1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

261109 USA Landminen

27 November 2009

Menurut data Lampanye Anti Ranjau Darat, tahun 2008, ranjau darat khusus anti personil menewaskan 1.200 orang, diantaranya banyak anak-anak. Ribuan korban luka parah, harus dimputasi tangan atau kakinya.

https://p.dw.com/p/KhF8
Seorang korban ranjau darat di Afghanistan sedang mencoba kaki buatanFoto: AP

Namun Barack Obama, yang beberapa hari lagi akan dianugerahi penghargaan Nobel Perdamaian di Oslo, malah memperkokoh langkah pendahulunya, George W Bush. Untuk sementara ini, Amerika Serikat tidak akan menandatangani perjanjian anti ranjau. Pertanyaan, mengapa? Membuat juru bicara Kementrian Luar Negeri AS Ian Kelly tak bisa menyembunyikan kecanggungan. "Kami... pemerintahan ini telah meninjau ulang politik ranjau darat terdahulu."

Tinjauan ulang dilakukan tanpa sepengetahuan publik Amerika maupun Kongres AS. Bukan contoh cemerlang bagi transparansi yang sering dinyatakan Obama sebagai prinsip pemerintahannya. Berdasarkan tinjauan ulang yang sangat rahasia itu, bisa diambil hasil yang jelas, kata Ian Kelly. Jika AS menandatangani perjanjian anti ranjau darat, maka AS akan menemui kesulitan.

"Kami tidak akan dapat menjaga kapabilitas pertahanan nasional dan tidak dapat memenuhi komitmen keamanan terhadap para mitra dan sekutu kami," jelas Kelly.

Mengapa demikian, juru bicara Kementrian Luar Negeri AS tak bisa menerangkan. Karena semua sekutu NATO Amerika Serikat sudah lama menandatangani perjanjian anti ranjau darat.

Kritik paling keras muncul dari partai Obama sendiri, Demokrat. Dan hanya karena tekanan sangat besar itulah Obama kini menjelaskan, lewat Kementrian Luar Negeri, bahwa ia akan meninjau penolakannya sekali lagi. Namun, sampai tinjauan itu selesai dilakukan, pemerintah AS tetap pada keputusan untuk tidak menandatangani perjanjian anti ranjau darat.

Meski begitu AS akan ikut serta dalam konferensi internasional kedua tentang tinjauan pelarangan ranjau darat di Kolumbia, sebagai pengamat. Setidaknya, pemerintahan Obama tetap tertarik pada diskusi tentang ranjau darat.

Pada konferensi di Cartagena Kolumbia itu, AS bisa berbangga diri karena sejak Perang Teluk I tahun 1991 tidak lagi menggunakan ranjau darat anti personil dan sejak 1992 tidak lagi mengekspor ranjau serupa itu. Selain itu, sejak 11 tahun silam AS sama sekali tidak memproduksi ranjau darat.

Namun semua itu justru memancing pertanyaan mengapa Presiden Obama tidak melakukan apa yang sudah dituntut pendahulunya Bill Clinton 15 tahun lalu, yaitu melarang penggunaan ranjau darat di seluruh dunia. Pakar senjata dari organisasi Human Rights Watch, Steve Goose, di Washington menilai, "Itu keputusan tanpa visi politik, tanpa perasaan iba dan terutama tanpa akal sehat."

Mengijinkan Kementrian Pertahanan Amerika menentukan sendiri politik ranjau darat negeri itu berarti memamerkan bukti ketidakmampuan politik Obama, tambah Steve Goose.

Ralph Sina/Renata Permadi

Editor: Hendra Pasuhuk