1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aljazair Gelar Pemilihan Parlemen

10 Mei 2012

Sekitar 21,6 juta warga Aljazair dipanggil untuk memberikan suaranya memilih parlemen baru.

https://p.dw.com/p/14ssK
Bild Nr. 1 Titel: Tearing pictures of candidates for elections Beschreibung: Candidates for elections in Algeria capital 2012 ************ anbei sind 9 Bilder über Wahlen in Algerien · Alle Bilder sind von DW Korrespondent in Algerien (Bouadma), · wurden in 2012 aufgenommen, · wurden in Algerien aufgenommen, · sind von DW honoriert, · stehen alle zeitliche unbeschränkt für DW zu verfügen, und · sind für Bildergalerie für 10.05.2012 bestellt. Copyright ist (DW/ Bouadma) Schlagwörter: Algerien, Wahlen, arabische Welt.
Pemilu di AljazairFoto: DW/Bouadma

Kamis (10/05) warga Aljazair memilih parlemen baru. Menurut keterangan kementerian dalam negeri di Aljir, hampir 26 ribu kandidat dari 44 partai mencalonkan diri untuk memperebutkan 462 mandat di parlemen. Dari jumlah itu hanya separuhnya yang tahun ini diijinkan maju. Sebagai favorit adalah partai Front Pembebasan Nasional (FLN) dari Presiden Abdelaziz Bouteflika.

Supporters of Algeria's National Liberation Front (FLN) attend an electoral meeting, at the sport indoor hall in Algiers, 14 May 2007. The last day of the official campaign for parliamentary elections in Algeri. Nearly 19 million citizens are registered to vote. EPA/MOHAMED MESSARA +++(c) dpa - Report+++
Pendukung Front Pembebasan Nasional FLNFoto: picture-alliance/dpa

Meskipun demikian minat pemilih untuk memberikan suara relatif rendah. Pada pemilihan parlemen tahun 2007 lalu, tingkat peserta pemilu hanya 35 persen. Presiden Abdelaziz Bouteflika menilai pemungutan suara kali ini yang dihadiri 500 pengamat internasional sebagai pemilu yang paling bebas sejak 20 tahun terakhir dan menjanjikan reformasi. Dalam pemilihan umum tahun 1991 Front Islam FIS hampir meraih suara mayoritas. Pemilu tersebut oleh militer dinyatakan tidak sah, dan kelompok fundamentalis melakukan gerilya.

Hal itu memicu konflik berdarah selama bertahun-tahun dan diperkirakan menelan 200 ribu korban tewas.