1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

AS Tolak Produk Minyak Sawit Indonesia

Dyan Andriana Kostermans1 Februari 2012

Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat EPA menganggap produk minyak sawit mentah CPO dari Indonesia tidak ramah lingkungan.

https://p.dw.com/p/13uBZ
(ACHTUNG SPERRFRIST: 22. November 0101) Stämme werden aus einer Palmölplantage auf Sumatra in Indonesien abtransportiert (undatiertes Handout). Palmöl aus nachhaltigem Anbau ist der Umweltstiftung WWF zufolge weltweit auf dem Vormarsch. Mehr Unternehmen als vor zwei Jahren achteten darauf, dass ihre Lieferungen von Plantagen kommen, für die kein tropischer Regenwald gerodet worden sei, berichtet der WWF in einer neuen Studie. Es werde allerdings doppelt so viel Palmöl mit dem Gütesiegel des «Runden Tisches für nachhaltiges Palmöl» (RSPO) angeboten wie tatsächlich gekauft werde. «Das frustriert manche Produzenten, die sich fragen, wie der Markt sich entwickelt», heißt es in der Studie, die der WWF am Dienstag zum Treffen der im RSPO organisierten 542 weltgrößten Produzenten, Händler und Käufer in Kota Kinabalu in Malaysia vorlegt. Foto: WWF-Indonesia / Nur zur redaktionellen Verwenung!
CPO Indonesia dianggap tidak ramah lingkunganFoto: picture alliance/dpa

Pemerintah Indonesia akan segera melayangkan bantahan atas tuduhan Amerika Serikat terkait penolakan produk minyak sawit mentah CPO. Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, kementerian perdagangan tengah mengumpulkan sejumlah bukti untuk menjawab tudingan tersebut, seperti bukti hasil kajian soal emisi produk CPO Indonesia. Argumen lainnya yang disiapkan adalah rencana Indonesia meningkatan produktivitas lahan sawit nasional hingga tahun 2020.

“Kami akan memasukkan counter pemikiran tanggal 27 Februari,  ini yang sudah diberlakukan sebagai Deadline dan kami sudah duduk dengan asosiasi pengusaha pengusaha terkait yang sudah bisa mengumpulkan argumentasi. Tentunya Threshold 20 persen untuk kepentingan bio fuel,  bio diesel  masih diatas capaian yang sudah dilakukan Indonesia yang sudah berada di 17 persen. Tetapi juga asumsi–asumsi yang akan kita gunakan untuk kepentingan outlook tahun 2010 itu sangat bisa dipakai untuk meng counter alegasi mereka”  

Gapki Harap Lobby Pemerintah Lebih Gencar

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), juga menyatakan kesiapannya untuk membantu pemerintah menjawab tudingan Amerika tersebut. Namun Ketua Umum Gapki, Fadhil Hasan juga berharap, pemerintah lebih mengintensifkan lobby untuk memecah kebuntuan itu. Lebih jauh Fadhil Hasan menyebut, beberapa data dan asumsi yang digunakan Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat EPA untuk menilai CPO Indonesia tidak akurat.

“Asumsi tentang ekspansi oleh negara 88 persen di Sumatera 12 persen di Kalimantan itu tidak berdasar,  karena lahan lahan di Sumatera itu sudah hampir semua digunakan. Lalu ada juga asumsi tentang CO 2 yang angkanya terlalu tinggi” 

Lebih jauh, Fadhil Hasan menuding penolakan Amerika Serikat atas ekspor minyak sawit dari Indonesia, semata-mata karena persaingan dagang yang tidak sehat. Ini karena Amerika adalah produsen minyak nabati non-sawit yang produktivitas dan daya saingnya jauh lebih rendah dibanding minyak sawit.

Bildbeschreibung: Torfwald, im vorderen Teil gerodet am 8.12.2009 aufgenommen am 3.1.2012 geladen +++CC/Wakx+++ Lizenz: http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/2.0/deed.de http://www.flickr.com/photos/wak1/4171421914/
Penanaman monokultur kelapa sawitFoto: CC/Wakx

Kecil Nilai Ekspor CPO Indonesia ke AS

Bagaimanapun menurut Fadhil Hasan, Indonesia sebenarnya tak terlalu terpengaruh dengan penolakan itu, karena nilai Eksport CPO ke negeri  paman Sam tersebut sangat kecil. Namun ia mengkhawatirkan penolakan itu mempengaruhi persepsi dan harga pasar CPO Indonesia di dunia, karena dapat dikenai pajak lebih tinggi. 

“Sebenarnya di balik ini semua itu bentuk non tariff barrier. Restriksi terhadap perdagangan CPO  ke Amerika dan bentuk proteksionisme yang diterapkan untuk industri dalam negeri mereka yang untuk pemanfatana Bio fuel. Kalau kita lihat ekport CPO kita ke Amerika tidak terlalu besar, tahun 2011 itu hanya 62 ribu ton. Tapi dikhawatirkan kalau ini tidak di-counter nanti ada semacam persepsi, yang tidak ramah lingkungan” 

Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar dunia dengan produksi yang meliputi sekitar separuh dari produksi dunia. Data Gapki menyebutkan,  pasar ekpor terbesar CPO Indonesia  adalah Asia, terutama India dan China.    Sementara Amerika dan Eropa hanya menyerap sekitar 20 persen CPO Indonesia.

Zaki Amrullah

Editor: Dyan Kostermans