1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Banjir dan Perubahan Iklim

Irene Quaile6 Juni 2013

Banyak wilayah di Jerman yang kembali dilanda banjir. Fenomena ini disebutkan sebagai dampak dari hujan deras dan pemanasan global. Apakah kedua hal tersebut ada hubungannya?

https://p.dw.com/p/18k6E
Foto: picture-alliance/dpa

Ada dua alasan utama mengapa fenomena cuaca di Jerman bisa mengakibatkan banjir ekstrim. Gerhard Lux, pakar iklim dan meteorologi di dinas meteorologi Jerman menjelaskan: "Bulan Mei tahun ini curah hujan amat tinggi. Hal ini menyebabkan tanah jenuh air. Ditambah lagi hujan yang semakin deras di banyak wilayah Jerman pada akhir Mei dan awal Juni. Tanah yang sudah jenuh, tidak bisa lagi menyerap air. Zona penyangga tidak ada lagi, akibatnya parit dan sungai meluap dengan cepat" , papar Lux.

Fenomena Cuaca atau Perubahan Iklim?

Menurut para pakar iklim, fenomena cuaca adalah kejadian langka yang tidak bisa dijadikan bukti dampak perubahan iklim. Peneliti iklim terkemuka, Mojib Latif mengatakan, untuk mencapai kesimpulan tersebut harus diamati perkembangan jangka panjang selama beberapa puluh tahun.

"Jika kita menganalisa curah hujan beberapa puluh tahun terakhir, maka terlihat frekuensinya hampir dua kali lipat lebih sering dari 100 tahun sebelumnya", tambah dia.

Dauerregen und Hochwasser in Deutschland Juni 2013
Hujan deras di Jerman sudah berlangsung sejak Mei 2013Foto: picture-alliance/dpa

Gerhard Lux lebih berhati-hati dalam masalah statistik. Ia berpendapat, curah hujan ekstrim tidak bisa dibuktikan secara detail seperti kenaikan suhu. Tapi berdasarkan model iklim, ia setuju bahwa terjadi peningkatan curah hujan.

Pemanasan global kemungkinan besar berdampak pada kenaikan curah hujan. Ini bisa dijelaskan secara fisika, ujar Latif.

"Kadar air di udara tergantung dari suhu. Suhu mengatur seberapa banyak air yang bisa menguap. Air ini terbebaskan saat hujan dan kembali sampai ke tanah. Semakin tinggi suhu, semakin banyak air yang menguap dan semakin besar potensi turunnya hujan deras.

Banjir Semakin Sering

Para peneliti dampak iklim di Insititut Potsdam kini tengah mempelajari sejauh mana hubungan antara hujan ekstrim dengan perubahan iklim. Pakar iklim Stefan Rahmstorf dalam blognya mengacu pada analisa frekuensi cuaca ekstrim dalam sepuluh tahun terakhir.

Menurutnya, studi terkini mengkaitkan peningkatan cuaca ekstrim dengan naiknya emisi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia.

Rahmstorf menulis: "Jika kondisi cuaca tidak mengalami perubahan dan hanya semakin panas, maka bisa diprediksi turunnya hujan ekstrim. Ini selalu saat terjadi jika massa udara mengalami kejenuhan."

Bencana banjir parah di Jerman yang disebut banjir seabad sekali, terakhir terjadi tahun 2002. Kini banjir semakin sering. Peneliti iklim Latif menambahkan, istilah banjir seabad tidak lagi tepat.

Flash-Galerie Überschwemmungen und Hochwasserschutz in Deutschland
Banjir parah terakhir di Jerman tahun 2002Foto: picture-alliance/dpa

"Di tahun 90-an terjadi banjir besar. Lalu 2002. Kini 2013 terjadi lagi. Statistik mulai berubah secara perlahan. Bisa jadi, banjir besar yang tadinya terjadi seabad sekali di Jerman, kini menjadi banjir besar yang datang rutin setiap sepuluh tahun."