1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

291211 Nigeria religiöse Gewalt

30 Desember 2011

Sejumlah serangan di Nigeria mengindikasikan aksi saling balas dendam antara umat Kristen dan Muslim. Warga pun menuding kepolisian gagal menjaga keamanan.

https://p.dw.com/p/13bxW
Sisa pemboman gerejaFoto: Picture-Alliance/dpa

Rapat darurat yang diikuti para pemimpin keamanan nasional Nigeria serta Presiden Goodluck Jonathan berlangsung selama dua setengah jam, hari Kamis (29/12).

Tuntutan keamanan rakyat semakin keras, setelah terjadi serangan di Gombe, Rabu malam (28/12), sebuah kota di kawasan utara Nigeria, yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Kelompok penyerang yang belum diketahui, menewaskan 15 orang di sebuah hotel.

Hindari Provokasi

Tapi ini bukan serangan pertama, Natal yang lalu sekte Islam radikal Boko Haram menewaskan lebih dari 35 orang di sebuah gereja. Kecaman terhadap tindakan itu datang dari segala penjuru.

Nigeria / Goodluck Jonathan / Präsident
Presiden Nigeria, Goodluck JonathanFoto: AP

Sementara reaksi di dalam Nigeria memicu ketegangan. "Umat Kristen di seluruh negeri tidak melihat pilihan lain kecuali memberi reaksi sepadan, apabila terjadi serangan terhadap umat, gereja atau milik kami yang lainnya.“ Ketegasan Ketua Perhimpunan Kristen Nigeria, Pastor Ayo Oritsejafor tak bisa dikesampingkan.

Ia memang memohon umat Kristen Nigeria agar tidak terprovokasi. Namun serangan bom atas pesantren di negara bagian Delta, Selasa pekan ini (27/12) memicu kekhawatiran bahwa konflik akan berlanjut. Apalagi sebelumnya, Perhimpunan Gereja Pentakosta Nigeria mengancam akan bertindak sendiri, apabila negara terbukti tidak efektif menangani konflik.

Di pihak Islam, Sultan Sokoto, Muhammad Sa'ad Abubakar, yang berpengaruh juga berusaha menenangkan keadaan. Dikatakannya, "Saya ingin menjamin semua warga Nigeria, bahwa tidak ada konflik antara umat Muslim dan Kristen, tidak ada konflik antara agama Islam dan Kristen.“

Nigeria yang kaya minyak berpenduduk 150 juta orang dan merupakan negara terpadat di Afrika. Mayoritas penduduk di utara beragama Islam, sementara Nigeria selatan dihuni mayoritas Kristen. Dalam beberapa bulan terakhir, sudah ratusan orang tewas dan puluhan ribu orang mengungsi akibat pergolakan yang sering digambarkan sebagai konflik sektarian.

Pasukan Keamanan Tak Berdaya?

Pemerintah Nigeria juga semakin terdesak. Belum lagi pernyataan Presiden Goodluck Jonathan, bahwa akan segera meredam sekte Islam radikal Boko Haram, belum menjadi kenyataan.

Karte Unruhen in Nigeria
Peta NigeriaFoto: DW

Pasukan keamanan tampak tidak berdaya, meskipun presiden telah melaporkan adanya sejumlah penangkapan terkait rangkaian serangan ini. "Kini adalah saatnya semua tokoh agama, budaya dan masyarakat, para kelompok pemuda dan perempuan bergabung untuk memberikan dukungan kepada pemerintah dan politisinya“, seru Presiden Goodluck Jonathan, mengimbau masyarakat sipil untuk bersatu.

Ia mengingatkan juga agar para elit politik tidak memanfaatkan situasi untuk mengambil keuntungan politik. "Ada orang-orang yang memancing di air keruh. Mereka bermain politik dengan hal yang berdampak pada seluruh negeri. Setiap kasus di Nigeria, digunakan untuk mendapat keuntungan politik“.

Presiden Nigeria Goodluck Jonathan tahu bahwa sejak meninggalnya presiden terdahulu Umaru Musa Yar'Adua yang beragama Islam pada tahun 2010, elit politik Nigeria yang kebanyakan dari Utara memandangnya penuh curiga. Kegagalan mengatasi ketegangan ini, akan berakibat fatal tak hanya bagi Presiden Goodluck Jonathan.

Ludger Schadomsky / Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk