1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Assad: Trump Bisa jadi Sekutu Dalam Menggempur Militan

16 November 2016

Presiden Suriah Presiden Suriah Bashar al Assad mengatakan Donald Trump bisa menjadi sekutu jika tindakannya sesuai retorika kampanyenya.

https://p.dw.com/p/2Sl6p
Syrien Präsident Bashar al-Assad
Foto: Reuters/SANA

Dalam sebuah wawancara, Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan, presiden AS terpilih Donald Trump bisa menjadi "sekutu alami", jika ia memenuhi janjinya melawan "teroris" dan mengatasi "kekuatan lobi" di pemerintahan AS.

Assad mengatakan ia tidak yakin jika presiden baru itu akan tetap setia pada retorika kampanyenya yakni lebih fokus memerangi kelompok ISIS dan mengurangi permusuhan dengan rezim Suriah. Oleh sebab itu, kini Assad "menunggu dan melihat" apakah Trump akan mengubah kebijakan Washington atas Suriah. Namun Assad menyatakan kesiapannya untuk bekerjasama dengan dia dalam menggempur kaum militan.

Apakah Trump penuhi janjinya?

Dalam pernyataan pertamanya atas kemenangan Trump di pemilu AS, Assad meningatkan bahwa pemimpin Partai Republik telah mengeluarkan pernyataan menjanjikan atas kebutuhan dalam menggempur kelompok militan di Suriah, namun Assad mempertanyakan kembali: "Bisakah Trump melakukannya?"

Dipertanyakan Assad lewat saluran televisi Portugal yang dirilis oleh televisi negara Suriah: "Bagaimana dengan kekuatan lobi dalam pemerintahan AS?" Pertanyaan itu merujuk pada banyaknya "lobi-lobi dan kekuatan" para lawan Trump dalam pemerintahan yang biasanya dapat mempengaruhi kebjiakan setiap presiden AS.

Amerika Serikat saat ini memimpin sebuah koalisi internasional dalam melakukan serangan udara terhadap IS di Suriah dan Irak. Mereka mendukung pemberontak yang memerangi pemerintah Assad. Pada hari Selasa (15/11), pesawat pemerintah Suriah membom kota yang dikuasai pemberontak yang terkepung di Aleppo untuk pertama kalinya dalam tiga minggu terakhir, demikian informasi dari aktivis.

Sebelumnya, Trump telah menyerang kebijakan AS di berbagai aspek atas konflik Suriah, di mana Amerika Serikat bersekutu dengan Turki dan Arab Saudi, telah membantu kaum pemberontak yang telah berjuang menggulingkan Assad selama lebih dari lima tahun.

Assad: Trump could be 'natural ally'

Pendekatan dengan Rusia

Dalam sebuah wawancara dengan The New York Times pada bulan Maret, Trump mengatakan, dia berpikir  "pendekatan melawan Assad dan (IS) secara bersamaan adalah kegilaan, dan kebodohan". Ditambahkahnnya: "Anda tidak bisa melawan dua orang yang berkelahi satu sama lain, dan melawan mereka bersama-sama. Anda harus memilih satu atau yang lain," kata Trump.

Trump juga telah berjanji untuk meningkatkan hubungan dengan sekutu utama Assad, Rusia. Pada hari Senin (14/11), Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan kontak telepon dengan Trump di mana keduanya berjanji untuk menggabungkan upaya dalam mengatasi terorisme internasional dan ekstremisme.

Trump telah mempertanyakan dukungan AS terhadap kaum pemberontak tersebut, yang tujuannya  menumbangkan Assad dari pucuk kekuasaan. "Oleh sebab itulah kini kami tidak yakin, apakah Trump dapat mewujudkan janjinya atau tidak," ujar Assad.

"Inilah mengapa kita harus hati-hati dalam menilainya. Namun, katakanlah jika ia ingin memerangi teroris, tentu saja kita harus menjadi sekutunya. Menjadi sekutu dengan Rusia dan Iran," tandasnya.

ap/vlz (afp/ap)