1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Anak Mata Tidak Bohong

Klaus Jansen22 Februari 2017

Anak mata atau pupil adalah cerminan emosi yang bisa diandalkan. Pupil membesar jika orang takut, merasa jijik atau merasa senang. Pupil memberi petunjuk tentang keputusan yang akan diambil seseorang.

https://p.dw.com/p/1BKck
Foto: Bilderbox

Besarnya anak mata kita selalu berubah-ubah. Perubahannya tergantung cahaya. Jika lingkungan sekitar gelap, anak mata membesar agar dapat menangkap sebanyak mungkin cahaya. Sedangkan di bawah sinar matahari, anak mata mengecil untuk melindungi retina dari cahaya yang terlalu banyak.

Perubahan besar anak mata diatur oleh iris, atau selaput pelangi, yang berada di sekitarnya. Dengan bantuan dua otot, iris mengatur masuknya cahaya. Tapi cahaya bukan faktor satu-satunya yang mempengaruhi besar anak mata.

Besar Anak Mata Tidak Hanya Tergantung Cahaya

Emosi juga bisa dilihat dari mata. Anak mata membesar, jika orang merasa senang atau takut. Itu tidak dikendalikan manusia, melainkan diatur sistem saraf. Sistem ini memungkinkan orang mengambil reaksi sangat cepat, jika ada bahaya. Jauh lebih cepat daripada kemampuan daya pikir membuat rencana. Walaupun pada zaman sekarang, orang jarang harus melarikan diri dari binatang liar, reaksi instingtif sangat penting, misalnya dalam lalulintas jalanan.

Anak mata membesar dan menunjukkan perubahan emosi, bahkan sebelum orang bersorak gembira atau berteriak karena kaget. Tetapi perubahan anak mata tidak memberikan petunjuk, apakah orang merasa takut, kaget atau senang.

Anak Mata Berubah Sebelum Pengambilan Keputusan

Lewat penelitian anak mata, kelompok peneliti di bawah pimpinan Willem de Gee dan Tobias Donner dari Universitas Amsterdam berhasil mengungkap hal baru. Di majalah Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) mereka menerbitkan studi yang bertopik memperkirakan keputusan orang lewat perubahan besar anak mata. Menurut hasil penelitian, jika orang akan memberi jawaban "ya," maka anak mata akan membesar.

Helmut Wilhelm dari ikatan kesehatan mata Jerman, Deutsche Ophthalmologischen Gesellschaft (DOG) menanggapi dengan skeptis perkiraan seperti itu. Menurutnya, membesarnya anak mata hanya menunjukkan bahwa emosi orang itu berubah, tetapi tidak ada spesifikasi tentang emosinya.

Misalnya jika orang mendapat suatu pertanyaan. "Orang yang berbohong, pasti takut kebohongannya diketahui orang. Jadi anak matanya pasti membesar," ungkap Wilhelm. Tetapi perubahan itu juga bisa mencerminkan perasaan senang atau lega, karena mendapat pertanyaan itu.

Jadi anak mata tidak berbohong, melainkan menyatakan kebenaran. Tetapi kebenaran yang mana, sejauh ini belum diketahui.