1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

161109 Wassernotstand Israel Palästina

17 November 2009

Israel dan Palestina sudah lama cekcok perkara air. Di kawasan ini, air berarti kekuasaan. Dan sejak berpuluh tahun lalu Israel melakukan segalanya agar keuntungan itu tidak lepas dari tangannya.

https://p.dw.com/p/KZCf
Danau Genezareth penyimpan cadangan air terbesar di GalileaFoto: picture-alliance / akg-images

10 juta orang hidup di Israel dan Palestina. Mereka menyedot air dari persediaan air bawah tanah, dan dari danau Genezareth, cadangan air tawar terbesar di Galilea. Tingkat permukaan airnya lima meter di bawah biasanya. Sungai Yordan, yang airnya bersumber dari danau Genezareth berubah menjadi sungai kecil. Clemens Messerschmid, pakar Hydrogeologi di Ramallah berkomentar, "Dulu sungai, sekarang sudah tidak lagi. Kini tinggal genangan air berwarna coklat. Sekarang, mencelupkan jari kaki ke dalamnya pun orang enggan karena airnya kotor sekali.“

Kondisi kekurangan air sangat menonjol di kalangan rakyat Palestina. Keran sering tidak mengeluarkan air setetespun. Pada saat yang sama, krisis air di Israel hanya merupakan persoalan moral. Air banyak tersedia, di mana-mana, kapan pun ada. Berhemat air merupakan keputusan masing-masing individu. Seorang warga Israel butuh air rata-rata 260 liter per hari. Seorang Palestina, hanya 60 sampai 70 liter per hari.

Issa Romani'in, petani dan kepala desa Auja menceritakan, keran hanya mengalirkan air sekali seminggu, selama beberapa jam. Auja adalah desa di utara Yerikho, berpenduduk 5.000 jiwa. Romani'in, pria Palestina berkulit hitam itu menceritakan, “Sekarang, mata air Auja, dari mana desa memenuhi kebutuhan airnya, sudah kering. Penyebabnya, pertama kekeringan, kedua, sumur-sumur Israel dekat mata air itu bersumber dari cadangan air yang sama. Israel tidak mengijinkan penduduk Auja menggali sumur sendiri. Itu sebabnya tidak ada air. Perusahaan air Israel, yang juga mengontrol sumber air di Tepi Barat wilayah Palestina, hanya sesekali mengalirkan air ke jaringan pipa milik desa kami.”

Tanah di sekeliling desa Auja coklat menguning, kering. Tidak ada apa pun yang tumbuh di atasnya. Tapi, terpisah jarak beberapa ratus meter, terlihat bentangan perkebunan hijau. Di sana, warga Israel dari pemukiman Yitav bertanam kurma, pisang dan sayur-mayur.

Jelas Israel menjalankan politik air. Clemens Messerschmid, pakar Hydrogeologi asal Jerman yang bermukim di Ramallah mengatakan, setiap tahun Israel menyedot air 2.100 juta kubik meter dari cadangan air negeri itu, Sementara rakyat Palestina di Tepi Barat memompa 190 kubik meter air, kurang dari 10%-nya.

Di tanah antara laut Tengah dan Yordan tersedia cukup air untuk semua. Kelak, Israel tak boleh memompa lebih dari 60% air untuk pertanian, yang hanya menyumbang 2% pada pendapatan negara itu. Israel sudah seharusnya menghemat air. Dan, kata pakar Hydrogeologi Messerschmid, memberi pada rakyat Palestina apa yang menjadi hak mereka, yaitu bagian yang adil dari cadangan air bersama.

Sebastian Engelbrecht/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid