1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

AS Desak DK PBB Perketat Sanksi Terhadap Korea Utara

6 Juli 2017

Amerika Serikat mendorong sanksi yang lebih keras terhadap Korea Utara di Dewan Keamanan PBB. Cina meminta pihak-pihak yang terlibat untuk menahan diri dan tidak menambah ketegangan.

https://p.dw.com/p/2g1oo
US Botschafterin Nikki Haley
Foto: Reuters/M. Segar

Dalam sebuah pidato bernada keras, Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley (foto artikel) hari Rabu (5/7) mengatakan, ujicoba rudal jarak jauh Korea Utara telah membuat "dunia menjadi tempat yang lebih berbahaya." Haley menegaskan bahwa Washington siap menggunakan kekerasan militer jika perlu untuk menghadapi ancaman senjata nuklir Pyongyang.

Ujicoba rudal hari Selasa (4/7), yang disebut pemimpin Korut Kim Jong-Un sebagai "paket hadiah" untuk Amerika, menandai langkah baru Pyongyang yang sejak puluhan tahun bercita-cita untuk memiliki kemampuan mengancam daratan AS dengan serangan nuklir.

Di sidang Dewan Keamanan PBB, Haley menyebut peluncuran rudal itu sebagai "eskalasi militer yang jelas dan tajam". Pasukan AS dan Korea Selatan kemudian membalas dengan peluncuran rudal ke Laut Jepang untuk mensimulasikan serangan presisi terhadap Korea Utara.

Washington memiliki "kekuatan militer yang cukup besar", kata Haley. "Kami akan menggunakannya, jika perlu."

Nordkorea Raketentest Hwasong-14 public viewing
Ujicoba rudal Hwasong-14 ditunjukkan di depan publik. Foto yang dirilis Kantor Berita Korea KCNA, 5 Juli 2017Foto: Reuters/KCNA

Namun dia menambahkan, fokus AS saat ini adalah mendorong sanksi yang lebih ketat kepada Korea Utara. AS mengatakan akan menyerahkan sebuah rancangan resolusi baru dalam beberapa hari mendatang.

Secara keseluruhan, ada enam paket sanksi yang sudah diberlakukan pada Korea Utara sejak pertama kali melakukan ujicoba perangkat atom tahun 2006. Namun langkah itu gagal meredam ambisi militernya.

Sanksi baru yang diusulkan AS adalah menargetkan negara-negara yang hingga kini terus berdagang dengan Korea Utara, memperketat pembatasan operasi udara dan maritim dan memberlakukan larangan perjalanan terhadap para pejabatnya.

Desakan AS mendapat dukungan dari Perancis, namun menimbulkan protes langsung dari Rusia yang diwakili Wakil Duta Besar Vladimir Safronkov. Dia memperingatkan bahwa "sanksi tidak akan menyelesaikan masalah ini."

Duta Besar China Liu Jieyi sekali lagi mendorong usulan alternatif Beijing untuk perundingan berdasarkan pembekuan uji coba rudal dan nuklir Korea Utara, sebagai alngkah balasan latihan militer AS-Korea Selatan harus dihentikan. Usulan ini sudah berulang kali ditolak oleh Washington dan Seoul.

Amerika Serikat dan Korea Selatan selama ini membentuk aliansi keamanan, dengan penempatan 28.500 tentara AS di kawasan itu.

Dalam pertemuan dengan Kanselir Jerman Angela Merkel menjelang pertemuan puncak G20 di Jerman, Presiden Korea Selatan Moon Jae-In mengatakan tingkat kemampuan nuklir dan rudal Korea Utara sudah menjadi masalah, "namun masalah yang lebih besar adalah bahwa kecepatan kemajuannya jauh lebih cepat dari perkiraan."

Rudal Hwasong-14 yang diujicoba hanya menempuh jarak kurang dari 900 kilometer dan turun di Laut Jepang. Namun rudal itu menurut keterangan Pyongyang berhasilm mencapai ketinggian lebih dari 2.800 kilometer - menunjukkan bahwa rudal itu dapat melakukan perjalanan lebih jauh.

Cina hari Kamis (6/7) memperingatkan semua pihak atas "kata-kata dan perbuatan" yang dapat meningkatkan ketegangan.

"Kami juga meminta pihak-pihak yang berkepentingan untuk tetap tenang, menahan diri, menahan diri dari kata-kata dan perbuatan yang dapat meningkatkan ketegangan, dan bersama-sama melakukan upaya untuk mengurangi ketegangan," kata jurubicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang kepada wartawan di Beijing.

hp (afp, rtr, dpa)