1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Analisa Seputar Penarikan Pasukan dari Afghanistan

28 Januari 2010

Menarik pasukan sekutu dari Afghanistan merupakan kejahatan, tandas pengamat masalah Afghanistan. Bagaimana analisanya?

https://p.dw.com/p/Lj59
Serangan Taliban di AfghanistanFoto: AP

Terdapat kesamaan, ketika dulu Uni Soviet berusaha memenangkan perang di Hindukush dengan situasi kini, yang membuat Vladimir Snegirov kembali termangu. Bagaikan de javu, ujar sang jurnalis Rusia yang dulu meliput perang Soviet di Afghanistan itu. Sejak tiga puluh tahun lalu, ia menyibukkan diri dengan negara itu: baik dalam hal pekerjaan maupun kehidupan pribadi. Di satu titik ia merasa yakin: "Lebih banyak tentara dikirim ke Afghanistan akan lebih besar pula pemberontakan. Perang bahkan akan menjadi-jadi.“

Dulu Soviet juga mencoba menambah kekuatan pasukannya untuk dapat memenangkan pertempuran, tambahnya. Menurutnya metoda yang "menunjukan kekuatan“, tidak akan berhasil. "Afghanistan memiliki aturan mainnya sendiri. Ketika dulu Anda datang dengan uang ke sana, ketika Anda ingin membantu atau membuka usaha, mereka akan tertawa dan gembira, Anda ada di sana. Namun bila Anda datang dengan senjata, otomatis Anda adalah musuh. Kemudian mereka akan menyunggingkan senyum dan menembak Anda dari belakang.“

Soviet dulu tidak mengetahui sama sekali tentang kehidupan di Afghanistan. Mereka tidak tahu tentang struktur kesukuan purba dan hierarki kemasyarakatan Afghanistan. Soviet tak memiliki intuisi terhadap struktur dam hierarki kesukuan. Komandan tertinggi ISAF mengakui tidak cukup memahami permasalahan negeri itu. Dipaparkan Snegirjov: "Terdapat perbandingan yang menarik dalam kaitan ini. Harapan yang ditumpukan kepada Presiden Hamid Karzai saat ini sedikit yang terpenuhi, sebagaimana harapan Soviet terhadap Karmal. Keduanya mungkin bukanlah politisi buruk, namun lemah dan tidak dapat mengendalikan situasi.“

Mereka juga tidak diterima oleh dewan suku besar. Proyek-proyek pembangunan dan upaya perundingan antara klan-klan yang bertikai, sebagaimana yang juga dilakukan oleh Soviet, juga bakal gagal. Kembali Snergijov: "Dulu kita juga pernah mencoba, membangun tentara Afghanistan. Kami mengeluarkan banyak uang dan upaya. Upayanya belum rampung, para serdadu keburu desersi. Kini terjadi lagi: diperkirakan yang kabur 20 hingga 30 ribu serdadu, dengan atau tanpa senjata.“

Apa lagi yang harus dilakukan? Membiarkan negeri itu sendiri atau Taliban yang menentukan nasibnya? Snegirjov melanjutkan, di belakang Taliban, tidak hanya teroris, tetapi juga orang-orang awam, yang melakukan perlawanan.

Giring para pemimpin Taliban ke meja perundingan, sebab hal itu penting. Sama pentingnya dengan tidak menarik pasukan secepatnya, ujar Snegirjov. "Formula lama Soviet berlaku bagi sekutu Barat. Penarikan pasukan merupakan kejahatan.“

Perang saudara akan mendestabilisikan keseluruhan wilayah. Ketika itu terjadi maka dunia kembali terpaksa bertindak.

Negara itu membutuhkan banyak uang dan penasihat independen, tambah Snegirjov. Namun masalah-masalah berikutnya sudah mulai bermunculan. Siapa yang akan berinvestasi, siapa yang mengambil untung dari invetasi, siapa yang membutuhkan dukungan dan darimana dukungan itu dan siapa yang mengamankan investasi? Karena satu yang jelas, misi di Afghanistan tanpa mengutamakan kepentingan sendiri, tidak akan ada. Meskipun negara itu telah mengalami perang, konflik dan krisis berkepanjangan selama 20 tahun.

Christina Nagel/Ayu Purwaningsih

Editor: Christa Saloh