1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Angin Demonstrasi Bertiup di Tunisia

13 Januari 2011

Demonstrasi kekerasan yang berlangsung di Tunisia sejak pertengahan Desember lalu masih menjadi sorotan media cetak internasional.

https://p.dw.com/p/zxC4
Demonstrasi menentang pemerintahan Presiden Tunisia Zine el Abidine Ben AliFoto: picture alliance / dpa

Harian Perancis Le Monde menulis

"Berkaitan tuntutan sosial gerakan aksi protes sejak pertengahan Desember lalu muncul pesan baru yang ditujukan kepada pemerintah. Presiden semakin jelas menjadi sasaran para demonstran. Beberapa hari lalu di Tunisia masih tidak terbayangkan plakat berisi gambar sang presiden dirobek, dilempari batu dan dibakar oleh para pemuda. Juga anggota keluarga Presiden Zine el Abidine Ben Ali tidak luput dari bidikan para demonstran. Di internet para pemrotes menyebarkan desas-desus misalnya tentang perginya menantu sang presiden ke Kanada. Kalaupun berita itu tidak benar, informasi-informasi semacam itu membuktikan perubahan yang nyata. Kemarahan lebih besar daripada ketakutan.“

Harian Italia La Repubblica berkomentar

"Jalan-jalan di Tunis dipenuhi panser. Setelah bentrokan kekerasan terbaru pemerintah memutuskan bertindak lebih keras. Menghindari segala bentuk rapat umum, menjamin ketertiban dari atas, melindungi Tunis, demikian keterangannya. Namun Presiden Ben Ali salah perhitungan. Angin baru bertiup dan menerpa sebagian besar masyarakat. Karena pada kenyataannya bukan lagi warga miskin dan penganggur melainkan anggota serikat buruh, mahasiswa, pengacara dan seniman yang meminta berakhirnya kediktatoran dan menuntut demokrasi dan kebebasan. Tapi ketakutan di kalangan banyak pelaku aksi protes bahwa kerusuhan itu dapat disalahgunakan oleh pihak komunis atau radikal Islam, cukup besar.“

Pertumbuhan ekonomi Jerman yang pesat dan ancaman krisis hutang Portugal juga menjadi sorotan pers di Eropa. Komentar harian Spanyol Expansion

"Tahun 2010 Jerman meraih pertumbuhan ekonomi spektakuler yakni 3,6 persen. Orang hanya dapat memandangnya dengan iri. Keberhasilan itu bukan kebetulan. Semua negara yang sudah melakukan reformasi sejak beberapa tahun, dapat mengatasi krisis lebih cepat dibanding negara-negara lainnya. Ini juga berlaku bagi Swedia yang tahun 2011 ini mengharapkan pertumbuhan ekonomi empat persen. Naiknya konjungtur ekonomi di Jerman juga berarti Eropa tumbuh dengan dua kecepatan yang berbeda. Bagi perekonomian yang lemah di kawasan pinggiran Eropa, ini situasi yang membahayakan.“

Harian Inggris Independent berkomentar

"Di Jerman pertumbuhannya mengagumkan. Tapi di kawasan pinggiran negara pengguna Euro terjadi stagnasi. Apa yang kini diperlukan Portugal adalah kombinasi antara pengaturan baru utangnya dan kondisi lebih menguntungkan untuk ekspornya. Tapi ini sulit diperoleh negara tersebut. Mengubah jangka waktu pinjaman adalah istilah asing di sejumlah ibukota Eropa. Dengan penolakan dogmatis tersebut politisi Eropa memberi alasan kepada investor untuk merasa cemas.”

Dyan Kostermans/dpa

Editor: Agus Setiawan