1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Harga Minyak Ciutkan Ekonomi Arab Saudi dan Rusia

30 Desember 2015

Anjloknya harga minyak dunia membuat kalang kabut Rusia dan Arab Saudi. Kedua negara tahun ini mengalami defisit anggaran kronis. Riyadh bahkan mencabut subsidi dan berencana mendorong privatisasi di sektor energi.

https://p.dw.com/p/1HWBD
Symbolbild Erdölförderung Erdöl Öl
Foto: picture alliance/dpa

Sebuah pemandangan tak lazim terlihat Senin (29/12/15) malam di Riyadh, ibukota Arab Saudi. Antrian mobil memanjang hingga memenuhi jalan raya di sebuah stasiun pengisian bahan bakar. Situasi serupa bisa dilihat di kota-kota lain negeri kaya minyak itu.

Penyebabnya adalah kenaikan harga bahan bakar yang mulai berlaku Selasa (30/12/15), dari sekitar 2.200 Rupiah menjadi 3.300 Rupiah per liter. Langkah tersebut diambil setelah Arab Saudi mengumumkan rekor defisit anggaran negara menyusul runtuhnya harga minyak dunia yang kini bertengger di kisaran 38 US Dollar per barrel.

Potong drastis subsidi

Untuk tahun ini Riyadh mengumumkan defisit anggaran sebesar 367 milyar Rial atau sekitar 100 milyar US Dollar. Padahal anggaran tahunan Arab Saudi cuma berkisar 608 milyar Rial. Menurut Kementerian Keuangan, selama 2015 pemerintah sudah menghabiskan dana sebesar 975 milyar Rial.

Sebagai reaksi Arab Saudi mengumumkan pemotongan subsidi, antara lain untuk air minum, listrik dan bahan bakar minyak. Selain itu Riyadh juga berencana menaikkan pemasukan di luar sektor minyak lewat privatisasi di berbagai sektor.

Infografik Ölvorkommen ausgewählte Länder Englisch
Negara pemilik cadangan minyak terbanyak di dunia

Panik di Riyadh menjalar ke negara-negara lain yang banyak bergantung dari penjualan minyak. Rusia misalnya mengakui prospek ekonomi tahun depan tidak secerah seperti yang diharapkan. "Tahun depan situasinya tidak akan sederhana," ujar Anon Siluanov, Menteri Keuangan Rusia.

"Prediksi terakhir menunjukkan bahwa harga untuk komoditi ekspor utama kita akan lebih rendah ketimbang yang diperkirakan sebelumnya", tambah Siluanov. Anggaran belanja Rusia untuk tahun depan disusun dengan kalkulasi harga minyak dunia setinggi 50 US Dollar per barrel .

Presiden Vladimir Putin sempat menyebut rancangan anggaran 2016 sebagai sebuah pandangan optimis Rusia terhadap iklim ekonomi dunia. Namun Siluanov memprediksi harga minyak dunia tahun depan akan sulit bergerak dari angka 40 US Dollar per barrel.
#gallerybig#
rzn/as (dpa,ap)