1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

040511 Mubarak Verfahren

4 Mei 2011

Kejaksaan Mesir melakukan investigasi terhadap mantan presiden Mesir, Hosni Mubarak, dan keluarganya. Namun belum dapat dipastikan, apakah tuntutan rakyat itu bisa sepenuhnya direalisasi.

https://p.dw.com/p/118iz
Hosni MubarakFoto: picture alliance/dpa

Tiga bulan setelah Hosni Mubarak digulingkan, kejaksaan Mesir melakukan penyidikan terhadap kedua putra Mubarak, Gamal dan Alaa - antara lain untuk korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Mantan Menteri Dalam Negeri Habib el Adli sudah diajukan ke pengadilan. Ia dituduh bertanggung jawab atas penembakan demonstran anti pemerintah yang menyebabkan korban tewas. Hosni Mubarak yang berusia 82 tahun juga menghadapi tuduhan serupa. 800 orang tewas dalam aksi massal yang berlangsung di berbagai kota Mesir itu. Pihak Kejaksaan telah mengeluarkan surat perintah untuk menahannya. Namun Mubarak tidak dibui. Kondisi kesehatannya menyebabkan ia boleh menetap di rumah sakit Sharm el Scheik, yang tak jauh lokasinya dari rumah peristirahatan keluarganya.

Bila diadili, Mubarak terancam dijatuhi hukuman mati. Di era pasca revolusi Melati, hukuman mati tetap belum dihapus. Di luar itu, pelaksanaan proses hukum yang adil dan independen bukan hal yang mudah di era pasca revolusi Mesir. Di satu pihak, lembaga hukum dan peradilan Mesir berhadapan dengan tekanan dari rakyat yang penuh amarah dan dendam. Di sisi lain, kaum pengamat melihat adanya pengaruh kuat dari garda lama rejim Mubarak yang di balik layar menghambat upaya membongkar borok dari era Mubarak secara rinci. Penyingkapan detil kiprah rejim lama, juga bisa membahayakan posisi mereka sekarang.Selain itu, Mubarak hanya bisa diadili sesuai hukum yang ada sejak ia dulu memerintah dengan tangan besi.

Sonja Hegasy dari Pusat Studi Timur Tengah Modern di Berlin mengatakn, "Sekarang tentunya sulit untuk melaksanakan proses ini segera. Pembentukan sebuah negara hukum tidak bisa terjadi dalam semalam dan itu juga berlaku bagi proses terhadap keluarga Mubarak. Proses pengumpulan bukti akan membutuhkan waktu yang lama dan diperlukan persiapan yang baik. Karena amat penting bahwa proses ini nantinya dinilai adil dan independen.“

Namun keresahan dalam masyarakat bisa mendorong agar proses ini dipercepat. Bagi banyak warga Mesir, meski telah digulingkan, sosok Mubarak tetap kontroversial. Tuntutan untuk mengadilinya terus disuarakan oleh ribuan warga yang sejak berminggu-minggu kembali berdemonstrasi di lapangan Tahrir di Kairo. Selain tindak keji pihak keamanan terhadap pengunjuk rasa, kemarahan rakyat tersulut pembeberan sepak terjang keluarga Mubarak yang diberitakan berhasil melarikan kekayaan senilai 70 milyar Dolar ke luar negeri. Padahal di Mesir, hampir 40 persen penduduk harus bertahan dengan penghasilan di bawah 2 dolar sehari.

Stephan Roll dari Yayasan Ilmu Pengetahuan dan Politik menilai, bahwa kondisi kesehatan Hosni Mubarak dapat dijadikan alasan untuk suatu saat menghentikan total proses pengadilan terhadap mantan presiden itu. Di pihak lain Roll juga menilai, bahwa kedua putra Mubarak akan diadili dan dihukum. Menurut dia, inipun akan memiliki karakter simbolis. Apalagi terdapat indikasi kuat, bahwa keduanya betul-betul terlibat dalam berbagai tindakan korup di sektor ekonomi.

Chamselassil Ayari/Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk