1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bantuan Bagi Anak Jalanan

20 November 2012

Sekitar seperempat penduduk Jakarta hidup di kawasan kumuh. Diantaranya ada lebih dari 1,5 juta anak-anak. Organisasi anak jalanan ISCO membantu pendidikan anak miskin agar mereka punya masa depan lebih baik.

https://p.dw.com/p/16lk9
Anak Jalanan
Anak JalananFoto: DW

Di sebuah rumah di Manggarai, di tengah kawasan kumuh kota Jakarta, sekitar 30 anak antara usia empat sampai tujuh tahun duduk berdesakan di lantai. Mereka duduk membentuk lingkaran dan belajar. Dengan musik, kelompok kerja, permainan tanya-jawab, mereka disiapkan untuk masuk sekolah. Di sini mereka mendapat pelajaran gratis. Kegiatan ini dirintis oleh Indonesian Street Children Organisation, ISCO. Tanpa fasilitas seperti ini, anak-anak miskin ini mungkin tidak mampu menikmati pendidikan sekolah.

Anak-anak ini belajar dasar-dasar ilmu alam, matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan kesenian, kata Ledi, seorang relawan yang bekerja untuk ISCO. Indonesia sebenarnya menerapkan wajib belajar, namun realisasinya sampai sekarang masih di atas kertas. Selain itu, kebanyakan anak yang tumbuh di kawasan kumuh tidak punya akte kelahiran dan tidak terdaftar. Jadi mereka tidak bisa masuk sekolah biasa.

Anak-anak bermain dan belajar di rumah pertemuan ISCO, Manngarai, Jakarta. Copyright: DW
Anak-anak bermain dan belajar di rumah pertemuan ISCO, Manggarai, JakartaFoto: DW

Rumah Pertemuan Jadi Pusat Kegiatan

Rumah pertemuan ISCO bertingkat dua dan tidak terlalu bagus. Tapi menurut Ledi, bagi anak-anak miskin, perlengkapan di sini sudah termasuk mewah. ”Rumah mereka biasanya hanya terdiri dari satu ruangan, yang dihuni lima sampai tujuh orang, dan kondisi rumahnya buruk sekali”, kata dia. Di Manggarai, masyarakatnya miskin. Kebanyakan penduduk kawasan kumuh bekerja sebagai pemulung sampah dan bertahan hidup dengan kegiatan itu. ”Anak-anak seringkali sejak kecil sudah harus membantu”, tutur Ledi.

Nasib anak-anak jalanan menjadi perhatian Josef Fuchs, seorang pengusaha Austria yang lebih dari 30 tahun tinggal di Indonesia. Bersama dengan mitra dari Perancis, ia mendirikan ISCO 13 tahun lalu, untuk membantu anak-anak miskin di kawasan kumuh dan memberi mereka peluang membangun masa depan yang lebih baik. Sampai saat ini, ISCO sudah mengirim 2500 anak-anak masuk sekolah, cerita Fuchs dengan bangga. Organisasinya sekarang aktif di 29 kawasan kumuh, tidak hanya di Jakarta, melainkan juga di kota besar Surabaya dan Medan.

Pusat kegiatan ISCO adalah membuat rumah pertemuan yang dijadikan tempat pertemuan anak-anak miskin kota. Rumah pertemuan ini mirip sarana pendidikan pra sekolah, kata Fuchs. Pagi-pagi ada sarana taman kanak-kanak untuk anak kecil, lalu sore-sore ada bimbingan pekerjaan rumah untuk anak-anak yang lebih besar. Selain itu, di rumah pertemuan anak-anak ini mendapat makan. ”Hanya satu minggu sekali mereka harus bawa makanan dari rumah”, kata Fuchs, ”jadi kami juga bisa melihat, apa orang tua mereka tetap memasak di rumah dan tidak hanya tergantung pada kami.”

Peluang Seluas Mungkin

Fuchs mengatakan, anak-anak di kawasan kumuh memang tidak diseleksi satu persatu berdasarkan bakatnya. Yang penting adalah, sebanyak mungkin anak bisa dipersiapkan masuk sekolah. ISCO tidak membangun sekolah sendiri, melainkan bekerjasama dengan lembaga pendidikan pemerintah. Metode ini cukup berhasil. ”22 persen anak dari sini masuk peringkat sepuluh besar di kelasnya,” kata Fuchs.

Kawasan kumuh Manggarai, Jakarta. Copyright: DW
Kawasan kumuh Manggarai, JakartaFoto: DW

ISCO membayar biaya sekolah anak-anak. Termasuk uang transportasi, seragam sekolah dan buku-buku pelajaran. Selain itu, ISCO menyediakan tenaga relawan yang membantu anak-anak menyelesaikan pekerjaan rumah. Setelah mereka menyelesaikan sekolah, mereka juga akan tetap dibantu. Fuchs menuturkan: ”Kami bisa menjamin, setelah sekolah menengah anak-anak bisa mendapat pendidikan profesi.” Baru baru ini, seorang anak perempuan dari komunitas anak jalanan berhasil masuk universitas.

Anak-anak ini didampingi sampai besar. Setiap hari, jika pelajaran selesai, mereka harus melapor lagi di rumah pertemuan. Dengan demikian ISCO bisa mengawasi, bahwa anak-anak memang sehat dan mengikuti pelajaran. Para anak di Manggarai kelihatannya mengerti peluang besar yang mereka dapatkan di ISCO. Mereka benar-benar mengikuti pelajaran yang disampaikan Ledi. Relawan guru ini juga mengaku puas melihat minat belajar murid-muridnya. "Kebanyakan anak senang datang kesini. Mereka senang bisa bermain bersama dan belajar untuk masa depan yang lebih baik“, kata dia.

Thomas Latschan

Hendra Pasuhuk / Vidi Legowo-Zipperer