1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bagi Iran, AS Tak Dapat Lagi Dikte Dunia

26 Maret 2012

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad hari Senin (26/3) menyatakan AS tidak dapat lagi menentukan arah politik dunia. Ia juga menilai hubungan NATO dan Pakistan akan semakin goyah.

https://p.dw.com/p/14SDW
Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad
Presiden Iran Mahmoud AhmadinejadFoto: ZDF

"NATO dan Amerika Serikat harus mengganti kebijakan karena masanya mereka dapat mendikte dunia sudah berakhir," tegas Ahmadinejad dalam sebuah pidato yang disampaikan dalam konferensi mengenai perekonomian Afghanistan di negara tetangga Tajikistan. "Hubungan NATO dengan Pakistan akan bertambah goyah dan semakin tidak stabil," tambahnya.

(Dari kiri ke kanan) Presiden Pakistan Asif Ali Zardari, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Tajikistan Imomali Rakhmon, dan Presiden Afghanistan Hamid Karzai hari Minggu (25/3)
(Dari kiri ke kanan) Presiden Pakistan Asif Ali Zardari, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Tajikistan Imomali Rakhmon, dan Presiden Afghanistan Hamid Karzai hari Minggu (25/3)Foto: Reuters

Seraya menyerukan penarikan segera pasukan internasional dari Afghanistan, Ahmadinejad berkata: "Alasan utama bagi setiap rintangan di dunia adalah kebijakan negara-negara NATO, terutama Amerika Serikat, yang diambil dengan tujuan menghidupkan kembali kolonialisme. Mereka masuk ke Afghanistan dengan kedok perang melawan terorisme."

Reaksi Washington

Delegasi Amerika Serikat yang turut menghadiri konferensi langsung keluar ruangan begitu Ahmadinejad mulai berpidato. Mereka kembali ke kursi masing-masing usai pidato Ahmadinejad yang sama sekali tidak menyinggung program nuklir Iran. Israel dan negara-negara Barat yakin Iran tengah membangun senjata nuklir yang dapat mengubah keseimbangan kekuatan regional.

Sebelumnya Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengimbau rezim di Teheran bahwa waktunya semakin singkat untuk mencapai solusi diplomatis menyangkut program nuklir Iran. Obama juga memperingatkan bahwa Iran menghadapi dunia yang tidak dapat menoleransi pengayaan nuklir.

Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev usai menandatangani perjanjian New START tahun 2010
Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev usai menandatangani perjanjian New START tahun 2010Foto: AP

"Iran harus memenuhi kewajiban. Kini muncul suatu norma internasional yang baru. Perjanjian mengikat, peraturan akan ditegakkan, pelanggaran akan mendapatkan konsekuensi, karena kami menolak masa depan yang diwarnai semakin banyak rezim berbekal senjata paling mematikan," ujar Obama pada pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi KTT Nuklir Internasional di Seoul, Korea Selatan.

Perjanjian AS-Rusia

Obama menyatakan bahwa Amerika Serikat bersama Rusia tengah berupaya mengeliminasi cukup plutonium untuk membuat 17 ribu senjata nuklir dan mengubahnya menjadi tenaga listrik. Langkah tersebut menjadi bagian dari perjanjian New START yang bertujuan mengurangi senjata nuklir kedua negara. Setelah diratifikasi, perjanjian tersebut berlaku mulai 5 Februari 2011 hingga tahun 2021.

"Begitu kami selesai, jumlah hulu ledak nuklir Amerika dan Rusia akan mencapai level terendah sejak tahun 50-an," jelas Obama. Ia juga mendesak Moskow untuk memulai perundingan di front lain seperti senjata taktis dan hulu ledak cadangan.

Carissa Paramita/rtr/ap/dpa

Editor: Hendra Pasuhuk