1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

'Bakal' Presiden Cina Kunjungi AS

16 Februari 2012

Kunjungan Xi Jinping, yang kemungkinan akan menggantikan Presiden Hu Jintao, bagi Amerika Serikat merupakan satu kunjungan yang penting.

https://p.dw.com/p/1443P
Foto: Reuters

Berbagai acara telah menanti Xi Jinping dalam kunjungannya di Amerika Serikat: pertemuan dengan Presiden Barack Obama, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton dan Menteri Pertahanan Leon Panetta. Selain itu Xi Jinping akan melakukan pembicaraan dengan perwakilan bisnis, menyampaikan pidato atas undangan Komite Nasional Hubungan AS Cina dan juga melakukan pertemaun dengan dewan ekonomi serta perwakilan dari Kongres AS.

Bagi Gedung Putih, kunjungan ini merupakan kunjungan perkenalan Xi Jinping, yang pada tahun depan kemungkinan akan mengambil alih kekuasaan di Cina. Amerika Serikat menganggap kunjungan Xi Jinping sangat penting. Tidak heran, karena dengan ekonominya yang tumbuh dengan pesat, Cina dianggap sebagai mitra yang penting bagi AS. Tapi beberapa kalangan juga menganggap kemajuan ekonomi Cina bisa merugikan AS.

Sengketa Ekonomi

Xi Jinping und Barack Obama im Weißen Haus
Xi Jinping saat diterima Presiden Barack Obama di Gedung Putih, Selasa (14/02)Foto: picture alliance/landov

Kekhawatiran terbesar warga Amerika adalah, bahwa politik ekonomi Cina akan membahayakan lapangan kerja di Amerika. Asosiasi Bisnis dan Industri AS, yang mewakili perusahaan kecil dan menengah AS, menuduh Cina sebagai pencuri kekayaan intelektual, memanipulasi mata uang dan melakukan dumping harga. Presiden Obama dituntut untuk bertindak tegas terhadap Cina. Dan dalam pidato nasionalnya Januari lalu, Obama juga menyatakan, ia tidak akan mentelorir, jika pesaing AS tidak mengikuti aturan.

Ketua Asosiasi Bisnis dan Industri Kevin Kearns mengatakan, "Ada berbagai jalan untuk menghadapai manipulasi mata uang, Misalnya kita dapat mengenakan pajak pada transaksi Yuan-Dollar, agar Cina tidak terlalu memanipulasi pasar untuk terus menekan rendah nilai Yuan. Pilihan lain adalah membebankan bea pada produk asal Cina.“

Kevin Kearns menekankan, jalan tersebut bukanlah tindakan proteksionisme, tetapi cara yang masuk akal. Namun Kearns tidak yakin, bahwa pemerintah AS akan mengambil langkah-langkah tersebut dalam skala besar.

Memang ini tidak masuk akal, dikatakan Robert Shapiro, mantan wakil kepala urusan luar negeri Departemen Perdagangan dan penasehat kampanye Presiden Obama. "Jika mata uang Cina nilainya disesuaikan dengan nilai yang dianggap para ekonom tepat, para pekerja Amerika Serikat tidak akan mengambil keuntungan darinya, melainkan para pekerja di Thailand, Bangladesh dan Malaysia.“

HAM di Cina

Tibet Demonstration vor Weißem Haus in Washington USA
Demonstrasi warga Tibet di depan Gedung Putih, Senin (13/02)Foto: dapd

Amerika Serikat akan bertindak tegas terhadap Cina dalam masalah ekonomi. Wakil Presiden AS Joe Biden, mengatakan, bahwa tema perlindungan kekayaan intelektual dan mata uang Cina sudah dibicarakan dalam resepsi bagi Xi Jinping di Kemetntrian Luar Negeri.

Sementara dalam soal hak asasi manusia di Cina, Amerika Serikat dianggap masih lemah. Gerrit van der Wees dari FAPA, organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan Taiwan, mengatakan, bahwa pemerintahan Presiden Obama harus mengangkat tema HAM dalam pembicaraannya dengan Xi Jinping, "Pemerintah AS mempuynai niat baik dan perhatian serta mendengarkan kita, warga Tibet dan Uigur. Dalam pertemuan dengan Cina, kita harus tegas dan terbuka, tidak berdiam diri. Karena Cina tidak akan peduli.”

Christina Bergmann/Yuniman Farid

Editor: Andi Budiman