1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Assad Masih Bertahan

22 Agustus 2011

Seberapa besarkah kekuasaan Presiden Suriah Bashar al-Assad yang sesungguhnya?

https://p.dw.com/p/12J42
Syrian President Bashar al-Assad attends the opening of the Extraordinary Arab League Leaders Summit in Sirte, Libya, 09 October 2010. Discussions and debates will be held as to whether the Palestinian Authority should proceed with direct talks with Israel should the Jewish state not extend the settlement building freeze in the West Bank. EPA/KHALED ELFIQI
Presiden Suriah Bashar al-AssadFoto: picture alliance/dpa

Istana Presiden Bashar al-Assad di Damaskus menjulang tinggi. Pagar kawat berduri melindungi kompleks beton merupai benteng itu. Gedung istana seolah-olah sengaja dibangun demikian agar ada jarak antara rakyat dengan rezim Suriah.

Tetapi, seberapa besar dukungan rakyat pada Assad yang sesungguhnya, tidak ada informasi yang jelas. Seperti pendukung rezim lainnya, profesor universitas Bassam Abou Abdallah juga mencoba menerangkan bahwa aksi protes di Suriah tidak perlu dikuatirkan, "setelah lima bulan pun rezim masih kuat saja. Pemerintah tetap bertahan meskipun tekanan dari luar negeri cukup besar. Rakyat Suriah menolak segala bentuk kerusuhan seperti yang terjadi di Libya dan Yaman.“

Sejumlah potongan video yang dipublikasikan di internet justru menunjukkan kebalikannya. Sudah lima bulan aksi unjuk rasa terus berlangsung. Menurut oposisi sedikitn ya 2.000 penentang rezim dibunuh. Tetapi, dari mana Bashar al-Assad masih mendapat dukungan begitu besar?

"Sampai sekarang militer dan aparat keamanan berada di pihak rezim atau lebih tepat di pihak presiden“, ungkap Rudolph Chimelli, pakar Timur Tengah sekaligus koresponden harian Jerman „Süddeutsche Zeitung“. Khususnya adik laki-laki Assad, Maher, seorang pendukung garis keras akan membela rezim apapun pengorbanannya. Laki-laki berusia 43 tahun itu memerintah sebuah pasukan yang disebut sebagai divisi keempat militer Suriah, sebuah satuan elit yang dikenal brutal. Maher mengerahkan satuan ini untuk memburu para demonstran.

Laporan oposisi, bahwa semakin banyak tentara dan polisi berubah haluan dan menentang rezim, dinilai oleh pakar Timur Tengah Chimelli sebagai berlebihan, "kekuasaan Assad berbasis pada aparat yang memainkan peranan kunci di Suriah yaitu militer dan aparat keamanan. Sebagian besar juga bebasis pada kelompok Alawiah. Hidup dan eksistensi mereka terancaman, jika rezim runtuh.“

Ayah Assad, Haez al-Assad, ketika masih memerintah, membagikan posisi penting di dalam pemerintahan dan militer kepada kalangan sendiri. Padahal minoritas Alawiah hanya membentuk 12% dari 22 juta penduduk Suriah.

Namun Assad juga mengambil keuntungan, bahwa masih ada kalangan tertentu yang belum melibatkan diri dalam aksi protes dan ia masih mengandalkan dukungan mereka, papar Chimelli. Mereka itu adalah warga kelas menengah, warga borjuis dari ibukota Damaskus dan kota Aleppo di utara Suriah. Meskipun dukungan mereka kepada Assad terbatas, tetapi bagi mereka, Assad menjamin stabilisasi dan kemakmuran, tambah pakar Timur Tengah itu.

Reformasi ekonomi yang dicanangkan pemerintah beberapa tahun yang lalu, telah menyebabkan membesarnya kesenjangan sosial antara miskin dan kaya. Pedagang dan pengusaha di kota mendapat keuntungan dari reformasi tersebut. Sementara yang di daerah, tetap ketinggalan karena tidak dilibatkan dalam pertumbuhan ekonomi.

Menurut penentang rezim dan kepala redaksi "Le Monde Diplomatique" untuk bahasa Arab, Samir Aita, warga kelas menengah tidak akan diam untuk selamanya. Mereka juga merasakan besarnya kesenjangan sosial di dalam masyarakat. Selama ini kapitalisme di Suriah hanya dinikmati saudara dan rekan dekat kelas menengah. Namun, bila ada warga borjuis terbunuh, maka Damaskus dan Aleppo pun akan berontak.


Tetapi Assad juga mengambil keuntungan dari ketegangan agama di negerinya. Mayoritas penduduk Suriah adalah warga Sunni. Keluarga penguasa Alawiah , warga Kristen, Druzen dan Syiah membentuk minoritas. Pakar Timur Tengah Rudolph Chimelli memamparkan, di bawah pemerintahan Bashar al-Assad dan ayahnya warga Kristen hidup tenang. Mereka diberi kebebasan beribadah, tidak ada diskriminasi dan tentu, mereka cemas jika suatu saat warga Sunni yang berkuasa di Suriah. Ini tidak akan berdampak baik pada mereka.

Julia Hahn/Andriani Nangoy Editor: Hendra Pasuhuk