1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

280411 Wetter Kriminalität

11 Mei 2011

Para pakar kriminologi, pakar cuaca dan pakar statistik tindak kejahatan di kota Hamburg, Jerman, mulai menganalisa data yang dimilikinya. Tujuannya untuk melihat lebih tegas kaitan cuaca dan tindak kejahatan.

https://p.dw.com/p/11DYx
Gambar simbol aksi kejahatanFoto: fotolia/imageteam
Adanya kaitan antara cuaca dan tindak kejahatan sudah diketahui sejak ratusan tahun lalu. Baron Montesquieu dari Perancis pada tahun 1748 sudah mengusulkan pembuatan aturan kriminalitas harus dikaitkan dengan cuaca, karena situasi cuaca yang berbeda-beda juga berdampak tidak sama terhadap aksi kejahatan. Pakar kriminologi di kepolisian kota Hamburg, Andreas Lohmeyer bersama timnya melakukan riset ilmiah lebih lanjut, mengenai kaitan antara cuaca dengan aksi kejahatan tertentu.
Dewasa ini laporan cuaca harian juga merupakan lingkup tugas analisa dari petugas kepolisian di Jerman. Aturan kerja kepolisian bahkan mengharuskan penaksiran situasi keamanan yang dikaitkan dengan kondisi cuaca. Juga tempat kejadian perkara diketahui mengalami perubahan drastis di bawah pengaruh cuaca. Tapi dipertanyakan, apakah dapat ditarik kesimpulan, bagaimana para penjahat bereaksi terhadap cuaca?
Untuk dapat membuat kesimpulannya, Andreas Lohmeyer menganalisa banyak sekali data cuaca dan membandingkannya dengan statistik kejahatan. “Jika kita memecah 200 variabel cuaca ke dalam basis jam bagi masing-masing hari dalam 20 tahun terakhir, maka dengan cepat kita memiliki 36 juta data cuaca ditambah 175 ribu data dari statistik kejahatan di kepolisian.”
Agar tidak kehilangan orientasi dalam tumpukan data, Andreas Lohmeyer dan rekan-rekannya membatasi analisa sekitar dua juta data. Dari situ mereka menyaring keterangan khas menyangkut berbagai delik kejahatan. Kesimpulannya, tidak ada cuaca yang secara umum mendukung terjadinya tindak kejahatan. Tapi juga diketahui terdapat dua jenis tindak kejahatan. Yakni yang frekuensinya tidak terpengaruh cuaca, misalnya perampokan, pengutilan di toko, pencurian mobil, penipuan dan kejahatan narkotika. Serta jenis tindak kejahatan lainnya, yang frekuensinya justru terpengaruh situasi cuaca, misalnya tindak kekerasan dan penganiayaan.
Andreas Lohmeyer menjelaskan lebih lanjut, “Semakin hangat cuacanya, makin banyak aksi kekerasan. Bahkan kita dapat menghitungnya dengan relatif tepat, yakni setiap kenaikan satu derajat Celsius terjadi kenaikan 0,7 delik per hari.”
Jika ditambahkan faktor hari, apakah itu hari kerja atau akhir pekan dan dikaitkan dengan lamanya matahari bersinar, dapat diperoleh gambaran yang cukup jelas. “Pada cuaca cerah dan hangat di sebuah hari Sabtu bulan Agustus, terjadi 82 delik kekerasan. Sementara pada satu hari Selasa di bulan Maret yang dingin, terjadi 51 delik kekerasan. Perbedaanya cukup signifikan.”
Juga kejahatan seksual dan pelecehan seksual menunjukkan peningkatan pada hari-hari yang cuacanya lebih hangat. ”Pengetahuan ini tidak baru. Jika hari lebih hangat, bahaya bagi kaum perempuan meningkat.” Juga kasus tindak kejahatan pencurian sepeda, terbukti berkaitan dengan cuaca. Pada musim panas, delik pencurian sepeda meningkat drastis.
Dalamkasus pembobolan rumah, kaitan antara deliknya dengan cuaca lebih sulit diperhitungkan. Walaupun begitu berlaku dalil, semakin pendek siang hari semakin banyak kasus pencurian di rumah. Tapi hal itu hanya berlaku jika cuaca bagus. ”Setiap jam lebih lama hari gelap, menurut perhitungan bertambah satu kasus pencurian per hari. Tapi jika suhu lebih dingin kasusnya lebih jarang. Jika siang semakin pendek dan suhu semakin dingin, semakin sulit menerka bagaimana perkembangannya. Jika salju turun, setiap harinya berkurang enam kasus kejahatan.”
Para pencuri pembobol rumah, kelihatannya menyukai kegelapan dan suhu lebih hangat. Misalnya saja pada malam hari tanggal 31 Januari ke tanggal 1 Februari 2011, pada saat suhu udara di Hamburg sangat dingin, kepolisian hanya mencatat dua kasus pencurian kaca spion mobil dan satu kasus pencurian di sebuah gudang pertanian.
Bagaimana data statistik itu dapat digunakan lebih baik lagi, untuk meramalkan tindak kejahatan, ditunjukkan oleh kepolisian di kota metropolitan Memphis, Amerika Serikat. Polisi di AS itu bekerja menggunakan simulasi komputer. Dengan memanfaatkan data kriminalitas dari kejadian di masa lalu, para penyidik kepolisian mencoba membuat ramalan atau perkiraan aksi kejahatan di masa depan. Untuk pengolahan datanya, digunakan software buatan IBM, Blue-Crush.
Program software yang dikembangkan IBMitu dioperasikan untuk melakukan analisa terhadap lokasi-lokasi yang dipilih, mengenai kemungkinan terjadinya kasus pencurian di rumah, perang antar bandit, perdagangan narkotika serta aktifitas ilegal lainnya. Landasannya adalah basis data dan statistik kejahatan yang dimiliki, indikator ekonomi, informasi menyangkut keramaian umum seperti misalnya konser musik, tanggal gajian serta ramalan cuaca.
Andreas Lohmeyer mengungkapkan hasil di Memphis itu, ”Sejak programnya diterapkan pada tahun 2005, kelihatannya tingkat kejahatan di Memphis turun sekitar 30 persen.”
Meniru kesuksesan pencegahan aksi kejahatan berbasis statistik dan peramalan cuaca, kepolisian di Hamburg juga mengharapkan program yang meraka jalankan saat ini dapat mencapai hasil yang signifikan. Dalam arti, dapat meramalkan kemungkinan terjadinya aksi kejahatan dan sekaligus mencegahnya.
Fabian Schmidt/Agus Setiawan
Editor: Carissa Paramita