1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ambisi Laos di Mekong

Esther Felden13 September 2012

Masa depan berada dalam air: sejak lama pemerintah Laos berambisi untuk membangun bendungan di Sungai Mekong. Dua proyek bendungan yang kontroversial delah menimbulkan perselisihan dengan negara tetangga.

https://p.dw.com/p/167nt
Foto: picture-alliance/dpa

Sungai Mekong dengan air yang berwarna coklat kekuningan berliku melintas Laos dari utara ke selatan, sepanjang hampir 1.900 kilometer. Sungai Mekong bagaikan sebuah nadi kehidupan di negara ini: dimanfaatkan sebagai jalur transportasi, ikan di sungai ini merupakan sumber protein penting bagi warga dan Mekong juga menjamin mata pencaharian banyak orang, tidak hanya di Laos. “Terdapat sekitar 60 juta orang, yang tinggal di tepi sungai atau yang menggantungkan hidup dari hasil sungai,“ dikatakan pakar WWF Jin-Hua Meng kepada Deutsche Welle.

Laos termasuk salah satu negara termiskin di Asia. Tiga perempat dari hampir 6,5 penduduk Laos bekerja di bidang pertanian. Dan sebagain besar dari mereka bertani untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Sebenarnya Laos merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam, kaya dengan air.

Thema geplanter Xayaburi Damm in Laos
Jutaan orang bergantung hidupnya pada Sungai MekongFoto: picture-alliance/dpa

Pemenang dan Pecundang dari Perkembangan Pesat

Laos memiliki potensi tenaga air terbesar di kawasan. Satu potensi yang memang telah lama diketahui pemerintah Laos dan juga diupayakan untuk dimanfaatkan untuk kepentingan Laos. Sejak bertahun-tahun pemerintah Laos berusaha untuk melaksanakan pembangunan bendungan untuk menghasilkan listrik. Dan listrik ditempatkan paling atas dalam daftar ekspor Laos. Dan proyek ini nantinya akan terus diperluas di masa mendatang. Laos – seperti dicanangkan pemerintah – diharapkan dapat mengespor energi dalam skala besar, sehingga dapat menyebutkan diri sebagai “baterai Asia”. Listrik yang akan diproduksi di Laos jauh lebih besar dari kebutuhan dalam negeri. Dan negara tetangga yang lebih besar dan berekonomi lebih kuat seperti Thailan dan Vietnam dapat menjadi pelanggan Laos.

Booming bisnis listrik tidak saja akan mendongkrak kemakmuran Laos dapi juga juga akan mendatangkan kerusakan, terutama pada lingkungan. Kesadaran akan pengelolaan berkelanjutan sumber daya alam berkembang secara perlahan. Dan masyarakat lokal juga selalu menjadi korban dari kebijakan pembangunan bendungan. Misalnya, seluruh penduduk sebuah desa harus dipindahkan agar proyek bendungan berikutnya bisa dikerjakan.

Tidak Berkonsultasi Terlebih Dahulu

Dengan penuh kekhawatiran, para aktivis lingkungan mengamati meningkatnya jumlah proyek bendungan di Laos. Pekan lalu organisasi lingkungan yang berbasis di Thailand, International Rivers, membunyikan tanda bahaya. Menurut keterangan organisasi ini, di Don Sahong – yang terletak di selatan dan hanya beberapa kilometer dari perbatasan ke Kamboja – pekerjaan konstruksi untuk proyek bendungan besar di Mekong tengah berlangsung. Ini merupakan proyek ke dua pembangunan bendungan raksasa di negara ini.

“Dua minggu lalu, tim kami berada di lokasi dan melihat pekerjaan konstruksi tengah dilaksanakan,” dikatakan Pianporn Deetes, direktur International Rivers wilayah Thailand. Menurut laporan penduduk setempat, pemerintah telah meledakkan sebuah air terjun. “Warga juga diberitahu, mereka harus mempersiapkan diri untuk pindah.”

