1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Asia Keluarkan Lebih Banyak Dana untuk Militer

7 Maret 2012

Asia meningkatkan jumlah pengeluarannya untuk persenjataan dan fasilitas militer. Lembaga pemerhati militer IISS merangkumnya dalam laporan studi aktual.

https://p.dw.com/p/14GiD
Foto: Reuters

Untuk pertama kalinya tahun ini jumlah pengeluaran negara-negara Asia untuk pertahanan dan militer menyusul Eropa. Hal itu terangkum dalam laporan tahunan yang bertajuk "Redistribusi Global Kekuatan Militer". Studi tentang militer internasional tersebut dilakukan oleh lembaga independen Insitut Internasional Studi Strategis (IISS) yang berpusat di London, Inggris.

"Sementara tingkat pengeluaran per kapita di Asia lebih rendah dibandingkan dengan di Eropa, tingkat pengeluaran Asia untuk pertahanan melebihi Eropa, secara nominalnya, selama 2012," tulis IISS dalam publikasi tahunan The Military Balance.

"Antara 2008-2010, pengurangan pengeluaran pertahanan Eropa dilakukan setidaknya 16 negara NATO. Besaran rata-rata pengurangannya lebih dari sepuluh persen."

Direktur Jenderal IISS John Chipman dalam jumpa pers peluncuran laporan tahunan The Military Balance mengatakan bahwa dampak pengurangan pengeluaran pertahanan Eropa terlihat saat pemberlakuan zona larangan terbang di Libya, yakni "terjadi kesenjangan pada saat pengarahan sasaran, kekurangan kapal induk, serta kesenjangan di bidang intelijen, dan pengintaian."

Ketika anggaran pertahanan Eropa ditekan sebagai akibat krisis keuangan dan ekonomi di kawasan, Cina dan beberapa negara Asia justru “meningkatkan militerisasi, sebagai hasil pertumbuhan ekonomi dan ketidakpastian strategis,” lapor IISS.

Berdasarkan laporan tahunan itu, pada tahun 2011 pengeluaran pertahanan Asia meningkat hingga 3,15 persen. Cina, Jepang, India, Korea Selatan, dan Australia mendominasi hingga 80 persen dari total pengeluaran pertahanan Asia.

Cina memimpin posisi di Asia. Saat ini pemerintah di Beijing melakukan program modernisasi pasukan dan perlengkapan militernya.

Disebutkan pula Australia, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam, juga India, Jepang serta Korea Selatan meningkatkan kapasitas angkatan udara dan lautnya. India, misalnya, berencana meningkatkan kapasitas angkatan lautnya dengan kapal selam dan kapal induk.

Pawai militer dan polisi India pada saat Hari Republik, 26 Januari 2012.
Pawai militer dan polisi India pada saat Hari Republik, 26 Januari 2012.Foto: dapd

Kesimpulannya, laporan itu menyebutkan bahwa perbedaan kecenderungan dalam pengeluaran pertahanan „tidak harus diartikan sebagai perubahan drastis kemampuan militer global.“

Amerika Serikat, meski posisinya sebagai negara adidaya militer dunia belum tertandingi, juga memangkas dan mengatur ulang anggaran pertahanannya, demikian disimpulkan IISS. Pengeluaran militer AS pada tahun 2011 berkisar 739,3 miliar. Cina, sementara itu, 89,8 miliar.

Sementara Cina memusatkan perhatian pada peralatan fisik, Amerika Serikat dan negara-negara barat mengucurkan lebih banyak dana untuk riset dan pengembangan, peningkatan kualitas peralatan, pelatihan dan kepemimpinan. "Negara-negara itu juga meningkatkan nilai kemitraan dan perjanjian kerjasama," disimpulkan IISS.

Luky Setyarini/dpa/afp

Editor: Hendra Pasuhuk