1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ambisi Militer Cina

5 Maret 2014

Cina terus mengeluarkan uang besar-besaran untuk belanja militer, dengan menaikkan anggara pertahanan sebesar 12,2 persen tahun ini – langkah yang memicu kekhawatiran dari Jepang.

https://p.dw.com/p/1BKWC
Foto: Getty Images

Beijing selama bertahun-tahun menaikkan pengeluaran bagi Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) diatas dua digit, menggambarkan ambisi militer untuk menegaskan kebangkitan ekonomi sekaligus unjuk kekuatan terkait konflik teritorial dengan negara tetangga antara lain Jepang.

“Kami akan menjaga dengan tegas kedaulatan Cina, keamanan serta kepentingan pembangunan,“ kata Perdana Menteri Li Keqiang dalam pembukaan Kongres Rakyat Nasional (NPC) Rabu (05/03/14) yang dikendalikan oleh Partai Komunis Cina (PKC).

Beijing akan “menempatkan persiapan perang sebagai pijakan“ dan “membangun Cina menjadi sebuah kekuatan maritim,“ tambah dia.

“Kami akan menjaga kemenangan Perang Dunia II dan tatanan dunia pasca perang, dan tidak akan membiarkan siapapun untuk membalikkan jalannya sejarah,“ kata Li – menggunakan sebuah ungkapan yang sering dipakai dalam hubungan dengan Jepang.

Belanja militer terus naik

Cina telah memperbesar kemampuan laut selama beberapa tahun terakhir, dengan kapal induk pertama mulai beroperasi pada September 2012.

Kapal dan pesawat milik Cina dan Jepang secara rutin saling membayangi satu sama lain di wilayah sengketa Laut Cina Timur di kepulauan yang disebut Diaoyu oleh Cina dan dinamai Senkaku oleh Jepang, yang telah menimbulkan kecemasan bakal terjadinya bentrok.

Sebuah laporan keuangan yang dipersiapkan dalam pertemuan NPC menyebut bahwa “peruntukkan bagi anggaran pertahanan adalah 132 milyar Dolar AS, naik 12,2 persen“.

Sesaat setelah pengumuman itu, Jepang menyampaikan kekhawatirannya mengenai “keterbukaan“ Beijing terkait Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) – yang termasuk di dalamnya angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara.

“Transparansi kebijakan pertahanan Cina dan kemampuan militernya, atau kekurangannya, telah menjadi kecemasan komunitas internasional, termasuk Jepang,“ kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga.

Tahun lalu, Cina telah menaikkan anggaran militer 10,7 persen pada 2013, dan 11,2 persen pada 2012 serta 12,7 persen pada 2011.

Para analis percaya bahwa pengeluaran belanja Cina yang sebenarnya, lebih tinggi dari yang diumumkan.

Ambisi menjadi kekuatan besar

Cina mencurahkan sekitar tiga kali lipat lebih banyak dari India untuk anggaran pertahanan, dan lebih besar dari kombinasi belanja militer Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Vietnam.

Belanja Beijing diperkirakan bakal menyamai Washington pada 2030, demikian perkiraan International Institute for Strategic Studies pada Februari lalu, sambil memberi catatan bahwa setelah itu masih butuh beberapa tahun lagi bagi Cina, untuk menyamai kemampuan, pengalaman dan keahlian AS.

Langkah Cina akan menjadi sumber kecemasan negara tetangganya dan mendorong mereka memperkuat kerjasama satu sama lain dan AS, kata Denny Roy, seorang ahli militer Cina di East-West Center, Hawaii.

Desember tahun lalu, pemerintahan “Hawkish” Perdana Menteri Shinzo Abe sepakat mengeluarkan 240 milyar Dolar antara 2014 hingga 2019 lewat pergeseran kebijakan militer negara itu di kawasan dalam menghadapi Cina – yang artinya menaikkan anggaran militer mereka sebesar lima persen selama lima tahun.

Saat itu, Beijing mengecam langkah Tokyo yang dianggap menjadi ”keprihatinan negara-negara tetangga di Asia serta komunitas internasional”.

Roy mengatakan, dorongan Cina untuk memodernisasi militernya bersumber dari ambisi besar mereka untuk menjadi kekuatan dunia, bukan terkait sengketa dengan negara tetangga.

”Saya pikir secara mendasar itu (terkait) komitmen Cina untuk mencapai status kekuatan terbesar,” kata Roy.

ab/vlz (afp,ap,rtr)