemerintah India gagal memenuhi tanggungjawabnya untuk mengurus dan melindungi anak-anak, pemerintah tidak bisa menjual anak-anak atas nama adopsi antar negara, dengan alasan ingin memberi mereka hidup lebih baik," kata Arun Dohle dari Against Child Trafficking, organisasi non pemerintah yang berpusat di Brussel dan Belanda.

Indien Kinderarbeit in der Textilindustrie.
Gambar simbol. Anak-anak di IndiaFoto: picture-alliance/Godong
Lakshmi, a poor villager from Hyderabad holding up a photograph of her two daughters who she has not seen since 1995 and are currently residing in the United States  zugeliefert von: Murali Krishnan
Lakshmi dari HyderabadFoto: DW/M. Krishnan

Kini, menyusul timbulnya kasus penculikan, peraturan baru dipertimbangkan untuk dilaksanakan Badan Adopsi Pusat. Menurut peraturan baru, jika sebuah kantor adopsi memiliki 100 anak, 80 dari anak-anak itu harus diadopsi di India. Jika itu tidak dilaksanakan, kantor adopsi akan kehilangan ijin.