1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ban Ki Moon Serukan untuk Galang Persatuan

24 September 2010

Sesi pertama debat umum PBB berkisar pada peran kepemerintahan organisasi itu. Disebutkan, kekuatan PBB hanya bisa dibangun dengan partisipasi dan dukungan anggotanya.

https://p.dw.com/p/PLl9
Sekjen PBB Ban Ki MoonFoto: AP

Dalam pidato pembukanya, Ban Ki Moon mengingatkan bahwa adalah tugas moral setiap negara untuk bersatu dalam tekad mengatasi hal-hal yang memecah belah, baik itu dalam persoalan sosial, ekonomi maupun geopolitik. Ban Ki Moon menegaskan, “Ini adalah masa untuk bersatu, untuk mengkonsolidasikan perkembangan, bekerja sama dan menunjukkan hasil kerja kita.”

Dalam pernyataannya Ban Ki Moon tidak hanya merujuk pada capaian Sasaran Pembangunan Milenium, melainkan pada isu-isu jangka panjang yang ditangani PBB, termasuk upaya mengurangi senjata nuklir, mengatasi masalah perubahan iklim dan memberdayakan kaum perempuan. Ditekankannya, PBB memiliki peranan penting dalam menyelesaikan masalah global dan membantu negara anggota ketika menghadapi krisis kemanusiaan, seperti dampak banjir di Pakistan atau gempa bumi di Haiti. Selain itu juga ketika menghadapi krisis politik. Situasi di benua Afrika memerlukan perhatian khusus, mulai dari masalah Darfur di Sudan hingga di Republik Demokratik Kongo.

Sesi pertama debat umum PBB berkisar pada peran kepemerintahan organisasi itu. Disebutkan, kekuatan PBB hanya bisa dibangun dengan partisipasi dan dukungan anggotanya. Hal serupa dikatakan Presiden AS Barack Obama, yang juga mengumumkan kebijakan baru Amerika Serikat di bidang bantuan pembangunan.

Ke depan Amerika Serikat tidak akan hanya memberikan uang kepada negara-negara miskin, melainkan akan lebih efektif mengelola bantuan luar negeri dengan menggunakan diplomasi, perdagangan dan investasi. Hal ini akan menempatkan tanggung jawab pembangunan pada masing-masing negara. Dan dengan begitu AS mengharapkan akan bisa lebih banyak membantu negara-negara yang betul-betul membutuhkannya. Demikian ungkap Obama yang memulai pidatonya agak lambat, tapi menyampaikan pidato panjang yang bersifat inklusif.

“Demokrasi lebih dari bentuk pemerintahan lainnya memenuhi kebutuhan warga, dan saya yakin akan bertambah kuat di dunia yang perbatasan antar negara semakin suram”, begitu seru Obama. Dalam mempromosikan demokrasi, Obama yang mengangkat isu pengurangan senjata nuklir, mengajak Iran untuk kembali berdialog dengan masyarakat internasional.

Presiden Iran Ahmadinejad menyambut undangan itu, namun tampaknya ia merasa perlu tampil spektakuler. Tak pelak lagi ia justru menuduh pemerintah Amerika Serikat terlibat dalam peristiwa serangan 11 September 2001. Pernyataan ini menyebabkan seluruh delegasi Amerika Serikat meninggalkan ruangan.

Hari Jumat (24/09), Uni Eropa menyatakan komentar kontroversial Ahmadinejad merupakan tudingan semena-semena dan tak dapat diterima.

Edith Koesoemawiria/rtr/afp

Editor: Hendra Pasuhuk