1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bahaya Radiasi Picu Kepanikan Warga

16 Maret 2011

Gempa susulan melanda wilayah Honshu di barat daya Tokyo hari Selasa (15/3) malam. Pusat gempa berkekuatan 6,1 skala Richter terletak dekat gunung Fuji. Sementara ledakan kembali terjadi di pembangkit listrik Fukushima.

https://p.dw.com/p/10Zdq
Ibu dan anak menutupi mulut atas ketakutan bahaya radiasi di Yamada
Ibu dan anak menutupi mulut atas ketakutan bahaya radiasi di YamadaFoto: dapd

Pembangkit listrik tenaga nuklir Hamaoka dilaporkan beroperasi dengan aman setelah gempa susulan berkekuatan 6,1 skala Richter melanda wilayah Honshu hari Selasa (15/3) malam. Pembangkit listrik Hamaoka terletak sekitar 100 kilometer dari pusat gempa dekat gunung Fuji. Sedikitnya 2 orang terluka akibat gempa susulan dan listrik padam di kota Shizuoka. Pusat gempa kali ini berbeda dari pusat gempa bumi yang menyebabkan tsunami Jumat (11/3) lalu.

Sedangkan ledakan dan kebakaran di pembangkit listrik Fukushima 1 atau Fukushima Daiichi hari Selasa mendorong aksi belanja warga untuk menimbun stok bahan pangan. Ketakutan warga Tokyo akan bahaya radiasi memuncak hingga warga memadati toko-toko yang menjual masker wajah. Level radiasi ditetapkan berada di ambang atas normal di Tokyo yang terletak 250 kilometer dari pembangkit listrik Fukushima. Meski belum berada di level membahayakan.

Pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi
Pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima DaiichiFoto: dapd/Kyodo News

Perdana Menteri Jepang, Naoto Kan, telah menghimbau warga yang tinggal sekitar 30 kilometer dari pembangkit listrik Fukushima untuk tetap berada di rumah. Sekitar 200 ribu warga yang tinggal di radius 20 kilometer telah diungsikan. Situasi pembangkit listrik Fukushima terus bertambah parah sejak gempa bumi dan tsunami melumpuhkan sistem pendingin. Insiden ledakan terakhir ini berarti empat dari enam reaktor nuklir di Fukushima Daiichi bermasalah. Temperatur juga terus naik di dua reaktor lainnya.

Badan Keamanan Nuklir Prancis menilai bencana atom di Jepang berada di tingkat enam jika dibandingkan dengan Chernobyl yang berada di tingkat tujuh pada skala internasional untuk kecelakaan nuklir. Namun pemerintah Jepang bersikeras menyebut bencana nuklir yang tengah dialami berada di tingkat empat. Seorang ahli biologi dari Institut Teknologi Tokyo, Yuichi Yuzawa, khawatir pemerintah berusaha menutup-nutupi situasi yang sebenarnya. "Media memberitakan dengan sangat cepat saat gempa bumi dan tsunami baru terjadi. Namun fakta bahwa kebocoran radiasi dari pembangkit listrik tenaga nuklir tidak banyak diberitakan. Saya pikir pemerintah berusaha menyembunyikannya. Semakin kesini baru kami mendapat banyak informasi," ujar Yuzawa.

Pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl di Ukraina
Pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl di UkrainaFoto: picture-alliance/ dpa

Sementara operator pembangkit listrik Fukushima, TEPCO, telah menarik sebagian besar pekerjanya. Dari total 800 pekerja, tinggal 50 orang yang bertugas sebagai kru darurat. Berikut pernyataan Kazuo Ymanaka dari TEPCO. "Bersamaan dengan upaya pendinginan dengan air laut, kami mengungsikan para pekerja yang tidak terlibat langsung seperti petugas administrasi ke wilayah aman," ungkap Ymanaka.

Angka korban tewas meningkat hingga 3.373 jiwa menurut laporan polisi Jepang. Sedangkan warga yang masih hilang mencapai 6.746 orang. Bantuan internasional terus berdatangan. Kementerian Luar Negeri Jepang mencatat 102 negara dan 14 organisasi internasional yang telah menawarkan bantuan.

Indonesia akan mengirimkan 15 anggota tim pencari yang berpengalaman di gempa bumi Haiti, serta air minum dan persediaan selimut di pusat evakuasi. Jerman mengerahkan 41 anggota tim penyelamatan dan 3 anjing pelacak. Amerika Serikat mengalokasikan 35 juta Dolar bagi operasi Tomodachi yang berarti persahabatan dalam bahasa Jepang.

Cina menjadi negara pertama yang mulai mengevakuasi warganya dari Jepang. Lima buah bus mengangkut warga Cina keluar dari Sendai. Menurut Kedutaan Besar Cina di Jepang, ada lebih dari 22 ribu warga Cina yang tinggal di wilayah-wilayah yang terkena bencana.

afp/rtr/dpa/Carissa Paramita

Editor: Renata Permadi