1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

APEC: Tolak Proteksionisme dan Pacu Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

15 November 2009

Anggota Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) ingin tetap berpegangan pada program stimulus ekonomi dalam pemulihan dari krisis ekonomi global, itulah isi deklarasi penutup KTT APEC di Singapura, Minggu (15/11).

https://p.dw.com/p/KXOI
PM Denmark Lars Loekke Rasmussen melakukan lawatan spontan ke Singapura.
PM Denmark Lars Loekke Rasmussen melakukan lawatan spontan ke Singapura.Foto: AP

Presiden AS Barack Obama, Presiden Cina Hu Jintao dan 19 pemimpin negara yang hadir menyatakan menolak semua bentuk proteksionisme. Di lain pihak, pembukaan perbatasan bagi lalu lintas barang dan jasa harus tetap dijaga.

KTT Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Singapura resmi berakhir dengan seruan integrasi ekonomi yang lebih kuat dan kompromi menuju KTT Iklim di Kopenhagen, Denmark bulan depan. 21 negara anggota APEC bertekad untuk memacu pertumbuhan ekonomi wilayah dan secara tegas menolak sistem proteksionisme.

Menurut perkiraan hampir semua hadirin KTT APEC, perekonomian dunia saat ini memasuki tahap pemulihan dari krisis sebelumnya. Presiden AS Obama memperingatkan kemungkinan pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang, yang dapat memicu krisis selanjutnya.

Dalam deklarasi penutip, para pemimpin negara APEC berbicara mengenai program stimulus ekonomi guna mencegah kembali terpuruknya perekonomian dunia ke dalam resesi. Mereka juga mendesakkan kesepakatan segera dalam putaran DOHA dalam meliberalisasi perdagangan dunia.

Sejumlah perjanjian yang sudah ditetapkan mengenai kebijakan nilai tukar mata uang yang berorientasi pasar, dihapuskan dari deklarasi penutup. AS dan Cina dalam hal ini tidak berhasil mencapai kesepahaman dalam posisi yang sama. AS menuding Cina sengaja menurunkan nilai mata uang Yuan agar dapat menjual produk Cina dengan harga murah dan memicu percepatan ekspor. Selama ini Cina menyangkal pemotongan nilai tukar mata uang Yuan. Tema ini juga memegang peranan dalam lawatan Obama berikutnya ke Cina.

Sebelum putaran penutupan APEC, PM Denmark Lars Rasmussen secara mendadak tiba di Singapura dan mengusulkan kompromi bagi KTT Iklim di Kopenhagen. Cina, AS, dan para pemimpin negara APEC menyambut baik usulan Rasmussen. Usulan tersebut adalah membagi perjanjian perlindungan iklim ke dalam dua langkah. Hal ini dilakukan karena menurut para pemimpin negara Asia Pasifik, sangat tidak mungkin sebuah kesepakatan mengikat bagi seluruh dunia dapat dicapai hanya dalam waktu tiga pekan menjelang KTT Iklim.

Rencananya di Kopenhagen akan diputuskan kesepakatan politis dengan tujuan perlindungan iklim. Perjanjian perlindungan iklim yang mengikat akan ditetapkan setelahnya. Menteri Luar Negeri Chili Mariano Fernandez mengatakan, hal ini lebih baik daripada tidak ada. “Menurut kami, lebih baik diputuskan mengenai penjelasan mendasar daripada tidak ada sama sekali. Kami berusaha mendapatkan perjanjian dari sana-sini, terutama dalam hal pendanaan, guna memicu pertumbuhan ekonomi, supaya lebih banyak negara yang bersedia mengurangi emisinya,“ ungkap Fernandez.

Pertemuan ASEAN-AS dilakukan setelah penutupan KTT APEC.
Pertemuan ASEAN-AS dilakukan setelah penutupan KTT APEC.Foto: AP

Setelah KTT APEC ditutup, Presiden AS Barack Obama bertemu dengan sepuluh pemimpin negara Asia Tenggara ASEAN serta Myanmar. Meski, Myanmar bukanlah anggota APEC. Dalam pertemuan itu, Obama dijadwalkan mengungkapkan desakan bagi pembebasan Peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi, yang sejak lama menjadi tahanan rumah. Direncanakan pula pertemuan Obama dengan perdana menteri Myanmar. Namun masih belum diketahui kepastian pertemuan itu.

Bernd Musch-Borowska/Luky Setyarini

Editor: Ayu Purwaningsih