1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aung San Suu Kyi Puji Proses Reformasi

2 Desember 2011

Pimpinan oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi dalam pertemuan dengan menlu AS, Hillary Clinton di Yangun menilai, proses demokrasi di negaranya tidak dapat dibalik lagi, setelah akhir kekuasaan militer beberapa dekade.

https://p.dw.com/p/13LTI
Myanmar's pro-democracy opposition leader Aung San Suu Kyi, right, and U.S. Secretary of State Hillary Rodham Clinton talk prior to meetings at Suu Kyi's residence in
Clinton dan Suu Kyi bertemu di Yangon, Myanmar.Foto: dapd

Dalam pertemuan kedua kalinya di rumah Suu Kyi di Yangun, Jumat (02/12) Clinton dan Suu Kyi menyatakan, akan bersama-sama memperkuat demokrasi di Myanmar. Suu Kyi juga memuji proses reformasi yang dijalankan pemerintahan baru sipil. Meski demikian pemenang Hadiah Nobel Perdamaian itu memperingatkan, bahwa jalan menuju tatanan demokrasi di negaranya masih belum terjamin. Suu Kyi juga mengatakan, kunjungan Clinton ke Myanmar sebagai momentum bersejarah. Kedua perempuan tokoh politik itu melakukan pertemuan informal pertama Kamis (01/12) di kantor perwakilan AS di Yangun.

Menlu Hillary Clinton mengatakan Amerika Serikat akan menjalin kerja sama, baik dengan kekuatan pro demokratis maupun dengan pemerintah Myanmar, untuk meningkatkan persyaratan ke arah demokratisasi. Clinton juga memberikan sinyal, untuk melanjutkan bantuannya kepada Myanmar, jika negara itu melanjutkan proses reformasi.

Penghormatan HAM

Menlu Clinton juga menegaskan, pemerintah di Washington bersedia memberikan rangsangan berikutnya bagi Myanmar. Syaratnya semua tahanan politik yang jumlahnya lebih dari 1.000 orang harus dibebaskan. Represi brutal terhadap etnis minoritas dihentikan dan hak asasi manusia serta prinsip demokrasi negara hukum dihormati. Namun menlu AS itu juga menyebutkan, dari sejarah di masa lalu ditarik pelajaran, harus dilakukan kehati-hatian, karena sering terjadi perubahan sikap yang merugikan.

Myanmar Aung San Suu Kyi
Banyak pendukung Suu Kyi dijadikan tahanan politik.Foto: dapd

Pemerintah AS mula-mula akan memberikan bantuan senilai 1, 2 juta Dolar AS dalam bentuk proyek di bidang sistem kesehatan, serta kredit mikro untuk warga pedesaan. Clinton juga kembali memuji upaya pemerintahan baru sipil untuk melakukan refomasi.Tapi disebutkannya, pencabutan sejumlah sanksi terhadap Myanmar masih terlalu dini. Sebelumnya akan diamati, apakah terdapat kemajuan lebih lanjut di bidang hak asasi manusia dan politik. Menlu AS itu Kamis (01/12) melakukan pertemuan dengan presiden Myanmar, Thein Sein yang terkenal sebagai tokoh pro-reformasi.

Agus Setiawan/dpa/dapd/rtr

Editor : Dyan Kostermans