1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ba'asyir Menolak Diperiksa

10 Agustus 2010

Amir Jamaah Anshoru Tauhid, Abu Bakar Ba'asyir enggan meladeni pertanyaan dari penyidik yang memeriksanya. Tindakan ini dilakukan Ba'asyir karena menolak tuduhan sebagai teroris.

https://p.dw.com/p/OgkQ
Abu Bakar Ba'asyirFoto: AP

Amir Jamaah Anshoru Tauhid, Abu Bakar Ba'asyir menolak diperiksa polisi atas tuduhan terlibat terorisme kelompok Aceh. Ba'asyir yang ditangkap dan menjadi tersangka sejak hari Senin (09/08), diperiksa di Mabes Polri dengan sejumlah tuduhan serius, mulai dari menyiapkan kamp pelatihan, menunjuk para komandan lapangan serta mendanai kegiatan di kamp pelatihan tersebut.

Menurut kuasa hukumnya, Achmad Michdan, Ba'asyir hanya bersedia menjawab pertanyaan penyidik menyangkut identitasnya dan setelahnya membungkam. “Dimulai dengan diminta menandatangani surat penangkapan tapi ditolak, kemudian BAP ditolak. Karena pertama alasanya, penangkapan itu atas dasar kepentingan Amerika Serikat karenanya ustad keberatan. Oleh karena Amerika dianggap melakukan perang terhadap umat Islam jadi dia dianggap kafir harbi dan Densus ini dianggap melakukanya demi kepentingan itu, jadi dia tidak mau diperiksa.”

Lebih jauh, menurut Ahmad Michdan, dalam pemeriksaan itu juga terungkap, bahwa dasar penangkapan Ba'asyir oleh polisi adalah keterangan sejumlah anggota JAT yang telah ditahan polisi atas tuduhan merencanakan sejumlah serangan teror. Michdan memperkirakan, terdapat sekitar 7 anggota JAT yang memberi kesaksian memberatkan Ba'asyir, yang ditudingnya disampaikan ditengah tekanan penyidik.

Tak Ada Reaksi Berlebihan

Sementara itu berbeda dengan kekhawatiran sebelumnya, secara umum penangkapan ulama radikal ini tidak menimbulkan reaksi berlebih dari umat Islam Indonesia. Organisasi Islam, seperti Nahdlatul Ulamah dan Muhammadiyah, sejauh ini hanya menekankan agar polisi mengedepankan fakta hukum dalam menangani kasus itu.

Protes keras atas penangkapan Ba'asyir sejauh ini hanya muncul dari para pengikut Ba'asyir dari kelompok militan. Salah satunya dari Jamaah Anshoru Tauhid yang menuding penangkapan Ba'asyir penuh kejanggalan. Juru Bicara JAT Son Hadi berujar, “Kalau dia dihubungkan dengan Aceh, mestinya harus diungkap ada personel yang namanya Sofyan TSauri yang sangat berperan di (kamp) Aceh itu. Data yang kami miliki dia disertir Brimob yang dia memiliki akses bisa melatih di Mako Brimob jauh sebelum peristiwa Aceh itu terjadi. Dia yang mendanai, dia yang anu, lha ini ada hubungan apa gitu lho. Jelas ini konspirasi, ini menyelamtakan muka pemrintahan yang carut marut, polisi dengan korupsinya kemudian pemerintah dengan kasus Century-nya, ini pengalihan isu.”

ICG : Koneksi Kuat Ba'asyir-Aceh

Pandangan berbeda disampaikan oleh pengamat terorisme dari International Crisis Group, Sidney Jones. Disebutkannya, penangkapan sejumlah tokoh organisasi bentukan Ba'asyir JAT untuk menghubungkan keterlibatan Ba'asyir dengan jaringan teroris Aceh, “Saya yakin bahwa dia punya koneksi yang kuat. Kita bisa lihat pada bulan Mei kemarin, waktu ada 3 orang senior JAT yang ditangkap dan dituduh ikut mendanai kamp pelatihan Aceh. Tidak mungkin mereka melakukan seperti itu tanpa direstui oleh Ba'asyir. Dan Ba'asyir karena terkenal sudah punya jaringan yang luas, jadi tidak mengejutkan kalau dia bisa mengumpulkan cukup dana untuk kamp pelatihan di Aceh.”

Abu Bakar Ba'asyir, ditangkap satuan anti teror Densus 88 Mabes Polri, di daerah Banjar Jawa Barat Senin (09/08). Amir JAT itu, dituduh terlibat langsung dalam rencana teror kelompok teroris yang berlatih di kamp militer di Aceh.

Selain merencanakan serangan terhadap presiden, polisi meyakini, kelompok ini tengah menyiapkan sejumlah serangan ke Markas Brimob, Markas Polda Jabar, sejumlah hotel internasional dan kantor-kantor kedutaan besar asing di Jakarta.

Zaki Amrullah

Editor: Ayu Purwaningsih