1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiJerman

Bagaimana Jerman Ingin Keluar dari Resesi?

3 November 2023

Jerman sedang menghadapi resesi. Terutama karena tingginya biaya energi yang membebani perusahaan-perusahaan industri. Menteri Ekonomi Robert Habeck kini mengajukan agenda penyelamatan ekonomi.

https://p.dw.com/p/4YK4m
Foto ilustrasi sektor industri di Jerman
Foto ilustrasi sektor industri di JermanFoto: Uwe Anspach/dpa/picture alliance

Jerman melaporkan data ekonomi terburuk untuk paruh pertama tahun 2023 dari tujuh negara industri paling maju. Sementara negara-negara seperti Amerika Serikat (AS) dan bahkan Prancis mengalami pertumbuhan, perekonomian Jerman diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang buruk, menyusut 0,4% tahun ini.

Sentimen bisnis di Jerman saat ini berada pada titik terendah. Sebuah survei yang dilakukan oleh Asosiasi Federal Pengusaha Jerman, BDA, pada bulan Oktober menunjukkan 82% pemilik bisnis yang disurvei menyatakan keprihatinan besar terhadap perkembangan ekonomi. Sekitar 88% berpendapat pemerintah tidak punya rencana yang jelas untuk menangani krisis ini.

Situasi politik global saat ini juga tidak mendukung, antara lain karena perang di Ukraina dan ketegangan di Timur Tengah. Selain itu, Jerman saat ini juga sedang melakukan transisi energi untuk meninggalkan energi fosil dan menggalakkan ekonomi hijau untuk meredam perubahan iklim. Pada saat yang sama, negara ini sedang mengalami kelangkaan tenaga kerja terampil.

Selama beberapa dekade, basis industri yang kuat telah menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi, dengan menyumbang sekitar 23% dari produk domestik bruto (PDB), selain ribuan usaha kecil dan menengah milik keluarga.

Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck (Partai Hijau)
Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck (Partai Hijau)Foto: Hannes P. Albert/dpa/picture alliance

Rencana besar penyelamatan industri

Pertengahan Oktober lalu, menteri ekonomi yang juga menjabat wakil kanselir Robert Habeck mengejutkan publik dengan merilis apa yang disebutnya Strategi Industri – sebuah katalog setebal 60 halaman berisi langkah-langkah yang sangat dibutuhkan di tahun-tahun mendatang. Dengan rencana tersebut, Habeck ingin mengikuti kebijakan Presiden AS Joe Biden, yang saat ini mengucurkan total US$740 miliar untuk investasi ramah lingkungan. Paket kebijakan yang disebut Undang-Undang Pengurangan Inflasi itu mencakup insentif pajak besar-besaran dan subsidi langsung.

Strategi Industri yang diluncurkan Habeck segera disambut oleh para pemimpin industri dan pimpinan serikat pekerja, yang telah lama menyerukan dukungan negara di masa-masa sulit. Namun di kalangan partainya sendiri, Partai Hijau, Habeck banyak menuai kritik. Penolakan juga muncul dari mitra koalisi liberal demokrat FDP, yang secara tradisional menentang campur tangan negara dalam bisnis.

Elemen kunci dari strategi industri baru ini yang diajukan Robert Habeck adalah pemberian subsidi besar-besaran untuk menekan harga listrik bagi industri-industri tertentu, yang sangat menderita akibat kenaikan harga energi setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Kesuksesan ekonomi Jerman yang luar biasa selama kurang lebih dua dekade berakar kuat pada energi murah dari Rusia. Tanpa gas Rusia yang murah, perusahaan industri sekarangi harus bergantung pada pasokan gas alam cair, LNG, yang harganya lebih mahal. Akibatnya, harga listrik Jerman melonjak menjadi yang tertinggi di dunia, karena tingginya ketergantungan pada gas untuk produksi listrik.

Silicon Saxony: Kompleks Industri Teknologi Jerman

Industri inti di Jerman "terancam”

Melalui strategi barunya, Habeck kini menyerukan subsidi harga listrik untuk industri, yang harganya akan dibatasi hanya 6 sen euro per kilowatt-jam. Sebagai perbandingan, masyarakat Jerman saat ini membayar sekitar 40 sen euro per kilowatt jam. Sementara industri di AS atau Prancis, harga listrik hanya sekitar 4 sen euro per kilowatt jam.

Namun, rencana subsidi listrik industri ditolak oleh sebagian besar pendukung Partai Hijau. Membuat energi lebih murah bertentangan dengan ideologi iklim Partai Hijau, yang menolak cara-cara produksi yang dianggap tidak ramah terhadap lingkungan.

Perlawanan paling keras muncul dari FDP, yang secara tradisional pro-bisnis. Menteri Keuangan Christian Lindner (FDP) adalah pendukung setia kebijakan penyusutan utang. Dia bersikeras bahwa pemerintah terikat oleh batasan konstitusional untuk tidak menambah beban utang negara secara besar-besaran.

Para pemimpin industri maupun serikat pekerja telah memperingatkan akan adanya "ancaman hilangnya produksi yang padat energi" jika subsidi untuk energi tidak diberikan kepada industri terkait. Federasi Industri Jerman BDI berulang kali memperingatkan, perusahaan-perusahaan yang menggunakan banyak energi akan terpaksa pindah ke luar negeri jika tidak ada perubahan. Wakil Ketua serikat pekerja logam IG Metall, Jürgen Kerner, menambahkan, perusahaan-perusahaan milik keluarga berukuran menengah saat ini "tidak memiliki prospek untuk melanjutkan bisnis mereka." Ada ketidakpastian yang besar, katanya, karena "pabrik peleburan aluminium menghentikan produksinya, dan pabrik pengecoran serta bengkel kehilangan pesanan."

Jerman perlu konsensus politik tentang bagaimana mensubsidi harga listrik industri. Robert Habeck mengatakan, hal ini hanya bisa terjadi setelah pemilihan umum berikutnya pada tahun 2025. Tapi dia masih berharap dapat meyakinkan rekan-rekan koalisinya dari SPD dan FDP mengenai rencananya untuk "menyelamatkan sektor industri Jerman" dengan dukungan negara. Saat-saat penting adalah perundingan tentang anggaran tahun 2024 yang dimulai pada bulan November, kata Habeck. Dia melihat ada kemungkinan "fifty-fifty”, bahwa subsidi harga listrik industri bisa disepakati.

(hp/as)