1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Angka Kemiskinan Turun, Bank Dunia Puji Indonesia

3 Oktober 2016

Angka kemiskinan ekstrem turun, sekalipun kelesuan ekonomi global masih membayang. Bank Dunia memuji kemajuan program pengentasan kemiskinan di Asia, termasuk di Indonesia.

https://p.dw.com/p/2Qpbq
Slum in Jakarta Archiv 2013
Foto: AFP/Getty Images/Bay Ismoyo

Bank dunia dalam laporan terbarunya yang dirilis hari Minggu (02/10) menyebutkan, 767 juta orang di seluruh dunia pada tahun 2013 masih hidup di bawah kemiskinan ekstrim. Namun angka ini sudah turun jauh dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 881 juta orang. Itu berarti, sekitar 10,7 persen penduduk dunia berada di bawah kemiskinan ekstrem pada 2013, dibanding 12,4 persen pada tahun 2012.

Kenaikan pendapatan warga terutama terjadi di Asia, yaitu di di Cina, India dan Indonesia. Perkembangan itu telah mendorong penurunan drastis dalam kemiskinan dunia, kata Bank Dunia. Ukuran kemiskinan ekstrem adalah pengeluaran kurang dari 1,90 dolar AS per hari.

Namun lembaga dunia itu juga mengingatkan, upaya pengentasan kemiskinan global hingga tahun 2030 bisa terhambat, jika pertumbuhan ekonomi malah lebih banyak menghasilkan ketimpangan daripada pemerataan.

"Dunia punya hampir 1,1 miliar lebih sedikit warga miskin pada 2013 dibandingkan pada periode 1990an, ketika dalam periode itu populasi dunia meningkat hampir 1,9 miliar orang," kata laporan itu.

Indien muslimische Bettler in Indien
Warga miskin di IndiaFoto: DW/J. Akhtar

Konsentrasi kemiskinan ekstrem yang terbesar terlihat di kawasan sub Sahara, Afrika, dengan 41 persen warga berada di bawah kemiskinan. Mereka kebanyakan tinggal di kawasan pedalaman dengan sedikit akses terhadap pendidikan. Di Asia Selatan, angka kemiskinan ekstrem mencapai 15,1 persen; Amerika Selatan dan Karibia 5,4 persen; dan Asia Timur dan Pasifik 3,5 persen.

Bank Dunia juga memperingatkan, situasi di masa depan akan jauh lebih sulit untuk pengentasan kemiskinan, antara lain karena pertumbuhan melambat akibat kelesuan ekonomi global, dan karena kemiskinan ekstrem bisa diperburuk oleh konflik di Timur Tengah dan Afrika.

Laporan Bank Dunia juga menyoroti ketimpangan sebagai musuh utama upaya pengentasan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi tidak secara otomatis menghapuskan ketimpangan, demikian ditekankan. Negara yang paling sukses menghilangkan kemiskinan adalah mereka yang menerapkan kebijakan untuk memastikan, bahwa 40 persen penduduk termiskin bisa menikmati keuntungan terbesar dari pertumbuhan ekonomi.

BdT Armut in Indonesien
Program pengentasan kemiskinan di Indonesia dinilai cukup berhasilFoto: AP

"Semakin besar pertumbuhan pendapatan pada masyarakat dalam kelompok 40 persen itu, maka semakin cepat tingkat kemakmuran bisa mengubah kehidupan warga miskin dalam masyarakat", demikian pernyataan Bank Dunia. Tetapi jika keuntungan dari pertumbuhan ekonomi hanya terkonsentrasi pada kelompok masyarakat dengan situasi ekonomi yang sudah relatif baik, kemiskinan ekstrem akan tetap bertahan, tulis laporan itu selanjutnya.

Francisco Ferreira, pengawas program penelitian Bank Dunia tentang kemiskinan, ketimpangan dan pertanian, mengatakan bahwa sementara ketimpangan meningkat di beberapa negara industri maju, sejumlah negara diambang kemajuan berhasil membagikan hasil pertumbuhan kepada kaum miskin. Bank Dunia memuji keberhasilan di Brasil, Kamboja, Mali, Peru dan Tanzania.

Resep untuk sukses pada umumnya sama: menjaga stabilitas makroekonomi dan inflasi rendah; memastikan pasar tenaga kerja berfungsi dengan baik, sehingga pertumbuhan benar-benar meningkatkan lapangan kerja dan upah. Caranya antara lain dengan diversifikasi ekonomi; pembangunan industri manufaktur dan jasa; serta kebijakan sosial yang proaktif di sektor kesehatan dan pendidikan."Menurunkan ketimpangan bisa dilakukan. Ini bukan impian", ujar Ferreira.

Laporan Bank Dunia menemukan lebih dari 40 negara yang berhasil menurunkan ketimpangan. "Hal ini telah berhasil dilakukan, baik secara global maupun di masing-masing negara," tandasnya.

hp/ap (afp, rtr)