1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bakiyev Sudah Tinggalkan Kirgistan

15 April 2010

Presiden Kirgistan yang digulingkan sudah meninggalkan negaranya setelah berkoordinasi dengan Rusia dan Amerika Serikat. Sebelumnya sempat terjadi kerusuhan setelah Bakiyev berpidato.

https://p.dw.com/p/Mwwb
Foto: AP

Unjuk rasa para pendukung dan penentang presiden Kirgistan, Kurmanbek Bakiyev berakhir rusuh. Para pengawal Bakiyev melepaskan tembakan peringatan untuk meloloskan sang presiden terguling. Peristiwanya berlangsung di kota Osh, di Lembah Ferghana, kawasan selatan Kirgistan, tak jauh dari kubu perlindungan dan kampung halaman Bakiyev.

Kurmanbek Bakiyev datang ke kota itu untuk menggalang dukungan menghadapi kekukuhan pemerintah sementara yang hendak mengadilinya.

Beberapa ratus orang berkumpul di halaman sebuah gedung teater, dan Bakiyev tampil berpidato dengan penjagaan ketat para pengawal bersenjatakan senapan otomatis Kalashnikov.

Hanya terpisah beberapa ratus meter, sekitar 3000 pendukung pemerintah transisi juga menggelar unjuk rasa. Sekitar sepertiga di antaranya lalu memisahkan diri untuk merangsek ke arah unjuk rasa pro Bakiyev. Para pendukung Bakiyev yang kalah jumlah, dilanda kepanikan. Bakiyev yang belum lama lama tampil berpidato, berseru dari atas mimbar agar para pendukungnya tenang. "Jangan lari, jangan lari," teriak Bakiyev.

Para pengawal segera melepaskan tembakan ke udara, membawa Bakiyev ke dalam mobil, lalu mengungsikannya.

Sehari sebelum itu, di kubu perlindungannya di Jalalabad, Bakiyev mengatakan bersedia mundur dengan syarat keselamatan dirinya dan keluarganya mendapat jaminan .

Masalahnya, pemerintah sementara pimpinan Rosa Utunbayeva menolak memberi jaminan perlindungan pribadi. Menurut Utunbayeva, presiden terguling Bakiyev sudah melampaui batas, karenanya harus disidangkan atas keputusannya memerintahkan penembakan yang menewaskan 84 orang dalam peristiwa berdarah 7 April di Bishkek.

Presiden Bakiyev yang merasa tersudut, berusaha menggalang dukungan baru untuk menghadapi kekerasan sikap pemerintah sementara. Dalam pidatonya di hadapan para pendukungnya hari Kamis sebelum bubar, Bakiyev sempat memaparkan versinya sendiri dari kerusuhan berdarah awal April yang menjatuhkan kekuasaannya.

"Saya datang ke kota Osh ini untuk menjelaskan peristiwa tragis di Bishkek pekan lalu," katanya. Bahwa peristiwa itu merupakan "kudeta berdarah yang dilancarkan kaum oposisi.".

Bagi kebanyakan orang justru sebaliknya: saat itu atas perintah Bakiyev itu polisi dan tentara menembaki para pengunjuk rasa.

Seorang penduduk Bishkek yang seorang saudaranya yang tewas dalam peristiwa itu menyebut, sebetulnya Bakiyev waktu itu memiliki pilihan untuk mundur. "Namun ia memilih untuk menembak para pengunjuk rasa. Mereka adalah para pahlawan rakyat. Sementara Bakiyev adalah pengkhianat rakyat," tegasnya. Ia sependapat dengan pemerintah sementara, untuk tidak memberikan pengampunan begitu saja bagi Bakiyev. "Ia mesti dihukum berat, demi Tuhan dan demi rakyat."

Presiden terguling Bakiyev sebelumnya memperingatkan, jika pemerintah sementara bersikap keras dengan menangkap dirinya, bisa terjadi perang saudara. Karena ia mendapat dukungan kuat di daerah kelahirannya di Jalalabad yang sekarang jadi tempat perlindungannya. Namun kebanyakan orang menganggapnya gertak sambal belaka.

"Bagaimana dia akan melakukannya?" kata seorang warga Bishkek, sinis. "Dulu saja ketika dia masih berkuasa dan masih menguasai kepolisian serta angkatan bersenjata, kami sama sekali tidak takut. Jadi sekarang, sesudah dia tak lagi berkuasa, kenapa kami harus takut padanya?"

Sekarang, Bakiyev sudah meninggalkan Kirgistan menuju ke negara tetangga Kazakstan.

GG/HP/afp/rtr/dpa

Editor: Hendra Pasuhuk