Fischer Kambodscha Flash-Galerie
Perikanan mengamnkan penghidupan jutaan orangFoto: AP

Sebenarnya, Laos baru dapat membangun proyek bendungan besar hanya dengan izin tiga negara lain di tepi Sungai Mekong. Setidaknya ini tertera dalam pernyataan yang disebut Mekong River Commission, yang selain Laos juga terdiri dari Vietnam, Thailand dan Kamboja. Pada tahun 1995, keempat negara ini telah menyepakati untuk memanfaatkan potensi ekonomis Sungai Mekong secara bersama dan mengelola sumber daya sungai dengan musyawarah bersama.

“Tentu saja dalam kesepakatan tersebut tertulis bahwa setiap proyek bendungan di Mekong memerlukan izin,“ dikatakan Pianpoorn Deetes dari International Rivers. Namun kesepakatan ini hanyalah sebuah perjanjian tidak mengikat dan tidak memiliki hukum tertulis. Dalam kasus bendungan Don Sahong tidak ada perjanjian seperti ini dengan negara-negara tetangga. Dan pemerintah Laos juga telah menemukan satu cara untuk menghindari rintangan dalam proyek bendungan ini. Pemerintah Laos beralasan, proyek ini hanyalah proyek persiapan dan tidak memerlukan izin dari negara tetangga.

Proteste gegen den geplanten Xayaburi Damm in Laos
Warga Thailand juga menentang pembangunan bendungan XayaburiFoto: picture-alliance/dpa

Dua Bendungan, Banyak Protes

Menurut organisasi lingkungan International Rivers, pembangunan bendungan akan berdampak serius bagi warga dan hewan di wilayah Mekong. “Bendungan baru menutup satu-satunya wilayah sungai, di mana ikan-ikan selama musim kemarau dapat berenang ke arah hulu,“ dikatakan Pianporn Deetes. Bagi sektor perikanan ini akan menjadi bencana.

Akan adanya dampak buruk juga dikhawatirkan oleh Vietnam dan Kamboja. Sebelumnya kedua negara ini juga menentang pembangunan bendungan pertama di Laos: Di Xayaburi di utara Laos, pemerintah merencanakan untuk membangun bendungan yang empat kali lebih besar daripada bendungan di Don Sahong. Setelah munculnya protes keras dari negara tetangga, beberapa bulan lalu pemerintah Laos memutuskan untuk sementara mengentikan pembangunan bendungan kontroversial di Xayaburi untuk melakukan pengkajian lingkungan tambahan.

Thema geplanter Xayaburi Damm in Laos
Mekong, nadi kehidupan warga sekitarnyaFoto: picture-alliance/dpa

Bangun Bendungan di Tempat Lain

Namun aktivitas masih terus berlangsung di proyek bendungan Xayaburi. “Menurut informasi yang kami dapat, pekerjaan di bendungan Xayaburi sama sekali tidak dihentikan,“ dikatakan Pianporn Deetes. Dan bahkan sekarang, pada musim hujan, pekerjaan konstruksi terus berlanjut. Hal ini juga dibenarkan pakar WWF Jian-Hua Meng. “Dalam kasus Xayaburi, pemerintah Laos bahkan tidak mengatakan bahwa ini proyek persiapan.“ Pemerintah Laos secara resmi telah berkali-kali mengumumkan bahwa proyek ini dilanjutkan sepenuhnya. “Laos mengemukakan: kami telah menginformasikan negara lain mengenai proyek ini, kami telah membicarakan hal ini, kami juga mengerti kekhawatiran Kamboja dan Vietnam,“ diakatakan Jian-Hua Meng. Dengan ini, pemerintah Laos menganggap bahwa mereka telah memenuhi persyaratan Mekong River Commission.

Beberapa hari lalu, Wakil Menteri Energi Viraponh Viravong menyatakan kepada stasiun televisi Al Jazeera, bahwa proyek pembangunan bendungan Xayaburi secara resmi akan dilanjutkan pada bulan November. WWF merasa khawatir dengan perkembangan ini. Sebenarnya, secara umum WWF tidak menentang pembangunan bendungan. Tapi masalah utamanya adalah lokasi pembangunan bendungan. “Laos memiliki cukup potensi air di lembah sungai Mekong. Dalam beberapa tahun mungkin di sana sudah dapat berdiri pembangkit listrik tenaga air untuk menghasilkan listrik dan uang,” dikatakan Jian-Hua Meng. Sungai Mekong sendiri buakanlah wilayah yang tepat untuk proyek semacam ini.