1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Amnesty Anggap DK PBB Telah Gagal

Mirjam Gehrke24 Mei 2012

Ke lima anggota tetap DK PBB merupakan eksportir senjata terbesar. Bisakah mereka diharapkan bekerja bagi perdamaian dan keamanan? Demikian dipertanyakan Amnesty International.

https://p.dw.com/p/151fG
Foto: Reuters

Tahun 2011 dapat dikaitkan dengan apa? “Protes“ merupakan kata yang spontan dikatakan Sekjen Amnesty International Jerman Wolfgang Grenz. ”Warga di seluruh belahan bumi turun ke jalan untuk menuntut pembagian sumber daya alam yang adil, demokrasi dan hak asasi manusia.“

Percikan Revolusi Musim Semi di negara Arab sampai ke Cina, Azarbaijan, Yaman dan Bahrain. Namun keberhasilan gerakan demokrasi di Tunisia. Libya dan Mesir tidak terulang di negara lain. “Negara seperti Cina terus melakukan penindasan. Bahkan istilah seperti Revolusi Melati (di Cina) atau kata Mesir diblokir di internet,“ demikian Wolfgang Grenz menggambarkan reaksi pemerintah Cina terhadap revolusi di dunia Arab.

Arabellion Arabische Revolution Arabischer Frühling Symbolbild Malerie Karikatur
Gambar simbol revolusi di dunia ArabFoto: picture-alliance/dpa

Moral Ganda Negara Barat

Secara verbal memang Eropa dan Amerika Serikat mendukung gerakan demokrasi, menyadari sepenuhnya bahwa “kritik terhadap penindasan negara dan kondisi ekonomi yang buruk dibenarkan“, demikian tertulis dalam laporan tahun 2011 yang dikeluarkan Amnesty International, Kamis (24/05). “Namun mereka tidak ingin memutus ‘hubungan khusus' dengan pemerintah represif yang menjanjikan stabilitas di wilayah strategis penting dengan cadangan minyak dan gas yang besar.“

Wolfgang Grenz menunjukkan satu contoh konkret di Bahrain, “Di mana AS memiliki kepentingan geo-strategis dan militer. Di sana, Arab Saudi dizinkan untuk menghancurkan gerakan protes. Gerakan pro demokrasi tidak didukung sepenuhnya. Di beberapa negara lain tidak bertindak sama sekali atau bahkan memberikan dukungan persenjataan pada pihak penindas.“

Amnesty Report 2011 Wolfgang Grenz
Wolfgang GrenzFoto: picture-alliance/dpa

Jerman merupakan salah satu negara yang disebutkan sebagai pemasok senjata. Menurut laporan media - yang tidak disangkal – pertengahan tahun 2011, lewat pemungutan suara rahasia Dewan Keamanan Federal Jerman menyetujui pengiriman lebih dari 200 tank tempur modern Leopard 2 ke Arab Saudi. Menurut laporan pemerintah tentang ekspor senjata, dengan pengeluaran bagi persenjataan sebesar 152 juta Euro, Arab Saudi merupakan negara ke sepuluh terbesar dalam daftar penerima pasokan senjata. Keputusan ini mendapat kritikan tajam baik dari pihak oposisi maupun dari gereja-gereja Jerman.

Negara Pengekspor Senjata

Menurut Amnesty International (AI), Jerman menempati peringkat ke tujuh sebagai pemasok senjata terbesar di dunia, setingkat di atas Cina. Wolfgang Grenz memaparkan, “Negara yang mendapat keuntungan besar dari perdagangan senjata global adalah negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB.“

Tahun 2010, 70 persen dari ekspor senjata global berasal dari lima negara pemilik veto di Dewan Keamanan PBB, dikatakan AI dalam laporan tahunannya. Eksportir terbesar senjata konvensional adalah Amerika Serikat (30%) dan Rusia (23%), disusul Perancis (8%), Inggris (4%) dan Cina (3%). “Melihat hal ini bisa dimengerti bahwa Rusia tidak menyetujui sanksi keras DK PBB terhadap Suriah,” komentar Grenz. Sekjen AI Jerman menambahkan, “Terlalu positif untuk mengatakan bahwa DK PBB merupakan penjamin hak asasi manusia. Namun saya juga tidak mengutuk badan ini. Sangat sulit untuk menyelaraskan semua kepentingan politik yang berbeda.“

Symbolbild weltweiter Waffenhandel
Gambar simbol perdagangan senjata globalFoto: DW/AP

Pengawasan Perdagangan Senjata

Bulan Juli mendatang di New York, PBB akan menggelar konferensi dengan tujuan untuk membahas dan menyetujui Perjanjian Perdagangan Senjata (ATT). Perjanjian ini diharapkan dapat mengatur perdagangan lintas batas senjata konvensional – mulai dari pistol dan pesawat tempur – dengan membentuk standar internasional.

“Kami berharap bahwa pemerintah Jerman, yang sejauh ini mendukung perjanjian semacam ini, akan mempertahankan posisinya. Dan tekanan terhadap Amerika Serikat, Rusia dan negara lainnya dapat ditingkatkan dan akan cukup kuat untuk mendesak mereka menyetujui perjanjian ini,“ dikatakan Wolfgang Grenz kepada DW.

Tekanan memang diperlukan, karena sebelumnya Amerika Serikat telah meinta pengecualian. Washingtron antara lain menunutut, pengawasan diterapkan hanya terhadap perdagangan senjata, tapi tidak terhadap amunisi. Pada tanggal 27 Juli, Perserikatan Bangsa Bangsa akan menerapkan perjanjian pengawasan perdagangan senjata ini.